"KOK GUE GAK DIBANGUNIN?" pekik Nakyung yang terbangun dari tidurnya dengan keadaan super panik. Bagaimana tidak? gadis itu tak sengaja tertidur di perjalanannya ke sekolah. Setelah melirik arloji di pergelangan tangan kirinya, Nakyung merasa sedikit lega, tetapi tetap kesal karena tidak dibangunkan.
"Lah situ yang ketiduran sini yang salah?" sungut orang yang duduk di kursi kemudi, kakak satu-satunya Nakyung.
"Ya kenapa gak dibangunin, Johnny?" sinis Nakyung. Beneran gak paham dengan jalan pikir kakaknya. Padahal seisi rumah tau kenapa Nakyung berangkat lebih awal, tapi kakaknya ini malah membiarkan si bungsu tertidur lebih lama.
"Div, lo itu paham gak sih perasaan gak tega ketika melihat adik sendiri tidur dengan muka kecapekan? Mana jelek lagi," bela Johnny dengan suara yang dimelas-melaskan.
Awalnya, Nakyung merasa terharu tapi tetap kembali kesal, apalagi saat mendengar akhir kalimatnya.
Nakyung memutar bola matanya malas, "Mana gue tau, gue kan gak punya adek. Apalagi yang jelek" balasnya dengan bibir yang dimaju-majukan.
Johnny tertawa melihat kelakuan adik satu-satunya, kedua tangannya terulur untuk mencubit pipi Nakyung yang mengembung karena sedang kesal, "Bercanda, bercanda. Aduhai adik gue, anak papi, anak mami, cantik banget sihhhhhhhh"
Akhirnya, Nakyung turun dari mobil dengan perasaan jengkel minta ampun. Ia mengacak kesal rambutnya yang terurai, pipinya memerah, bukan karena Nakyung memakai blush on, bukan juga karena malu. Tapi karena cubitan kakaknya yang gak pake hati. Harusnya ia sadar dari awal bahwa membiarkan Johnny mengantarnya ke sekolah adalah ide yang buruk.
Jangan salah paham, kakak adik ini sangat akur kok.
Karena bel sebentar lagi berbunyi, Nakyung mempercepat langkahnya untuk sampai ke kelas, tentu dengan mulut yang tak henti-hentinya menggerutu. Namun tiba-tiba senyumnya merekah lebar saat netranya menangkap punggung seseorang yang sangat ia hafal.
Huang Renjun.
Dilihat dari ekspresi Renjun yang datar dan terkesan cuek dengan sekitar. Nakyung kembali teringat pagi itu, pagi dimana untuk pertama kalinya Renjun berjalan bersamanya ke kelas. Wajah Renjun begitu datar, tapi mengajak Nakyung untuk bercanda. Pemuda Huang itu benar-benar tidak bisa ditebak.
Jadi dengan lagaknya, Nakyung menyimpulkan bahwa begitulah seorang Huang Renjun di pagi hari, selalu pasang muka datar walau moodnya baik-baik saja. Tak ingin menyita lebih banyak waktu lagi, Nakyung buru-buru mempercepat langkahnya agar seiringan dengan Renjun.
"Hai," sapanya senatural mungkin. Tidak lupa ia memamerkan senyuman manisnya, seakan-akan lupa siapa orang yang beberapa menit lalu menggerutu tak jelas.
Namun yang Nakyung dapati sebagai balasan adalah raut wajah Renjun yang menatapnya penuh tanya, bingung, dan terkejut.
Little did she know, Renjun tengah menyembunyikan senyumnya.
YOU ARE READING
thursday; renjun nakyung
Short StoryNakyung diam-diam suka dengan ketua klub broadcasting, shhht! Ini rahasia. Rahasia umum, semua orang juga tau. ©2020, ridincrew