54. Menyebarkan Brosur

255 47 7
                                    

  Murid kelas 1-E tengah berkumpul, Dewa menyodorkan kertas ke Haku yang ku yakini adalah deretan nama kelompok. Haku membaca deretan kelompok tersebut dan kami segera bergabung sesuai kelompok masing-masing. Setelah pembagian kelompok ada perubahan jadwal untuk menyebarkan brosur sekolah. Waktu yang di tentukan terlalu awal dan mana mungkin ada yang keluar sekolah, jam setelah dhuhur. Rata-rata sekolah pulang hampir ashar termasuk sekolah ku. Walau di jam akhir kebanyakan jam kosong.

"Kita terlalu bersemangat jadi asal memutuskan."kata Niall tersenyum penuh maksud.

Yuli menoleh ke pemuda berdarah Inggris itu tersenyum,"aku suka dengan caramu tetapi bukannya itu malah terkesan horor?"kata gadis itu tiba-tiba membuat Niall kaget memegang dada menatap Yuli menyahut kata batin.

Aku hanya bisa menggeleng dan tersenyum melihat ekspresi Niall saat kaget. Niall menggaruk belakang kepala tidak gatal sembari menggigit bibir bawahnya. "Kau membuatku kaget saja, Yul. Tidak ada yang ngomong, kau asal nyeletuk aja.

Yuli terkekeh dan meminta maaf ke Niall,"ya, maaf. Habis kau sih punya cara instan yang membuat semua orang malah takut."

"Memangnya Niall memiliki rencana instan gimana?"tanyaku sangat penasaran. Yuli menjelaskan kalau Niall akan memindahkan brosur-brosur itu dengan kekuatan miliknya, bagi Yuli itu memang ide bagus tetapi resikonya sangat fatal.

"Bener juga kata mu, Yul."kata Jesse.

Pemuda bermata biru laut itu mendengus memandang brosur sebentar lalu memandang Haku, ketua kelas yang berdiri diam di sana,"kalau brosur nya di buang kayak tahun kemarin gimana?"

"Kamu tinggal masukkan brosur ke tas anak itu!"celetukku membuat semua pasang mata tertuju ke arahku, dahi berkerut melihat semua mata tertuju padaku dengan ekspresi berbeda,"apa? Kenapa kalian semua memandang ku seperti itu?"

"Good ide!"seru Niall tersenyum mengembang,"bagaimana aku tidak kepikiran sih?"

"Ide bagus, Ma. Itu baru jodoh gue!"ucap Dimas songong mendapatkan jitakan dari Mas Daniel.

"Lewati aku dulu kalau mau gombalin adikku!"seru Mas Daniel yang satu kelompok dengan Dimas. Fian Xian Lu hanya terkekeh melihat Dimas yang terkena tatapan tajam Daniel.

  April menyenggol lenganku pelan,"calon kakak ipar dan adik ipar berantem tuh!"kata April menggodaku sembari terkekeh. Aku hanya menghela nafas kasar,"dih, aku mah ogah sama Dimas!"ketus ku.

   Matahari sudah mengarah ke barat dan jarum jam sudah mau menunjukkan angka setengah tiga. Kami segera pergi ke tempat lokasi berbeda-beda, kelompok berisikan lima anggota karena Judy tidak masuk buat memulihkan kembali energi yang terkuras akibat kejadian kemarin.

  Aku, April, Jesse, Haku dan Fian Xian Lu sudah berada di depan gerbang sekolah SMP Favorit Krias 03 dan sekolahnya juga berdempetan dengan sekolah SMA Favorit Krias 03. Ini bagiku bakal sulit jika sekolah yang kami berlima tuju bersebelahan seperti ini. Sama-sama sekolah favorit bersebelahan juga.

Bismillah, semoga saja ada siswa yang datang di SMA Krias 04 untuk mendaftar serta mereka sempat melihat naskah yang ku buat sebelum di report oleh pihak tidak bertanggung jawab. Dia tidak pernah merasakan bagaimana susahnya membuat naskah dan berusaha akting murni serta momen kebersamaan murid 1-E yang benar-benar terjadi. Aku sangat penasaran siapa orang tidak berjawab itu kalau aku mengadu ke Mas Fajar? Pasti Mas Fajar mengejar orang itu sampai dapat.

Namun, di sisi lain hati ku berkata tidak perlu mencari siapa yang berani nge-report video tersebut yang terpenting adalah murid 1-E sudah berusaha semaksimal mungkin agar sekolah aneh itu bisa mendapatkan murid kembali seperti dulu.

Sekolah Aneh [END] Where stories live. Discover now