Jujur saja, Heeseung merasa sakit kepala pada hari ini.
Pihak penagih hutang PayLater-nya sudah meneleponnya sebanyak empat kali hari ini--sekarang baru saja jam dua belas siang, astaga! Di panggilan terakhir, Heeseung terpaksa izin undur diri dari kantin untuk mengangkat teleponnya--membiarkan Sunghoon dan Youngbin menatapnya dengan bingung.
"Aku baru telat bayar satu hari, astaga!" Heeseung berdecak keras. "Mereka ini tidak punya hati atau bagaimana, sih?! Aku pasti akan bayar semuanya!"
Sekarang, dirinya berada di rumah hijau di belakang sekolahnya. Itu adalah tempat yang paling jarang dilintasi siswa karena posisinya yang jauh dari kantin. Lagipula, siapa juga yang mau menghabiskan waktu senggang mereka melihat deretan tanaman milik sekolah? Rasanya bermain game di kelas jauh lebih menyenangkan ketimbang ada di sini.
"Apa yang membuatku sampai menghabiskan dua juta ya?" Heeseung menatap layar ponselnya. Percakapan singkatnya dengan pihak PayLater mencapai konklusi bahwa ia diberi dispensasi telat membayar selama lima hari dengan bunga setara dua hari telat. Lebih dari itu, bunganya akan terus bermekaran. "Perasaan aku gak ngapa-ngapain ... Yah, selain jalan bareng Sunghoon, Jake, dan yang lainnya ..."
Heeseung duduk di satu bangku pendek yang ada di depan rumah hijau. Dia mengabaikan fakta bahwa tindakan itu mungkin akan mengotori celananya. Persetan dengan celana, dia sedang butuh posisi terbaik untuk mengingat-ingat.
Oh.
Ia buru-buru membuka riwayat transaksi dompet elektriknya.
3 kali pemakaian untuk Starbucks.
2 kali penarikan tunai sejumlah Rp200.000
4 kali pemakaian untuk Tiger Sugar.
1 kali pemakaian untuk Hanamasa.
2 kali pemakaian untuk Contempo.
Rasanya Heeseung ingin membanting saja ponselnya ke tanah sebelum ia mengingat mungkin saja harga ponselnya jauh lebih tinggi daripada harga dirinya saat ini.
Iya, Heeseung tidak tahu pasti harga ponselnya sekarang. Sekali pun dia tahu harga pasaran iPhone 11 tergolong mahal, dia benar-benar tidak tahu angka bulatnya.
Ponselnya ini hadiah. Hadiah ulang tahun patungan Sunghoon dan Jake--konon kata mereka begitu. Lengkap dengan airpods-nya dan juga sepasang sepatu Nike. Tentu diiringi dengan beragam doa super manis dari kedua orang itu.
Kata mereka berdua; Heeseung adalah orang yang paling pelit soal barang dan gaya, tetapi paling lancar urusan makanan.
Itu membuat Heeseung tersenyum miris.
'Aku aja tidak punya uang, hei! Jika aku mampu ikut kalian pergi ke sana kemari dan ikut membeli apa yang kalian beli, ketahuilah bahwa sebetulnya aku kesusahan banget!'
Mana paham. Seorang Jake Shim dan Park Sunghoon yang tidak pernah hidup tanpa kesusahan soal uang mana paham.
"Aku tidak miskin, tapi rasanya kenapa aku kayak orang melarat sekarang." Heeseung kembali menatap layar ponselnya yang tanpa cela gores sedikit pun. "Tapi aku memang miskin, uang jajanku untuk bulan ini sudah raib semuanya. Arghh!"
"Kamu tau, sedari tadi aku berusaha keras buat diam aja. Tapi nyatanya, kamu ngomel terus-menerus tanpa henti dan itu menggangguku."
Heeseung mengejang.
"Lagian, kamu kayaknya gak miskin? Kamu itu boros."
Mengetahui bahwa hidupnya sebentar lagi penuh teror saja sudah buruk, sekarang ditambah ada orang lain yang mengetahui permasalahan hidupnya?! Sial.
Semua orang hanya tahu Lee Heeseung yang sempurna. Personanya dari SMP selalu begitu. Lee Heeseung yang tanpa cela, Lee Heeseung dengan teman dekatnya yang selalu bersama-sama yaitu Sunghoon, Jake, dan Youngbin.
"Itu siapa?!"
Terdengar suara langkah dari belakang rumah hijau. Begitu Heeseung menoleh, ia menemukan seorang pemuda tinggi tengah mengacak rambutnya yang sedikit berantakan dan menatapnya dengan wajah mengantuk.
Oh. Heeseung tahu dia siapa.
Jay Park. Park Jongseong. Heeseung tidak tahu nama apa yang digunkan dalam daftar absen anak itu karena mereka beda kelas. Selain berbeda kelas, mereka juga berbeda jurusan. Jay ada di jurusan IPS sama seperti Sunghoon.
Jay ini ... mengatakannya tidak terkenal adalah suatu kesalahan. Jay ini terkenal. Terkenal sebagai anak yang hobi terlambat, ya. Terkenal sebagai anak OSIS seksi bidang Olahraga, juga ya. Terkenal sebagai anak biang keributan (dalam artian yang jenaka) di sekolah, benar sekali.
"Jay." Pemuda itu menjawab lalu menguap lebar. Itu membuat Heeseung berjengit kecil. "Aku sedang tidur enak sekali di bench belakang rumah hijau dan kamu ganggu dengan semua keributanmu itu."
Heeseung ingin sekali bertanya kenapa bisa-bisanya ada orang yang tidur di belakang rumah hijau, tetapi rasanya itu bukan urusan yang penting untuk dibahas.
"Aku gak ribut," bela Heeseung. Jay berdecak.
"Aku gak tolol. Kamu ribut, banget," balas Jay, matanya memicing. "Saking ributnya, aku sampai tau kamu lagi kelilit hutang dan aku tau kamu orangnya boros."
"Aku cuma sedang latihan drama tadi." Bagus Lee Heeseung, keseluruhan hidupnya telah membuatnya menjadi pembohong handal.
"Kamu tahu tidak?"
"Tahu apa?" Heeseung bertanya.
"Kamu jelek kalau lagi berbohong." Jay berjalan mendekat ke arah Heeseung dan membuat Heeseung beringsut sedikit dari tempat duduknya. "Mukamu jadi seperti sedang mengedan."
Sialan, Park Jongseong.
Heeseung menatap galak Jay. "Aku gak bohong dan aku gak jelek!"
".... Terserah, deh." Jay berdiri di hadapan Heeseung lalu memasukan salah satu tangannya di saku celana. "Tapi kurasa kamu seharusnya tidak berbohong. Aku tahu kamu sedang punya masalah."
Heeseung mendengus. "Peduli apa kamu soal masalahku?" tanyanya pelan.
Alis Jay terangkat. "Tidak peduli, sih," jawab Jay. "Cuma, wow, aku jadi lebih tau. Lee Heeseung ternyata tidak sesempurna itu. Dia pintar, dia ramah, tapi boros."
"Ish! Aku tidak boros!"
Jay melempar seringai menyebalkan. "Kamu temannya Sunghoon, ya?" Pemuda itu kembali bertanya. Pertanyaan sangat retorik. "Aku tahu, sih, Sunghoon hobi sekali duduk dulu di restoran atau kafe sepulang sekolah. Aku tau itu tidak akan memberatkannya, dia punya uang banyak."
Heeseung tau ke mana arah pembicaraan ini.
"Kamu gak punya uang sebanyak itu, tapi tetap ikut-ikutan gaya mainnya?! Wow sekali lagi untuk Lee Heeseung, kamu loyal banget sama temenmu sampai rela hutang demi ikut jalan!"
"Kamu bisa diam tidak?! Kamu berisik tahu!"
Heeseung yang dikenal baik, lembut, dan ceria itu akhirnya membentak seseorang juga di sepanjang sejarah persekolahannya.
.
.
.
A/N : Yay Jay-nya udah muncul!
Aku seneng banget di MV Let Me In ada sedikit Jayseung dan Hoonseung huhuhu mamaaa dua pair kesayangan akuuu. Kalian seneng juga gak? 😂
Terima kasih udah mau baca!
KAMU SEDANG MEMBACA
gold digger • jayseung - hoonseung
Fanfiction[COMPLETED] Heeseung hanya butuh uang. Ia tidak butuh masalah baru. ((Yah, tapi dia memang cari masalah duluan, sih.)) . . - semi baku. kinda lokal! AU? - shortfic