[79] Pada Suatu Pagi

3.8K 986 789
                                    

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tidak ada yang spesial ketika Lucky kembali menginjakkan kakinya ke rumah Yoana

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tidak ada yang spesial ketika Lucky kembali menginjakkan kakinya ke rumah Yoana. Seperti berhari-hari rasanya Lucky tidak pulang ke rumah. Sejak terakhir kali dia pamit pada Yoana akan berangkat meeting pagi-pagi sekali. Padahal sebenarnya dia ke rumah Zuhry dan membuat kebun. Terhitung sudah hampir empat hari dia bolos kerja hari ini. Pasti kolom grup kantor di WhatsApp ramai mencari-cari keberadaannya. Tapi Lucky tidak peduli ponselnya terus berdenting. Langkah kakinya makin lambat memasuki ruang tamu. Menemukan Mbok Par seperti biasa tengah bernyanyi riang sambil mengayunkan gagang sapunya.

"Laylay... laylay... laylay... Panggil aku si jablay-" nyanyian Mbok Par terhenti melihat Lucky. "Eh, Den Uky gemoy! Akhirnya pulang juga atuh. Simbok bikin rendang, loh. Mau nggak, Den?"

Lucky hanya melangkah dalam diam.

Mbok Par jadi bengong melihat anak majikannya itu melenggang tanpa banyak kata. Aneh sekali. Tumben. Tidak biasanya dia begitu. Tapi, ah, sudahlah. Lucky yang tidak merengek adalah surga bagi semua penghuni rumah.

Sampai di tikungan kolam renang, Yudha dan Albim asyik mengajak bicara burung perkutut di kandang. Lucky melangkah tidak peduli.

"Daddy! Daddy! Bimbim mau kasih makan bulungnya!"

"Iya, ini pegang, Bim! Adoh, jangan kamu masukin tangannya! Sini pegang Daddy!" Yudha baru akan mengambil kotak makan burungnya, saat mendapati Lucky. "Nah, tuh dia Om-mu, Bim! Oy, tidur mana lo dari kemaren? Studio apa kosnya Rendy? Masih inget rumah?"

"Studio."

"Owh," Yudha mengusap kandang perkututnya riang. "Lihatin, deh! Burung gue baru! Dengerin suaranya, Ky! Bisa ngomong ini!"

"Turutututut... Turututut..."

"Tuh, burung gue bilang! Uky jelek! Uky jelek! Ya nggak, Bim?" tawa Yudha makin kencang.

"Iya, Daddy! Om Uky jelek!"

"Gimana, Ky-" Yudha langsung meringis menyadari muka zombie adik iparnya yang penuh lingkaran hitam di mata. "Eh- kenapa lo diem aja kek patung?"

Lucky to Have ZuhryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora