3. fragmen cerita

1.1K 221 31
                                    

Radio Sabtu adalah hal yang tidak diperkirakan Billkin akan menjadi krusial di hidupnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Radio Sabtu adalah hal yang tidak diperkirakan Billkin akan menjadi krusial di hidupnya. Kalau ditanya mengenai alasan ia bertahan dengan tiga orang manusia aneh itu, Billkin tidak memiliki alasan spesifik kecuali ia merasa bahwa his existence is right ketika berada di sekeliling mereka.

Saat bertemu pertama kali, keempat pemuda dengan titel mahasiswa baru itu terjebak dalam satu kelompok di orientasi universitas. Dengan otak yang memiliki pemikiran sama, mereka luwes mengobrol meski masih baru sekali bertatap muka. Saling mengenal satu sama lain pun belum—karena—tidak jelasnya, keempat pemuda itu lupa memperkenalkan diri karena sudah sibuk mengobrol bahasan tidak penting. Billkin sendiri sudah lupa, apa-apa saja yang membuat mereka betah ngobrol sampai bisa sedekat sekarang.

Kalau tentang Radio Sabtu, awalnya itu semua inisiatif dari Oab. Sebagai seorang Kabim kelompok orientasi universitas mereka, Oab paling dekat dengan empat sekawan itu daripada yang lainnya. Sedikit demi sedikit, ada sepercik rasa penasaran pada diri Oab mengenai kapabilitas mereka terkait musik. Sebab, selain berbakat berbicara ngelantur, empat mahasiswa baru itu juga terlihat memiliki ketertarikan mengenai musik jika Oab simak dari obrolannya.

Mungkin, Radio Sabtu sendiri tidak ingat, tapi sebagai pengamat dan saksi keempat pemuda itu berkembang dari manusia clueless hingga menjadi sebuah band dengan tajuk Radio Sabtu yang cukup dikenal, Oab mampu mengingat semuanya dengan detail. Bahkan, sampai ia lulus dan berhasil membangun Kafe Realisme, Oab lebih mengingat cerita lama tentang Radio Sabtu daripada isi skripsinya.

"Menurut gue yang paling ngerti sejarah Radio Sabtu itu Bang Oab, kita lupa soalnya." Pond menggigit macaron berwarna cokelat di tangannya, lalu mengunyah makanan manis tersebut dengan semangat. "Ya gak, Bang?"

"Gak."

Mulut Pond mencibir. "Lo mah gitu sama kita, sok gak peduli tapi paling semangat kalo Radio Sabtu ada yang nawarin job."

Mendengar cibiran Pond dan wajah malas milik Oab yang menurut Billkin terasa menyenangkan, ia segera menolehkan kepala ke arah PP—yang kebetulan mengambil tempat duduk di sebelahnya. "Jadi Pi, pokoknya seinget gue tuh kita berempat sekelompok pas ospek universitas, terus dapet Kabim Bang Oab. Dari situ juga waktu ngobrolin aliran musik, ternyata selera kita sama?" Penjelasan Billkin diakhiri oleh tanya, lantas si vokalis menoleh ke arah Oab. "Bener gak sih, Bang?"

Oab menggeleng-gelengkan kepala pasrah seraya berdecak. "Lo semua Radio Sabtu gadungan."

Jawaban Oab membuat Bank mengikuti langkah Pond untuk melayangkan cibiran kepada yang lebih tua. "Iyeh, lo doang emang paling keren."

"Kamu juga keren, Sayang."

Bank sontak tersedak, lalu melotot tajam. "GAK USAH MEMUJI! INI GUE LAGI NGEJEK YA."

Ada senyuman geli yang Oab torehkan pada wajah tampannya. Kemudian, ia menyilangkan kaki, mencari posisi duduk yang membuatnya nyaman sebelum kembali membuka suara. "Udah bener cerita lo, Kin. Terus gue pikir seru juga kalo mereka bakal awet temenan, akhirnya gue nyeplos aja ngasih tawaran bikin band. Ya untungnya ini berempat fine fine aja meskipun pada beda fakultas. At first, tujuan gue sih cuma mau mereka bareng-bareng terus aja, not this far sampe berhasil bikin satu EP. Kalo tentang nama Radio Sabtu gue gak ikutan, itu dari mereka sendiri."

radio sabtu | bkppWhere stories live. Discover now