13. tempat tinggal

874 169 62
                                    

Minggu-minggu UAS memang tidak pernah membuat hidup tenang meski hanya sejenak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Minggu-minggu UAS memang tidak pernah membuat hidup tenang meski hanya sejenak. Selama itu juga, Billkin berusaha menyabarkan diri dengan beragam dosen yang ada saja maunya. Jadi, saat penutupan UAS di hari Jumat setelah dua minggu tidak bisa tidur dengan nyenyak dan damai, Billkin menelungkupkan kepala di atas meja kantin fakultas untuk mengistirahatkan diri. Di sebelahnya, ada Harit yang masih ngawang sebab UAS terakhir mereka tidak memiliki sopan santun sama sekali.

"Makan aja dah. Laper gue abis mikir." Billkin beranjak dari meja, rambutnya berantakan seperti diterpa badai. "Nitip gak, Rit?"

"Apaan?"

"MAKAN."

Respon yang Harit berikan adalah mengangguk-angguk tidak jelas meski telah disemprot oleh Billkin. "Siomai pedes ya satu sama es jeruk."

Selepas jawaban Harit dapat Billkin ingat dalam memorinya, ia beranjak dari tempat semula. Tangan pemuda itu dimasukkan ke saku, berjalan kasual ke arah stand-stand yang berjajar di kantin fakultas. Sedikit merasa kelaparan karena pagi tadi ia tidak sempat sarapan sebab bangun terlambat. Jelas saja Billkin langsung loncat dari kasur, mandi ala kadarnya, dan mengabaikan teriakan sang ibu untuk sarapan. Banyak sumpah serapah Billkin lontarkan ketika sepasang sepatu yang hendak ia pakai tak kunjung dipakainya dengan benar. Begitu juga ketika helm miliknya tertinggal di kamar dan membuat ia harus cepat-cepat naik turun tangga.

Pagi tadi, seisi rumah sampai kebingungan melihat Billkin kacau. Untung saat sampai di kampus, Billkin diberikan jeda sebentar sebelum ujian akhir dilaksanakan. Kemudian, ketika segalanya selesai, barulah perut Billkin berdemo untuk diberi makan.

"Pak, soto ayam ya satu. Kuahnya banyakin, bentar lagi saya balik ke sini lagi." Billkin menunjukkan telapak kanannya pada penjual soto sebagai tanda bahwa ia akan melipir sebentar, membeli minuman dan pesanan Harit yang kebetulan hanya berbeda dua stand saja.

Sepuluh menit berkutat dengan penjual di kantin dan membuat tangannya membawa nampan penuh, Billkin kembali lagi ke mejanya dengan Harit tadi—dan menemukan Bank yang sedang berbincang bersama Harit, tak lupa tangan pemuda itu menggenggam satu botol Fruit Tea rasa blackcurrant.

"Ngapain lo?" tanya Billkin tanpa basa-basi seraya memberikan sepiring somai bertabur sambel pada Harit dan es jeruk pesanannya. "Mau balik sama Harit?"

Bank mendongak, nyengir lebar hingga memperlihatkan deretan gigi rapinya. "Kagak, mau ketemu lo."

"Gue? Kenapa gak chat dulu?"

Seakan tau kalau temannya sedang kelaparan, maka Bank diam sebentar untuk membiarkan Billkin menyuap sotonya beberapa kali setelah berhasil duduk dengan nyaman. Lantas, Bank meneguk minuman teh berperisanya hingga tenggorokan pemuda itu terasa lega karena rasa dingin yang menjalar di sana.

"Lo mau nggak ikut gue pemotretan portofolio?"

Billkin mengangkat alis, menelan kuah soto dengan susah payah, dan hampir saja tersedak. "For what?"

radio sabtu | bkppWhere stories live. Discover now