9

2.6K 460 135
                                    

Adakah yang menunggu cerita ini?

































Happy reading!













"Kenapa kau tidak menyeretnya kembali hah?!"

Ino berjenggit takut. "M-maaf pangeran, putri, dia ingin menenangkan diri sejenak, dia ... nanti ... dia akan kembali bersama suaminya."

"Apa maksud mu dengan suaminya?" Sasori melirik sinis. "apa yang terjadi dengan adikku hah?!"

"Y-Yang Mulia ..." Ino menelan ludahnya gugup, ini pertama kalinya ia berhadapan dengan sisi lain dari Pangeran Sasori "Putri Sakura dia ... dia baik-baik saja. Tiga hari lagi putri akan menikah dan anda ... anda diminta datang menjadi walinya."

Sasori membanting semua benda yang ada di hadapannya membuat Ino bergegas menghampiri ayahnya yang berdiri tak jauh darinya.

"Katakan. Katakan siapa yang berani menggambil adikku!"

"Pangeran tenanglah," Inoichi melangkah mendekat lantas memegang erat kedua bahu Sasori. "tidak ada yang menggambil tuan putri dari anda. Putri Sakura hanya menikah dan Yang Mulia Putri tetap menjadi adik anda," Inoichi menghela napas pelan. "bukan sebagai pangeran, tapi sebagai seorang kakak ... izinkan adik anda bahagia."

Sasori menyembunyikan hazel nya sejenak lantas mengangguk samar. "Siapa laki-laki itu dan dimana dia tinggal?"

"Namanya Sasuke ... pemuda penjual kayu bakar di pinggiran desa Kerajaan Iwa." Jelas Ino.

Sasori mendesah pelan menyadari kenyataan bahwa adiknya telah berjalan sejauh itu. "Siapkan penyamaran kita berangkat besok."

Inoichi menunduk hormat. "Baik pangeran."

"S-sebenarnya pangeran ..."

"Katakan."

"Waktu saya melakukan pencarian tepat diakhir pekan, saya tidak sengaja melihat rombongan Putri Hinata menemui calon suami Putri Sakura."

Sasori tersenyum sinis. "Oh jadi alasannya berlatih selama ini untuk jalan-jalan semata, Sakura tahu?"

"Yang Mulia Putri tahu, dan jika waktunya tiba putri akan kembali bersama calon suaminya."

Kernyitan halus tercetak di jidat Sasori. "Sakura menikah karena suatu rencana?"

Ino menggeleng pelan. "Mereka menikah karena sama-sama mencintai, saya bisa melihat bahwa putri bahagia di sana."

Sasori mengangguk samar. "Pastikan tidak ada satupun begundal kerajaan yang tahu tentang ini."

"Baik pangeran, anda istirahatlah saya akan menyiapkan untuk perjalanan besok," Inoichi melirik singkat putri satu-satunya lantas mengangguk samar. "kami undur diri."

Sasori menghempaskan tubuh di atas ranjang empuk kamarnya. Neuron nya sibuk berkelana memikirkan isi otak adiknya. Apa yang ada dipikiran otak sempit Sakura hingga berniat menikah tanpa persetujuannya. Sasori menghela napas kasar lantas bangkit dari acara rebahan tidak bergunanya, ia harus bergegas mencari gombal bekas untuk pakaiannya besok.



***


Sakura tertawa lebar mengamati kegiatan Sasuke sejak tiga hari terakhir di sore hari. Lelaki itu ternyata benar-benar serius mencari bambu untuk sekedar memperlebar kamar mereka katanya. Jemari kakinya yang beralas sandal jepit melangkah ringan hendak menyeret bambu hasil penebangan.

Korelasi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang