Acara sudah berakhir sejak beberapa jam yang lalu, rumah sudah terlihat rapi, tidak ada lagi dekorasi di rumah Alesha. Selesai makan malam bersama keluarga besar, Alesha dan Hanif memutuskan untuk ke kamar. Mereka kelelahan dan penat dengan acara siang tadi. Mereka ingin segera beristirahat dan melepas rasa lelah, begitu juga dengan keluarga Alesha, mereka juga sudah masuk ke dalam kamar.
Kamar milik Alesha sudah menjadi milik Hanif juga, Alesha harus membiasakan dirinya dengan kehadiran Hanif di kamarnya.
"Ah ... sakit Mas, pelan-pelan aja Mas" rintih Alesha di dalam kamarnya. Luna yang saat itu melewati kamar mereka, bergidik mendengar suara itu, ia tersenyum geli sambil menggelengkan kepalanya dan berlalu.
Sakit, tapi nyaman itulah yang Alesha rasakan saat Hanif memijit kakinya yang terasa pegal menggunakan minyak kayu putih. Mereka sudah mulai akrab dan tidak merasa canggung. Rupanya mudah bagi mereka untuk saling terbuka dan akrab.
"Mas nih, gak pelan-pelan mijitnya"
"Berasa gak?" tanya Hanif di sela-sela pijitannya
"Berasa banget, enak Mas. Mas bisa mijit ya, jago lagi"
"Keturunan nenek, makanya bisa mijit. Sha"
"Iya Mas?"
"Makasih ya" ucap Hanif.
Alesha mengerutkan keningnya. "Buat apa mas?"
"Buat semua nya, karena kamu sudah menerima aku apa ada nya"
"Aku juga Mas mau ucapkan terima kasih karena sudah sudi memilihku untuk menjadi istri kamu. Aku masih tidak percaya Mas, Mas jadi suamiku, rasanya seperti mimpi, sebab Mas yang sempurna inilah jodoh yang Allah takdirkan untukku. Tolong bimbing aku untuk menjadi istri yang baik ya Mas. Aku percaya, lewat kamu aku akan bisa lebih dekat dengan Allah, aku yakin kamu mampu membawa ku ke surga-Nya Mas"
"Insya Allah Sha, mas akan berusaha menjadi suami yang baik untuk kamu, membimbing kamu untuk membersamai mas menuju surgaNya. Mari kita mulai, mulai membangun rumah tangga, mari kita saling mengenal, saling terbuka dan saling percaya, kamu siap?"
"Siap Mas!" Jawab Alesha sambil tersenyum padanya.
Alesha masih tidak percaya bahwa ia sudah menjadi istri Hanif, pria yang sejak dulu ia harapkan menjadi suaminya. Alesha berjanji pada dirinya untuk menjadi seorang istri yang baik untuk Hanif.
"Nih masih pegal?"
"Sudah berkurang pegalnya Mas, dipijit sama kamu sih" ucap Alesha sambil menunduk.
"Kalau merasa pegal minta mas pijitin ya"
"Iya Mas. Istirahatlah Mas, Sha mau ke bawah dulu mau minum"
"Ikut"
"Mau minum juga?"
"Iya"
"Biar Sha aja yang ambilkan, mau apa?" tanpa sadar tangan Alesha sudah berada di rambut Hanif, ia gemes melihat rambut Hanif yang sedikit berantakan.
"Eh" ucap Alesha menyentak tangannya.
"Kenapa?" tanya Hanif sambil tersenyum.
"Gemes, mau merapikan rambut Mas"
Cup
Hanif mencium singkat bibir Alesha, hal itu membuat Alesha kaget dan terdiam sambil memegang bibirnya yang terasa hangat tadi. Ia tidak menyangka, Hanif berani menciumnya.
"Berani ya Mas mencium Sha"
"Gapapa kan? Kan sudah halal" Hanif mengedip-ngedipkan matanya.
"Jantung Sha" Alesha meletakkan tangannya di dada.

YOU ARE READING
Bukan wanita biasa (TAMAT)
General FictionSebelum baca cerita ini, baca cerita "kesempatan kedua" dulu karena ini kelanjutan dari anak-anak dari cerita itu sudah baca? Silakan lanjut baca. Jangan lupa tambahkan ke perpustakaan dan follow akun wp saya! Alesha dan Aluna dipaksa kuat oleh ke...