# 14

2.7K 455 57
                                    

Tangan Sunghoon sedang mengikat tali sepatu seluncurnya dengan kuat ketika dia mendapati Kim Junseo tengah berseluncur ke arahnya.

"Lusa adalah tahap seleksi, Sunghoon," ujar Junseo dari kejauhan. Pemuda itu melambat sampai ia berhenti dengan sempurna di hadapan Sunghoon. "Apakah orangtuamu menonton besok?"

"Sepertinya tidak. Mereka sibuk," jawab Sunghoon. Dia melanjutkan kegiatan mengikat talinya sebelum melanjutkan ucapannya. "Tapi kemungkinan teman-temanku datang menonton. Ada apa?"

"Tidak apa-apa! Aku hanya bertanya, soalnya lombamu yang terakhir itu sepi sekali, kan, orangtuamu tidak datang." Junseo berjongkok di hadapan Sunghoon. "Orangtuaku besok datang. Kita semua akan saling mendukung."

Junseo tersenyum sebelum ia menepuk bahu Sunghoon bersamaan dengan selesainya simpul di sepatu Sunghoon. Anak itu mengulurkan tangannya ke arah Sunghoon--berniat menawarkan bantuan kepada Sunghoon, tetapi tidak Sunghoon gubris.

"Aku bisa sendiri."

Setelah itu, Sunghoon mulai meluncur di ice rink dengan niat pemanasan. Junseo berada tidak jauh di belakangnya.

Junseo adalah pemuda yang baik. Dia dekat dengan semua figure skater, dia juga dekat dengan semua pelatih. Kepribadiannya cerah dan banyak omong, berbanding terbalik dengan Sunghoon yang hanya senyum sambil mengangguk saja biasanya.

Menariknya lagi, seluruh anggota keluarga Junseo selalu hadir di tiap acara pentingnya. Baik dari seleksi, prapenyisihan, sampai ke turnamen besar berskala nasional. Sunghoon sampai hapal wajah mereka dan sesekali ia juga bertegur sapa. Junseo selalu berusaha membawanya ke lingkaran keluarganya; mulai menceritakan betapa bangganya keluarga mereka memiliki Junseo.

Junseo bukanlah Sunghoon. Junseo tidak membawa banyak piala seperti Sunghoon. Junseo bagaikan datang untuk mengumpulkan poin pertandingan, dia seolah datang tanpa motivasi untuk menang--datang hanya untuk menambah portofolio perlombaan mana saja yang pernah diikutinya.

Sunghoon yakin, seluruh hidupnya bertumpu pada dunia seluncur. Di atas es dalam suhu beku adalah bagian dari napasnya. Dia akan melakukan yang terbaik. Dia bisa merelakan apa saja demi skating.

Akan tetapi, kenapa selalu Junseo yang terlihat didukung penuh oleh keluarganya? Bahkan ketik anak itu tidak menang, keluarganya tetap menghambur untuk memeluknya. Menganggapnya memenangkan olimpiade ketika sebenarnya hanya juara tiga saja.

Apa yang Sunghoon dapatkan jika ia tidak juara?

Sunghoon menajamkan pandangannya sambil melakukan spread eagle. Junseo di belakangnya hanya berseluncur bebas.

Hidup kadang memang berjalan secara tidak adil.
  
 
       
   
    
 
  
   

Heeseung tengah berkutat dengan kode genetik DNA yang menjadi soal olimpiade biologi tahun lalu ketika Taehyun menarik kursi di sebelahnya dan meletakan buku-buku catatannya di sisi Heeseung.

"Latihan untuk olimpiade sepagi ini?" tanya Taehyun, jelas basa-basi retorik biasa. Heeseung mengangguk sambil melirik singkat temannya itu.

"English Debate Club juga sedang mempersiapkan waktu untuk lomba, kan?" Heeseung balik bertanya sambil membuka halaman baru di buku kumpulan soal biologinya. "Kemarin aku lihat kabarnya di Instagram klubmu. Kamu masuk sebagai delegasi lagi, selamat ya!"

Taehyun mengulas senyum lebar. Dia mengambil salah satu buku catatannya dan mulai membukanya. "Rasanya senang sekali bisa mewakili sekolah untuk lomba." Taehyun bergumam pelan dengan mata masih terfokus ke bukunya. Itu membuat Heeseung juga kembali pada soal-soalnya. "Ngomong-ngomong, besok adalah hari seleksi Sunghoon. Jake menyarankan agar kita dijemput masing-masing di rumah saja oleh Jay, bagaimana?"

gold digger •  jayseung - hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang