24━The unrequited love

810 105 19
                                    

"Lukanya udah diobatin?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lukanya udah diobatin?"

Renjun yang semulanya fokus pada handphone refleks mendongak, terlepas pertanyaan barusan itu dituju padanya atau tidak.

Ia tersenyum tipis. Syukurlah pertanyaan barusan memang dituju padanya, syukurlah orang yang barusan bertanya adalah orang itu.

"Kaget, ya? Sorry hehe."

Baiklah, Renjun kalah. Renjun bukan lagi tersenyum tipis melainkan tersenyum lebar hingga menunjukkan deret giginya yang rapi pada orang di hadapannya.

Ia tidak tahu alasan pastinya.

Entah karena cara seseorang itu tertawa atau karena wangi khas bayinya.

Atau karena keduanya.

Atau hanya dengan presensi orang itu saja sudah cukup untuk membuatnya tersenyum.

"Lo... bau bayi." Ujar Renjun. Kepalanya masih sedikit mendongak karena lawan bicaranya berdiri sedangkan ia masih duduk di pinggir ranjang uks.

"Perutnya sakit?" Kini pemuda Huang itu bertanya dengan tatapan menyelidik dan tangan yang bersedekap. Entah kepercayaan diri dari mana membuatnya berani bersikap seperti itu.

Gadis cantik dengan seragam cheerleader kebanggannya yang hari itu ia lapiskan lagi dengan cardigan ikut menyilangkan tangan di depan perut ratanya, berharap wangi minyak telon yang ia pakai tidak keluar. "Dingin." Balasnya singkat.

Ya, siapa yang tidak akan kedinginan dengan crop top lengan panjang dan mini skirt khas cheerleading seperti yang dipakai Nakyung serta rekan-rekannya saat ini. Ditambah lagi langit mendung di luar sana.

Renjun menepuk tempat di sampingnya, meminta Nakyung untuk duduk disana. Namun si gadis menggeleng dan memilih untuk duduk di pinggir ranjang lainnya. Kini mereka saling berhadapan.

Kalau boleh jujur, Renjun sedikit merasa terganggu dengan jarak yang barusan Nakyung ciptakan.

"Nanti dilempar-lempar gitu, ya?"

Tawa Nakyung meledak. "Dilempar katanya,"

"Iya. Nanti gue dilempar."

"Hati-hati, ya."

"Okay."

"Nanti pas nampil rambutnya tetep gini?"

Nakyung refleks memegang rambutnya, tidak berantakan tetapi tidak terlalu rapi juga. Hanya dijepit setengah.

"Harusnya diiket, tapi ntar deh. Gue gak bawa iket rambut."

"Gue bisa..."

"Kenapa? Jelek, ya?" Nakyung bertanya sambil membuka kamera handphonenya untuk digunakan sebagai cermin. Sebab, yang namanya Huang Renjun tak pernah sekalipun menyinggung soal penampilannya sebelum detik ini.

thursday; renjun nakyungWhere stories live. Discover now