20. Lembaran Baru (Iris Haku)

422 74 9
                                    

Malam yang gelap penuh bintang tanpa ada sinar rembulan. Di bendahara terlihat seorang pemuda bertudung jaket menyeret koper dan tas besar di punggungnya. Raut wajah nya tidak bisa di deskripsikan, suasana hatinya benar-benar hancur. Ia sengaja pergi ke luar negeri untuk menetap ke negara yang sekarang ia pijak.

   Di Jepang ia selalu sendirian tanpa kawan. Ia juga di pandang manusia tidak normal, memiliki kekuatan. Manusia jenis apa itu? Yang memiliki kekuatan seperti cerita fantasi. Pemuda itu juga enyah dengan orang-orang di sekitarnya membuat risih. Bahkan bersikap baik pada orang-orang sekitar pun tidak bisa. Semenjak tahu, ada anak yang lahir memiliki kekuatan hebat.

Orang-orang yang gila ilmu dan memiliki rencana yang rumit memilih mencarinya. Ia yang sudah tahu perihal ini memutuskan untuk mencari perlindungan terutama perlindungan orang tua, orang yang paling dekat. Tetapi kedua orang tuanya malah di buta kan oleh harta secara paksa ia mengeluarkan kekuatan ke orang tuanya.

   Wajah kalem polos itu menahan untuk tidak menangis meski air matanya perlahan menetes membasahi kulit putihnya. Sekeliling ruangan sudah penuh kristal es. Apa yang di pikirkan oleh orang tuanya? Demi untuk mendapatkan uang harus menjual dirinya pada orang asing.

"Gomen'nasai, okāsan to otōsan. Watashi wa anatatowatashi no tame ni kore o suru koto o yoginaku sa rete imasu. (maafkan aku,ibu dan ayah. aku terpaksa melakukan ini demi kebaikan kalian dan aku.)"ucapnya terisak menatap pemandangan yang buruk baginya.

"Watashi wa okonatte, watashi no chikara de seigi no hito ni narimasu. (aku akan pergi dan menjadi orang penegak keadilan dengan kekuatanku.)"

"Mata okāsan to otōsan itsuka kami ga anata o futatabi atsumetara, anata ga watashi to kono chikara o ukeirete kureru koto o negatte imasu.(sampai jumpa ayah dan ibu. suatu hari jika tuhan mempertemukan lagi,aku harap kalian bisa menerimaku dan kekuatan ini.)" ucapnya tanda perpisahan pada kedua orang tuanya dan untuk terakhir kalinya.

    Pemandangan buruk itu segera ia jauhkan dalam pikirannya. Di sini, di rumah baru nya akan menciptakan lembaran-lembaran baru. Mobil taksi melaju kencang menerobos jalan nan sepi. Dalam pikiran pemuda itu, kota ini tidak seramai di Kota Tokyo di malam hari.

"Ini mau pergi ke mana? Mas?"tanya Pak Supir.

Pemuda itu mengerutkan kening, tidak mengerti apa yang di bicarakan oleh pak supir tersebut.

"What?"ucap pemuda itu jika ia menggunakan bahasa Jepang pasti supir tersebut tidak mengerti.

Pak supir itu tersenyum melihat kaca mobil,"Where are you going?"

Tangan kanannya merogoh ke saku jaketnya mengeluarkan secarik kertas  bertuliskan alamat. Supir itu melihat alamat yang tertera di atas kertas lalu mengangguk.

  Sampai di tempat kost yang tidak sebegitu mewah. Pemuda bertudung jaket memberikan selembar uang ke supir lalu masuk ke kost. Ini masih pukul 11 malam, pemuda itu mengetuk pintu pemilik kost. Harusnya saat perencanaan pergi ia memilih jam siang bukan malam tetapi ini sudah terlanjur, apa boleh buat.

  Pemilik kost keluar dari rumah bertanya pada pemuda tersebut. Ia mengeluarkan ponsel untuk mentranslet kata-kata yang di ucap oleh wanita paruh baya sekitar umur 39 tahun. Mendapatkan kost dengan biaya murah sudah membuat pemuda tersebut bersyukur pada tuhan.

  Jaketnya ia lepas menunjukkan warna rambut nya yang abu-abu panjang sepunggung. Mata tajam nan kalem melihat setiap sudut kost yang hanya ada satu ruang saja dan fasilitas nya, kipas, listrik serta air. Baginya udah cukup. Pemuda tersebut melepas penat, tidur di lantai tanpa alas dan lipatan jaketnya buat bantal.

-Sekolah Aneh-

Sudah mendapatkan satu minggu lebih tinggal di indonesia. Pemuda itu juga harus bolak-balik mengurus surat menetap di sini,ia masih belum bisa bersosialisasi pada orang lain. Takut,kalau kejadian di negara kelahirannya terulang kembali.

Sekolah Aneh [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang