10

3.3K 454 106
                                    

Happy Reading!!





















Sasuke melangkah lebar tanpa arah dan tujuan. Gendang telinganya seolah tuli terhadap teriakan menggelegar yang memanggil namanya.

“Sasuke berhenti di sana atau aku akan mati,” Sakura menunduk memegang erat kedua lututnya. Napasnya tersenggal, jantungnya bergemuruh hebat seolah tahu sang pemilik lari maraton keliling dunia. “Sasuke aku benar-benar akan ma-”

“Apa?!”

Sakura tersenyum tipis. Ia mengusap peluh pada kedua sisi wajahnya lantas berlari kecil menuju Sasuke yang mulai mendudukkan diri pada pinggiran sungai.

“Kapan-kapan kita harus mengadakan lomba lari antara Sasuke dengan macan tutul, pasti seru sekali,” Sasuke hanya mendengus seraya melempar kerikil ke sungai. “apa ini yang dinamakan jodoh? Sama-sama melempar kerikil ketika marah.”

Sakura meraup banyak kerikil, melemparnya ke sungai secara bersamaan lantas mendudukkan bokongnya di sisi Sasuke. “Mau mendengar sesuatu?”

Sakura memutar bola matanya bosan kala tak mendapat tanggapan sedikitpun dari Sasuke. Sepertinya Sang Pangeran butuh menenangkan diri dari guncangan maha dahsyat yang baru saja diterimanya. Oke ia hanya perlu diam menunggu.

“Katanya mau cerita kenapa diam saja?”

“Cerita ini bermula ketika aku masih waras dan tekun mengikuti pendidikan kerajaan.”

“Sekarang kau tidak waras begitu?”

Sakura hanya tertawa kecil lantas menarik napas perlahan. “Konohagakure, Sunagakure, Kumogakure, Kirigakure, dan Iwagakure. Lima kerajaan besar yang berkuasa hingga sekarang. Dalam sejarah Kerajaan, Kaisar Madara Uchiha dari Konohagakure adalah sosok bijak yang paling disegani,” Sakura menelan ludah guna memperlancar jalan bicaranya. “aku tidak mengerti, kenapa sejarah menuliskan bahwa kaisar menyerahkan tahta secara suka rela lantas memilih hidup tenang dengan anak cucunya hingga ajal menjemput. Bahkan sejarah tidak menuliskan nama anak dan cucu Sang Kaisar.”

Sakura mengambil kerikil secara asal lantas melemparnya sejauh mungkin. “Pada dasarnya tidak ada yang suka rela dalam politik kerajaan.”

Sasuke menatap percikan air sungai akibat lemparan Sakura seolah gadis itu ingin mengeluarkan seluruh masalahnya. “Dulu sekali waktu aku masih kecil, kakak selalu mewanti-wanti untuk tidak mudah percaya atau mengatakan sesuatu kepada orang di lingkup kerajaan. Sasuke tahu ... mereka mengerikan, penuh tipu daya muslihat.”

“Sama halnya ibuku ... sejarah menuliskan bahwa ibuku, Ratu Mebuki meninggal akibat penyakit mematikan ... nyatanya ibuku di racun setiap hari.”

“Sudah cukup ceritanya.” Sasuke berbisik pelan, ia hanya tidak ingin Sakura membuka lukanya kembali.

“Jika memang yang dikatakan si kuning itu benar bahwa ibu Mikoto adalah seorang Ratu Uchiha berarti Sasuke adalah-”

“Cukup! Aku tidak ingin mendengarnya lagi.”

“Kau Pangeran Kerajaan Konoha!”

“Aku bilang cukup!” Bentak Sasuke seraya menatap tajam iris hijau Sakura.

“Semua orang memiliki alasan yang mendasar untuk melakukan semua hal termasuk ibu Mikoto, setidaknya-”

Sasuke menatap tajam gadis di sampingnya membuat perkataan Sakura menguap entah kemana. “Dia mengatakan ayah ku meninggal, kami tidak memiliki keluarga lain, dan diasingkan dari negeri asal. Kau pikir aku tidak sakit hati mendengar semua kenyatannya ini hah?!”

Korelasi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang