# 33

2.3K 415 96
                                    

"B-Bagaimana jika dalam kenyataannya, kamu punya teman yang memaksakan dirinya untuk t-tampil 'lebih'?"

Heeseung menelan ludahnya dengan kasar sementara mata Taehyun tampak membesar.

"Maksudnya apa?" tanya Taehyun. Kebingungan di wajahnya jelas nampak dan Heeseung meringis.

Haruskah dia bilang sekarang juga? Jika dia bilang, bebannya satu akan berkurang. Akan tetapi, Heeseung tidak tahu apakah Taehyun masih mau berteman dengannya atau tidak.

"K-Kamu boleh marah sama aku habis ini. K-Kalau kamu mau berhenti temanan sama aku juga aku nggak apa-apa. Tapi tolong dengerin ucapanku dulu dan coba pahami dari sudut pandangku." Heeseung tidak menduga dia akan berbicara secepat itu ke Taehyun.

Taehyun menatapnya dengan tatapan yang agak kosong sebelum mengangguk. "Oke ...?" Dia terlihat ragu. "Kamu mau bicara apa? Kenapa tiba-tiba kembali ke topik soal tampil 'lebih'?"

Heeseung merasakan tangannya mulai berkeringat. Dia menarik napas dalam-dalam--menyiapkan dirinya. Dia harus bisa mengatakannya sekarang.

"Aku ... A-Aku nggak seperti yang kamu kenal. Gak seperti yang orang lain kenal. Aku c-cuma ... Lee Heeseung. Aku anak biasa-biasa aja dengan orangtua yang biasa-biasa aja dan kekayaan yang biasa-biasa aja. Aku g-gak punya banyak uang dan aku gak tinggal di mansion besar. Aku gak p-punya supir dan itu yang jadi alasanku pulang-pergi naik bus. Aku berbohong selama ini jadi tolong maafkan aku."

Dia mengatakannya dengan cepat, tetapi Heeseung yakin Taehyun dapat mendengarnya dengan baik. Ia langsung membungkukan badannya dalam-dalam sebagai tanda memohon maaf. Bibirnya bergetar dan dia tidak mau sama sekali menatap Taehyun karena dia sangat takut.

"Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku, maafkan ak--"

"Heeseung."

Heeseung tidak mau menegakkan badannya. Dia sangat takut.

"Aku ... gak tahu harus bilang apa." Taehyun berucap dengan lambat. "Tapi tolong jangan membungkuk gitu ... Nggak enak dilihatnya."

Bahu Heeseung menegang. Suara Taehyun terdengar sangat ragu. Seorang Taehyun, yang biasa terdengar tegas, sekarang bisa terdengar ragu dan linglung.

"K-Kamu nggak perlu bilang apa-apa." Heeseung menegakan badannya. Dia masih belum berani berkontak mata dengan Taehyun. Tangannya memainkan sisi celana seragamnya dengan gelisah. "Kalau kamu sulit nerimanya, a-aku nggak masalah. Tapi tolong jangan berpikiran yang jelek tentangku."

Ada hening beberapa saat yang terasa sangat menyiksa bagi Heeseung.

"Jadi kamu selama ini bohong?"

Heeseung menarik napasnya lagi. Dadanya terasa sesak. "Iya."

Terdengar helaan napas. "Kenapa?" tanya Taehyun lagi. "Kenapa bohong?"

"Karena aku sudah berteman dengan Jake dan Sunghoon dari SMP dan kebohonganku dimulai dari sana," jawab Heeseung pelan. "Dan berlanjut sampai sekarang tanpa bisa kucegah."

Taehyun tidak bersuara apa-apa lagi. Pemuda itu diam di tempatnya, Heeseung bisa melihat kedua tangan pemuda itu memegang tali ranselnya dengan longgar. Heeseung masih tidak mau menatap matanya. Terlalu menakutkan.

"Kenapa berbohong, Seung ... " Taehyun kembali menghela napas.

Heeseung berjengit ketika merasakan Taehyun menarik tangannya. Dia lebih terkejut lagi ketika Taehyun malah berjinjit sedikit untuk memeluknya.

"Tae...?"

"Aku gak bisa bilang kalau aku gak kecewa karena aku kecewa banget. Tapi aku rasa kamu lebih butuh dipeluk saat ini."

gold digger •  jayseung - hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang