BWB 10

2.4K 275 11
                                    

Sebelum baca jangan lupa berikan dukungan dulu pada cerita ini, agar saya rajin dan semangat untuk melanjutkan ceritanya.
.
.
.
Selamat membaca
.
.
.
.
.

Pagi-pagi Alesha sudah sibuk membantu Luna mencek berkas, sedikit demi sedikit belajar dan memahami hal yang tidak pernah ia pelajari masa sekolah dan kuliah. Syukurnya, Alesha orang yang mudah memahami dan mudah mengingat hal apa yang sudah Luna dan Anis ajarkan padanya, Alesha bisa dibilang orang yang cukup pintar, meski ia tidak pernah mendapatkan rangking satu, namun ia selalu masuk 5 besar, itupun karena ia malas belajar, andai saja ia rajin, mungkin ia akan selalu ranking satu, karena bersaing dengan laki-laki yang ada di kelasnya.

Tok ... tok ... tok

"Masuk" ucap Luna

"Ini berkas yang Ibu minta"

Alesha yang dari tadi fokus menatap kertas yang ada di depannya, mengalihkan tatapannya ketika mendengar suara itu. Matanya dan mata Hanif bertemu, Alesha langsung mengalihkan pandangannya, mata itu membuat jantungnya tidak normal.

"Oke lengkap, makasih ya Pak"

"Iya Bu, kalau gitu saya permisi dulu"

"Ibu Weni sudah mulai masuk?"

"Iya, sudah mulai kembali kerja, itupun di tanya sama Anis mulu kapan kerja lagi, sudah di tindak lanjuti?"

"Belum, nanti kalau dia ngulang kesalahan yang sama, nanti ditegur. Jangan lupa, siang ini makan siang bersama klien kita"

"Astaghfirullah hampir saja lupa, syukur ngingetin, padahal tadi sudah merancang mau makan di mana"

Luna terkekeh melihat ekspresi wajah Hanif. "Sudah saya duga. Anis sudah ngasih tau kan tempatnya?"

"Sudah"

"Nanti kita bareng ke sana nya"

"Siap, kalau gitu saya kembali kerja ya"

"Iya" jawab Luna

Sebelum meninggalkan ruangan itu, Hanif sempat melirik ke arah Alesha yang pura-pura sibuk, lalu pergi meninggalkan ruangan mereka.

"Tuh kan, gak salah lagi. Dari cara berbicara mereka juga bisa menyimpulkan mereka saling menyukai, beruntung Kak Luna kalau berjodoh dengan Mas Hanif, tapi mereka cocok sih, Kak Luna kan orang yang baik, solehah, cocok lah dengan dia, lah aku? Baik aja kagak, gak berhijab, sholat kadang telat mulu, gak pantas langsung kalau di cocokkan dengan Mas Hanif"

"Sha"

Suara Luna membuyarkan lamunannya, lantas Alesha menoleh ke arah sang kakak.

"Apa Kak?"

"Bengong aja, mikirin apa? Ada yang susah?"

"Gak kok Kak, gak ada" jawabnya tersenyum manis.

"Yakin nih? Tapi kakak perhatikan kamu dari tadi diam"

"Fokus Kak, fokus"

"Oh, yaudah lanjutin, kalau ada apa-apa tanya aja"

"Iya Kak"

Alesha kembali fokus menatap kertas yang ada di depannya. Ini hari ketiga Alesha bekerja di HD Group, ia sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, walau belum kenal dengan semua staf, tapi Alesha selalu menyapa jika bertemu dengan mereka tanpa tahu nama mereka.

Tidak terasa, sebentar lagi jam istirahat tiba. Alesha merentangkan tangannya sambil menguap lebar. Luna yang melihatnya menggelengkan kepalanya, adiknya itu tidak pernah menutup mulutnya jika menguap, pasti membuka mulutnya selebar-lebarnya.

Bukan wanita biasa (TAMAT)Where stories live. Discover now