26-Kalau Bisa Dua kenapa Harus Satu

901K 80.5K 21K
                                    

°°°°

Berjalan dengan beriringan dengan tangan yang saling bertautan seolah menjadi kebiasaan seorang Argantara Reynand. Kemana dia pergi bersama Syera, maka yang akan dilakukan adalah menggandeng tangan mungil itu.

Memasuki area supermarket tanpa mengganti seragamnya terlebih dahulu. Memenuhi permintaan sang istri yang katanya pengen kue bantal yang dijanjikan Arga kemarin.

"Sekalian ambilin minuman kaleng,"

"Buat siapa?" Tanya Syera tanpa melirik sang empunya.

"Buat gue, emang lo mau? Kalo mau ambil sepuluh----"

Syera menggeleng kuat membuat Arga menghentikan ucapannya. "Gak!" Tolaknya.

"Mau kue bantal, habis ya?"

Arga menoleh, kemudian menunjuk pada jajaran rak yang dipenuhi kue legit yang sekilas berbentuk seperti bantal tersebut. "Tuh, ada banyak. Mau beli berapa?"

"Lima pack aja, deh, gak usah banyak-banyak. Takut gigi gue sakit kalo kebanyakan," jawab Syera sembari memasukkan tiga kue legit tersebut kedalam troli.

"Lima udah banyak, bodoh!" Geram Arga kemudian menjitak pelan kepala Syera.

Syera menggidikkan bahunya acuh, menurutnya, lima pack kue legit yang berisikan sepuluh biji itu hanya sedikit. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju rak-rak berikutnya dan mengambil beberapa keperluan yang dibutuhkan.

Syera menghentikan aktifitasnya dan memejamkan matanya sebentar. Rasa dingin dan sesuatu mengalir, terasa dibawah sana.

Syera mendongak menatap Arga. "Ga, sekarang tanggal berapa?" Tanyanya.

"Tanggal satu, kenapa?"

Syera menghela nafasnya berat, pantas saja. Ini adalah tanggal dimana ia kedatangan tamu istimewa, alias datang moon.

"Kenapa?" Tanya Arga lantaran melihat raut lelah dari wajah istrinya.

"Ambilin gue pembalut, dong." Pinta Syera.

Begitu mendengar kalimat suruhan yang keluar dari bibir manis istrinya, lantas Arga mengerjapkan matanya berkali-kali. Seorang Arga disuruh mengambil pembalut? Sedangkan letak pembalut berada disamping kasir.

Hey! Boro-boro disuruh membeli pembalut, ia disuruh membeli Pampers oleh ibundanya untuk Raga saja tidak mau. Apalagi ini.

"P-pembalut?" Ucapnya terbata-bata.

Syera mengangguk, gadis itu mengeluarkan seragam putihnya yang ia masukkan kedalam rok spannya. Takut-takut jika ia tembus nanti.

"Ambilin ya, plis!" Pinta Syera seraya menyatukan kedua tangannya dengan memohon.

Begitu melihat suaminya yang diam saja seperti orang ling-lung, lantas Syera mendorong tubuh kekar Arga, agar cowok itu cepat menuruti perintahnya.

"Buruan, Ga. Gue takut tambah deres kalo banyak gerak." Ucapnya.

Arga melirik Syera dengan tatapan memohon, agar gadisnya itu tidak menyuruhnya untuk mengambil benda yang seumur hidup belum pernah ia sentuh sama sekali.

Cowok dengan perawakan tinggi tersebut dengan ragu mendekati rak-rak kecil yang menyediakan beberapa keperluan wanita. Sedikit melirik ke arah sang kasir lantaran dua kasir tersebut meliriknya dengan sesekali menahan tawa.

"Apa lo liat-liat?!" Sewot Arga.

Sedangkan Syera, gadis itu berjalan dengan pelan-pelan mendekati Arga. Sedikit memiringkan kepalanya agar tahu benda apa yang diambil oleh suaminya ini.

ARGANTARA Where stories live. Discover now