4

2.4K 427 110
                                    

Sasuke menggeliat pelan, melilitkan kakinya lalu memeluk erat sesuatu di sisinya. Dalam kondisi setengah sadar hidungnya mengendus aroma memabukkan, kepalanya semakin merangsek menikmati gulingnya yang terasa kenyal dan lembut. Rasanya ia tidak mau bangun sekarang.

Sasuke mengeratkan pelukannya kala merasakan gerakan kecil pada gulingnya. Tunggu, sejak kapan gulingnya bisa bergerak.

"Uhh s-sesak."

Sejak kapan gulingnya bisa bicara. Terlebih sejak kapan ada guling di rumahnya.

Tubuh Sasuke mendadak kaku. Kelopaknya masih senantiasa terpejam, namun otaknya bergerak cepat. Seingatnya semalam ia tidur di ruang tamu, hujan deras, lalu pindah ke kamar karena atap ruang tamu bocor.

Kelopaknya seketika terbuka kala ia menyadari sesuatu. Iris hitamnya melebar, kedua pipinya bersemu samar kala menangkap dua gundukan kenyal tepat di depan hidungnya.

"Lima menit lagi mbok."

Berarti sedari tadi ia memeluk Sakura, mengusak dan mengendus payudara gadis itu. Demi Dewa ia harus bangun sekarang juga meskipun jauh di lubuk hatinya mengembang rasa tak rela.

"Kkyyaaa."


Bruk.


"A-apa yang kau lakukan s-sesat."

Sasuke meringis pelan ketika punggung dan pantatnya mencium tanah dengan keras. Jangan lupakan perutnya yang sedikit nyeri akibat tendangan tak kalah keras dari Sakura. Dengan pandangan sayu ia beranjak berdiri, mengelus pantatnya sejenak, lantas memandang Sakura yang sibuk membungkus tubuhnya dengan tikar anyaman lantaran tak ada selimut.

"K-kau menggosok wajah mu di d-da ..." Kedua pipi Sakura memerah sempurna. "aargghhh dasar sesat!"

"I-itu tidak seperti yang kau pikirkan."

"Jangan bilang kau menggerayangi ku?! Kau menyentuh ku di mana-"

Sasuke melangkah lebar lantas membekap mulut Sakura. "Kau bisa diam, ibu akan berpikiran yang tidak-tidak jika mendengarnya."

Sakura menggeleng seraya tangan kananya menarik kuat telapak tangan Sasuke. Paru-parunya mengempis, dia butuh oksigen sekarang. "Lepphwashh."

"Tenang oke." Sakura mengangguk cepat. Lantas ia menarik napas dalam-dalam setelah Sasuke melepaskan bekapannya.

"Kau ... kau berniat membunuh ku setelah puas menggeraya- tidak memperkosa ku?!"

"Demi Dewa aku tidak sebejat itu."

"Aku tidak sebejat itu," Sindir Sakura dengan nada meremehkan. "jika tidak bejat kenapa kau mendusel, mengendus d-dadaku ... aku tahu dada ku tidak terlalu besar, tapi ini penuh dan ... aargh sial kenapa aku masih meraskan napas hangat mu itu."

Sasuke membuang mukanya asal lantas duduk ditepi ranjang memunggungi Sakura. Kedua pipinya terasa panas kala mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Sakura. Ia menyeringai tipis kala teringat tentang Sasuke kecil.

"Hoi."

Sakura menendang pelan pinggang Sasuke. "Nama ku Sakura bukan hoi."

"Kenapa tidak kita coba saja membuat Sasuke kecil?" Sasuke mendengus kala merasakan tendangan di pinggangnya yang lumayan keras. Ia beranjak berdiri lantas memandang intens lawan bicaranya yang masih berbungkus tikar anyaman tak lupa dengan delikan iris hijaunya.

"Jangan bercanda."

"Siapa kemarin yang mengoceh tentang Sasuke kecil?" Sasuke mencondongkon tubuhnya, Onyx nya merekam jelas wajah memerah Sakura. Sudahkah sebelumnya ia bilang bahwa gadis menyebalkan ini terlampau cantik? "mengatakan dia calon ibunya Sasuke kecil, bahkan menjanjikan ibu ku akan membuat banyak Sasuke kecil."

Korelasi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang