Alis Jay terangkat bingung ketika ia mendapati Heeseung ada di depan kelasnya.
"Ngapain?" tanya Jay bingung. Matanya melirik kembali ke dalam kelas sebelum melanjutkan, "Sunghoon-nya tadi keluar duluan, tapi tasnya masih ada--"
"Aku gak nyari Sunghoon. Aku nyari kamu."
Ucapan Jay yang dipotong oleh Heeseung dengan cepat itu membuat Jay mengerjap singkat lalu mengangguk-angguk layaknya orang bodoh. Tumbenan sekali Heeseung yang mencari dia duluan, biasanya, kan, Jay yang memberi komando via chat.
Jelek sekali, sih, memang cara pendekatannya--asal main suruh orang ini dan itu. Biarlah, Jay ingin melakukannya dengan caranya sendiri agar lebih berkesan. Toh, Heeseung selama ini tidak pernah protes yang benar-benar sampai menolak.
Bibir Jay membentuk senyum samar. Lucu juga kalau mengingat bagaimana Heeseung tampak selalu menurutinya. Apa Heeseung juga menyukainya?
"Nyari aku buat apa?" tanya Jay bingung. "Kerjaanmu yang tadi aku minta, kan, udah kamu kirim ke aku. Apa lagi?"
Heeseung kelihatan menggigit bibirnya sedikit dengan ragu sebelum ia menyodorkan sebuah benda yang Jay sangat kenal. Jas almamater miliknya.
"Balikin punya kamu. Makasih, ya, hehehe," jelas Heeseung sambil mengusap tengkuknya dengan gestur sedikit canggung. "Sama aku mau minta maaf karena akhir pekan kemarin kamu sama Jungwon ternyata dateng ke rumahku. Aku lagi ke rumah Sunghoon, ada ... b-berapa urusan. Hapeku mati. Iya, hape yang Android dan Sunghoon nggak punya kabel Android."
Penjelasan Heeseung cukup membuat Jay mengangguk-angguk. Dia bahkan sudah lupa perihal kedatangannya yang tidak berhasil menemui orang yang ingin ia (dan Jungwon, tentu saja) temui. Tangannya terangkat untuk menerima uluran jas almamaternya dari Heeseung. "Nggak apa. Mungkin minggu ini aku sama Jungwon bakal balik lagi. Anak itu agak bete kayaknya." Jay terkekeh kecil. Dia bisa melihat Nicholas memperhatikan mereka berdua dari ujung koridor dekat tangga, Jay bisa menduga wajahnya menyebalkan sekali pasti.
Heeseung mengangguk-angguk. Pucuk rambutnya bergoyang-goyang menggemaskan.
"Aku bakal chat Jungwon buat minta maaf ke dia," kata Heeseung kemudian tersenyum. Senyumnya manis sekali. Apa Heeseung memang selalu semanis ini ketika tersenyum? "Apa abis ini kamu mau pulang?"
Jay sedikit mengangkat alisnya, merasa aneh karena tiba-tiba Heeseung bertanya. "Nggak," jawab Jay jujur. "Aku mau pergi ke tongkronganku dulu sebentar. Mau ikut?"
Wajah Heeseung langsung mengerut. "Tongkrongan yang tempat anak-anak bandel itu?"
"Sembarangan. Kami gak bandel," bela Jay. Dia tidak tersinggung dirinya dan teman-teman dibilang seperti itu karena memang sudah stigmanya. "Cuma anak biasa-biasa aja."
"Anak biasa-biasa aja yang ngerokok."
Alis Jay terangkat kembali, kali ini lebih tinggi. "Ada jutaan orang yang ngerokok di dunia ini--apa itu jadi sesuatu yang spesial sampai kamu bisa kasih label?" Kemudian Jay terkekeh kecil. Dia bisa melihat wajah Heeseung sedikit tidak suka saat dia mengatakan itu. Dasar anak baik-baik dengan geng baik-baiknya. "Kalau kamu mau tahu, kami juga ngelakuin hal yang bermanfaat. Saling bantu ngebuat PR, misalnya."
Mata Heeseung sedikit terlihat antusias ketika Jay bilang itu. "Kalian juga buat PR bareng di tongkrongan?" tanyanya.
Jay mengangguk. Sejujurnya, mereka tidak sesering itu mengerjakan tugas bersama--sesekali ya, mengingat tidak hanya anak kelas 11 saja yang ada di sana. Anak kelas 12 biasanya tidak sungkan untuk membantu.
Mulut Heeseung terbuka kecil sebelum ia sedikit bertepuk tangan. "Wow. Ternyata kalian gak senakal yang ada di pikiranku," ujarnya dengan nada polos. Jay mendengus kecil. "Ya sudah kalau begitu. Aku mau latihan olimpiade dulu, sampai jumpa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
gold digger • jayseung - hoonseung
Fanfiction[COMPLETED] Heeseung hanya butuh uang. Ia tidak butuh masalah baru. ((Yah, tapi dia memang cari masalah duluan, sih.)) . . - semi baku. kinda lokal! AU? - shortfic