BWB 31

2.2K 288 19
                                    

Alesha benar-benar merasa gugup, walau ia berusaha untuk bersikap tenang, masih saja ia gugup. Disisi lain, Alesha penasaran dengan pria yang melamarnya itu, ia selalu membayangkan bagaimana wajahnya, bagaimana orangnya dan masih banyak lagi yang ia pikirkan. Hal yang tidak pernah ia sangka terjadi, inilah yang juga Alesha impikan namun tidak secepat ini, sebab ia merasa belum siap untuk menjadi seorang istri.

"Ya Allah Bagaimana jika dia yang tidak baik? Atau sifatnya kasar? Tidak ... tidak ... Jangan jodohkan hamba dengan pria seperti itu" Alesha menggelengkan kepalanya berusaha mengusir pikiran itu

Alesha hanya takut jika pria yang akan melamarnya itu seorang pria yang tidak sesuai dengan keinginannya. Walaupun ia perempuan yang tidak baik, sungguh Alesha mengimpikan pria yang baik dan Soleh untuk bisa membimbingnya menjadi lebih baik.

Lagi dan lagi Alesha kepikiran tentang sebuah ayat yang mengatakan bahwa perempuan baik untuk lelaki yang baik, begitu juga dengan sebaliknya, sedangkan dirinya? Bahkan jauh dari kata baik, itu yang Alesha takutkan, jodohnya cerminan dirinya.

Ceklek

Pintu kamar terbuka. Alifa muncul di balik pintu.

"Ayo Kak turun, mereka sudah datang"

"Gimana orangnya Fa? Bukan om-om kan? Aku hanya takut"

"Gak, dia ganteng banget, sumpah ganteng banget Kak"

"Beneran? Gak bohong kan?"

"Enggaklah. Dah turun ke bawah" ucap Alifa.

Alesha beranjak dari kursi melangkah menuju ruang tamu.

"Kakak gugup"

Alifa memegang tangan Alesha yang memegang tongkat. "Tenang, mereka gak makan Kakak, percaya deh" ucap Alifa.

Dengan langkah pelan, Alesha dan Alifa menuruni tangga. Sudah terdengar suara orang ngobrol, membuatnya semakin degdegan. Di ruang tamu sudah berdatangan tamu, Luna dan Faiz pun ada.

Alesha terdiam sejenak menatap orang yang duduk di sofa itu. Kaget? Tentu ia kaget, Alesha tidak menyangka dan tidak percaya pria itulah yang melamarnya.

"Mimpi kah ini ya Allah? kalau iya, jangan bangunkan aku"

"Ngapain diam di situ? Sini" ucap Aliya membuyarkan lamunan Alesha.

"Iya Bun" ucap Alesha dengan langkah pelan menghampiri mereka.

Alesha duduk di samping Aliya, ia tidak henti-hentinya menatap pria itu. Pria yang bagi Alesha sangat tampan, tidak seburuk yang Alesha kira, dan tidak setua yang Alesha bayangkan, dia masih muda, umurnya pun hanya terpaut dua tahun dari usia Alesha.

"Alesha, jaga pandangan tuh" tegur Afif.

Sungguh ia malu, apalagi di dengar oleh orang banyak kalau dari tadi ia menatap pria itu.

"Ayah nih"

Semua orang terkekeh melihat Alesha yang kini sudah tertunduk malu.

"Alesha sudah datang, jadi kami langsung saja mengutarakan keinginan kami datang kemari, yang tidak lain ingin meminang Alesha untuk dijadikan istri. Silakan bicara" ucap seorang pria sedikit tua.

"Bismillah, seperti yang Paman saya bilang kedatangan kami di rumah ini ingin melamar Alesha. Saya benar-benar tulus dan menginginkan Alesha untuk menjadi istri saya, menjadi penyempurna separuh
agama saya dan menjadi ibu untuk anak-anak saya kelak. Jadi, bersediakah kamu untuk menerima lamaran saya dan menikah dengan saya?"

Alesha benar-benar bingung dengan jawaban yang harus ia pilih, perkara menikah bukan hal main-main, ia harus memikirkan baik-baik dengan keputusannya.

Bukan wanita biasa (TAMAT)Where stories live. Discover now