5

2.6K 439 80
                                    

"Ibu, kami berangkat ya."

Mikoto tersenyum kecil. Onyx hitamnya memandang sendu Sasuke yang mengeratkan gendongan kayu bakar di punggungnya, sementara Sakura sendiri membopong dua ikat lagi. Seandainya, seandainya semua berjalan sesuai garisnya keluarganya pasti akan hidup bahagia, terlebih putra bungsunya tidak akan mengalami penderitaan seperti ini.

"Hati-hati kalian, jangan terlalu lama di desa dan jangan bertengkar lagi. Mengerti."

"Siap ibu, pangeran Sasuke sudah janji akan menjaga ibunya Sasuke kecil." Ujar Sakura dengan cengiran andalannya.

Sasuke mendengus malas, sedetik kemudian senyum tipis nangkring di bibirnya. "Kami berangkat."

"Daaahh ibu jangan kangen ya, Sakura hanya sebentar kok."

"Hati-hati di jalan ya sayang."

Mikoto membalas lambaian tangan Sakura. Ia menggeleng samar menyadari pikirannya yang menyalahkan garis takdir. Dewa, meskipun kecil kemungkinannya ia selalu berharap bisa bertemu kembali dengan suami dan putra sulungnya. Hatinya selalu menyangkal ketika tempo dulu ia mendengar desas-desus tentang kematian suami dan putra sulungnya.

Mikoto bergegas memasuki rumahnya, menutup pintu kayu lantas terduduk di atas tikar kamarnya. Ia mengambil bantal usangnya lantas mengeluarkan tumpukan baju yang menjadi isinya. Onyx nya mulai berair kala memandang salah satu baju mewah yang pernah ia kenakan dulu, ya dulu sekali saat Sasuke masih anteng di dalam perutnya.

***

Sasuke menyusun kayu bakar dengan telaten. Onyx nya berputar malas kala mendapati tingkah Sakura yang kembali berkoar-koar dengan centil untuk menggaet pembeli. Demi dewa tingkah gadis itu sungguh meresahkan. Tanpa pikir panjang ia menarik lengan Sakura lalu mendudukkan paksa gadis itu.

"Ada apa?"

"Duduk, aku yang berjualan."

Sakura mengibas pelan tangan kanannya. "Tidak tidak aku saja, kalau pangeran Sasuke yang jualan untungnya sedikit, sangat sedikit."

"Kau duduk atau tidak pernah ikut ke pasar lagi?"

"Huh."

Sasuke tersenyum samar mendapati raut sebal gadis di hadapannya. Lantas ia duduk di sisi Sakura sembari menunggu datangnya sang pembeli.

"Demi Dewa kapan kayu bakarnya habis jika kau berjualan seperti patung." Dumel Sakura.

"Dewa sudah mengaturnya."

"Tidak begini juga kali, kita harus usaha agar cepat laku lalu pulang," Ekor mata Sakura melirik singkat. "atau kau sengaja diam begini ya agar bisa lama-lama di pasar? Mengaku saja dasar kucing garong."

Alis Sasuke berkedut samar. Mengabaikan gadis menyebalkan di sisinya, Sasuke bergegas menyambut datangnya penbeli.

"Silahkan tuan, satu ikat empat-"

"Nona jualan apa sekarang?"

Jidat Sasuke berkedut samar. Onyx nya merekam semua pergerakan Sakura, mulai dari raut wajahnya yang mendadak sumringah kala di tanya si pembeli sok keren itu. Melayani dengan senang hati, bahkan gadis jelita itu dengan seenak jenongnya menjual kayu bakarnya seharga tujuh sen per ikat.

Sasuke hanya menggeleng melihat pembeli yang iya-iya saja. Bukannya Sasuke tidak senang bisa dapat untung banyak, hanya saja ia terlalu takut bagaimana jika nanti Dewa menghukumnya.

"Pangeran harus belajar banyak dari ku cara berjualan yang baik dan benar." Sakura terkikik pelan seraya menyerahkan koin lima belas sen hasil penjualan dua ikat kayu bakar.

Korelasi [✓]Where stories live. Discover now