BWB 7

2.4K 278 12
                                    

Alesha sedang sibuk memperbaiki mobil, pagi-pagi ia sudah turun tangan membantu para pekerja memperbaiki mobil. Ia membutuhkan karyawan baru untuk bekerja di bengkelnya, supaya pekerjaan mereka sedikit ringan dengan bertambahnya karyawan baru di bengkel.

"Alesha"

Alesha terdiam mendengar suara orang di belakangnya. Alesha memalingkan wajahnya dan menatap orang itu.

"Alesha ... maafkan kakak" Luna langsung memeluk Alesha.

"Maafkan kakak Sha, maafkan" ucapnya lagi

"Ma-maafkan Sha juga Kak"

"Kakak rindu kamu, kakak kangen banget sama kamu"

"Aku juga rindu Kakak, maafkan aku ya Kak"

"Kakak sudah maafkan, maafkan kakak juga ya, waktu itu kakak memang sudah emosi sebelum pulang ke rumah, kakak benar-benar tidak bisa manahan amarah kakak, maafkan kakak. Kakak mohon jangan kabur lagi"

"Aku gak kabur lagi Kak, janji, kabur gak enak"

"Selama ini kamu di mana? Kakak khawatir banget sama kamu, kakak selalu memikirkan kamu, di mana kamu, tidur di mana, sudah makan apa belum, apa kamu sehat, kakak selalu memikirkan kamu. Tapi sekarang Alhamdulillah, kakak merasa lega melihat kamu baik-baik saja"

"Maafkan aku ya, sudah membuat Kakak khawatir, tapi aku baik-baik saja Kak, aku sangat baik"

"Syukurlah, kalau begitu kamu mau kan kembali ke rumah? Rumah sudah seperti kuburan, karena kamu gak ada, kakak merasa kesepian, Dek"

"Iya Kak, aku mau kembali"

Luna kembali memeluk Alesha, ia sangat merindukan adiknya itu, sudah hampir satu minggu ia tidak bertemu Alesha.

"Kakak bersyukur, bisa bertemu kamu lagi, kakak hanya takut, jika kita tidak bisa bertemu lagi dan kamu tidak memaafkan kakak, kakak tau kakak salah, tak seharusnya kakak berkata seperti itu, apalagi membuat kamu takut"

"Sudahlah Kak, kita lupakan kejadian itu, tapi aku pengen tau, apa yang membuat Kakak bisa semarah itu?"

"Kita duduk di situ, kakak ceritakan" ucap Luna menunjuk ke arah kursi yang ada di bengkel.

Alesha mengangguk setuju, lalu menuju kursi itu.

"Ada apa Kak?"

"Di kantor ada masalah" jawab Luna dengan tatapan kosong.

"Masalah apa Kak?"

Luna menarik napasnya. "Huh ... banyak, kita juga kekurangan karyawan, sampai sekarang  belum ada karyawan baru yang sesuai dan pas untuk bidang itu" Luna beralih menatap Alesha.

"Kamu bisa bantu kakak?"

"Bantu apa?"

"Kerja di kantor kita"

Alesha langsung menggelengkan kepalanya. "Gak Kak, aku gak mau! Kakak tau kan? Aku tidak ada bakat dalam bidang itu, aku gak ngerti gimana caranya"

"Belajar Dek, kakak yakin kamu bisa, kakak akan ajarkan dari nol, sampai kamu benar-benar paham"

"Hah ... yang ada perusahaan semakin kacau kalau aku masuk di situ"

"Kakak mohon Dek, cuma kamu harapan kakak, bantu kakak, bagaimana pun juga, pemilik perusahaan itu atas nama kamu, kini saatnya kamu turun bantu kakak ngurus"

Alesha terdiam memikirkan keinginan Luna. Bekerja di sana bukanlah cita-citanya, bahkan ia tidak pernah berfikir untuk kerja kantoran, ia tidak pernah memikirkan semua itu.

Bukan wanita biasa (TAMAT)Where stories live. Discover now