# 42

2.4K 389 82
                                    

Dalam keraguan, Heeseung memakai kemeja flanel kotak-kotak kesukaannya. Dia menatap cerminnya dengan ragu.

Dia akan menjemput Sunghoon hari ini.

Menjemput Sunghoon bisa menjadi suatu kegiatan yang biasa saja. Dulu-dulu juga Heeseung sering ikut Jake untuk jemput Sunghoon di bandara. Mereka berdua akan menagih banyak oleh-oleh untuk Sunghoon sementara Sunghoon akan menggerutu banyak karena merasa dimanfaatkan. Semuanya jelas dalam konteks bercanda, mereka semua teman.

Apakah sekarang mereka masih bisa kayak gitu lagi?

Jake sudah tahu, secara sadar dan tidak ada kepura-puraan lagi. Heeseung jelas akan menjadi manusia tahu diri, dia akan memposisikan dirinya dengan baik. Untuk Sunghoon ...

Selain karena Heeseung belum jujur kepada Sunghoon, ada satu hal lain yang sangat mengganggu dirinya.

"Tsuki gak kirei desu ne ..." Heeseung bergumam sambil mengusap pucuk kepalanya. Dia merasa kasihan; entah kepada orang-orang seperti Jay dan Sunghoon atau kepada dirinya sendiri. "Kenapa ada orang yang bisa-bisanya menyukaiku ..."

Heeseung menghabiskan semalam suntuk untuk mencari arti dari ucapan Sunghoon. Hal yang mudah sebenarnya karena ucapan tersebut adalah frasa yang cukup terkenal.

Yang membuatnya merasa sedikit lagi gila adalah arti ucapan tersebut sama dengan ucapan Jay pada siang harinya.

Heeseung mengerang--tanpa sadar mengacak lagi rambutnya yang sudah ia tata rapi.

Apa seharusnya ia tidak pergi menjemput Sunghoon?

Akan tetapi, itu akan memberi impresi jelek terhadap Sunghoon. Pemuda itu habis memenangkan kejuaraan, dia pasti ingin bersenang-senang dan tidak merasa kecewa.

Dengan helaan napas berat, Heeseung memutuskan untuk tetap berangkat. Ia mengambil dompet dan ponselnya lalu keluar dari kamarnya.

Urusan soal perasaan bisa belakangan.
  
  
   
 
    
     
    
  
   
 
  
   
Sunghoon menarik kopernya dengan senyum cerah.

Dia jelas merindukan negaranya. Jepang memang indah, tetapi tidak ada yang lebih menyenangkan ketimbang berada di rumah sendiri. Suhu di Jepang, terlebih Hokkaido, terlalu dingin untuknya. Dia lebih suka suasana hangat cenderung panas di sini.

"Aku habis ini pulang dengan teman-temanku," ujar Sunghoon ke pelatihnya. Pelatihnya sedang memainkan ponselnya ketika ia berujar demikian. "Apa ada yang perlu diurus di kantor, Coach?"

Pelatihnya menoleh ke Sunghoon. "Tidak dijemput orangtuamu? Atau manajer?"

Sunghoon menggeleng. "Tidak."

Pelatihnya mengangguk. "Ya sudah kalau begitu. Hati-hati di jalan, Hoon." Pria di awal usia lima puluh tahun itu menepuk punggung Sunghoon. "Silakan istirahat yang banyak dan makasih karena telah menang."

Dengan sopan, Sunghoon mengangguk.

Tanpa memperpanjang waktu lagi, Sunghoon langsung berjalan ke pintu kedatangan. Dia mengecek ponselnya. Jake mengirimkannya pesan, bilang kalau anak itu, Youngbin, dan Heeseung telah menunggu. Taehyun izin tidak ikut karena ada kelas tambahan--tipikal Taehyun sekali.

"Sunghoon! Di sini!"

Sunghoon tersenyum cerah ketika melihat Jake melambaikan tangannya dengan semangat. Ia mempercepat langkahnya.

Begitu ia sampai di depan teman-temannya, ia mendapati Jake merangkulnya dengan kuat. Sahabatnya itu boleh berbadan kecil, tetapi tenaganya tidak main-main. Sunghoon hampir tersedak jika saja Jake tidak langsung melepaskan rangkulannya.

gold digger •  jayseung - hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang