19.Sadar

51 41 2
                                    

BAB 19

Rey perlahan membuka kelopak matanya dan pandangannya langsung  tertuju pada Lidya yang tengah tertidur disampingnya

Rey mengusap lembut pipi milik gadis didepannya tersebut, "Kalau emang bawaannya cantik dari lahir, mau digimanain aja tetap cantik" Ucap Rey sambil tersenyum kearah Lidya.

Hari ini, tepat jam 4 pagi Rey hanya bersandar di kasur rumah sakit sambil menunggu Lidya bangun dari mimpi indahnya

Lidya bukan termasuk gadis yang pemalas, tanpa Rey sadari Lidya sudah membuka matanya perlahan dan melihat Rey hanya bersandar dan terdiam di tempatnya

"Rey!Sudah bangun rupanya" Ucap Lidya yang memecahkan keheningan tersebut

"Eh!Bidadari nya Rey udah bangun, enak gak tidurnya?"

"Ish!Seharusnya aku yang nanya gitu" Jawab Lidya dengan ekspresi bak anak kecil sambil memperlihatkan wajah kesalnya

Rey yang melihat itu hanya tertawa kecil.
Namun tiba tiba ruangan itu menjadi hening kembali, Rey menatap Lidya dalam dalam dan mulai mengeluarkan kata kata yang ingin ia sampaikan sedari tadi kepada Lidya

"Lidya!Entah kenapa aku merasa tidak memiliki kaki, tetapi ketika aku melihat kaki ku dan itu masih ada. Tapi sepertinya kaki ku mati rasa, bisa kah kau jelaskan apa yang terjadi padaku?" Tanya Rey dengan raut wajah yang penuh banyak pertanyaan

Lidya yang tidak bisa berkata apa apa hanya terdiam dengan pandangan masih tertuju pada Rey, ia berusaha untuk menutupi kesedihannya dengan senyuman namun sepertinya itu memang seharusnya terjadi

"Hmm?kamu baik baik aja kok" Jawab Lidya yang sudah tidak bisa menahan air matanya

"Lidya, ku mohon!Jujur saja"

"Kamu lumpuh Rey"

Kali ini air mata Lidya tumpah ke pipinya, ia menangis sambil menggenggam tangan milik Rey sedangkan Rey terlihat tidak bergeming dan nampak raut wajah tegar serta pasrah tergabung di dalamnya

"Kamu kuat Rey, aku bersama mu" Ucap Lidya lirih dengan keyakinan nya bahwa Rey bisa sembuh

Rey menggenggam tangan Lidya dengan kuat sambil tersenyum "Trimakasih atas waktu yang kamu berikan selama ini, jika kamu tidak bisa menerima kekurangan ku saat ini maka pergilah, aku ikhlas"

"Sejak kapan aku serendah itu?Lidya tidak akan pernah meninggalkan Rey dan Rey pun tidak bisa meninggalkan Lidya, itu adalah janji ku dan walaupun aku tau bahwa kita hanya sekedar teman dekat bukan pacar tetapi aku menaruh harapan besar padamu" Jawab Lidya dengan menekankan kata katanya

"Trimakasi, aku tau bahwa kau adalag malaikat yang dikirim Tuhan untuk ku" Rey memeluk erat tubuh Lidya dan keduanya larut dalam kesedihannya

•••

Rehan memasuki ruangan mawar yang ditempati Rey dengan bingkisan roti di tangannya

"Lidya, kamu pulang dulu biar om yang jagain Rey, om juga tau kamu capek" Ucap Rehan dengan belas kasihan

"Trimakasih om, sebentar Lidya bakalan kesini kok sama mama papa dan temen temen Lidya"

Sebelum pergi meninggalkan ruangan, Lidya tidak lupa salim terhadap Rehan kemudia beralih kepada Rey.

Lidya meraih tangan Rey dan mengecup puncak kepalanya

"Aku pulang dulu ya, tenang aku ga bakalan ninggalin kamu kok"

"Siap!Hati hati di jalan ya tuan putri" Jawab Rey dengan senyuman nya

Lidya langsung beranjak pergi dan perlahan menghilang dari pandangan Rey

Rehan beranjak menghampiri Rey dengan raut wajah bercampur aduk
"Rey!Kondisi mu sekarang.."

"Rey tau pa, Rey lumpuh kan?Walaupun kondisi aku kayak gini tapi Rey bersyukur masih punya papa dan Lidya, kalian berdua the best" Ucap Rey yang memotong perkataan Rehan dehan keyakinan nya

"Rey bakalan berusaha, Rey pasti sembuh!Tidak ada yang tidak mungkin"

"Papa bangga sama kamu" Sahut Rehan dan memeluk anak satu satu nya tersebut

Dancing With Me✓Where stories live. Discover now