Bagian Tiga Belas

2.9K 355 36
                                    

SEBELUM BACA INI SEBAIKNYA FOLLOW AKUN AKU DULU, TRUS KLIK TANDA BINTANGNYA..

SETELAH BACA PART INI, HARUS JUGA KASIH KOMEN KOMEN YANG MEMBANGUN.

PLISS!! AKU MAKSAAN ORANGNYA WAKAKAKAKAKAK

Nagapirang


📝


"Jadi selama ini kalian nggak sekamar?! Mana bisa suami istri seperti itu?!" Yuna menghela napas kesal. "Mulai malam ini, Zetta harus pindah ke kamar Jeno!"

"Tapi... Maa..."

"Zetta," panggil Mama Yuna lebih lembut. "Kalian sudah menjadi suami dan istri, tidur sekamar dalam satu ranjang yang sama, sudah  suatu hal yang seharusnya. Mama nggak mau dengar alasan apapun. Sekarang pindahkan barang yang kamu butuhkan untuk malam ini ke kamar Jeno."

"Sekarang banget, maa?"

"Ya sekarang, dong. Udah masuk kamar sana, mama mau bicara sama Jeno dulu." ujar Mama Yuna sambil tersenyum padanya.

Zetta mencebik dan menatap Jeno, bibir bawahnya semakin manyun ketika Jeno menggangguk menyetujui. Lantas Zetta ikut mengangguk lemah lalu berjalan menuju kamar Jeno, sementara suaminya itu masih ditahan untuk berbicara empat mata dengan ibunya itu.

Setelah Zetta keluar Mama Yuna menghadapkan tubuhnya kepada Jeno. "Jeno, Mama mau tanya, apa kamu nggak bisa berubah pikiran?"

"Tentang apa, Ma?"

"Ahli waris keluarga Wijaya." jawab Mama Yuna tenang. "Nenek minta Mama untuk bicarain lagi soal ini sama Jeno."

"Tapi Jeno kan udah bikin malu keluarga. Lagian juga masih ada Haechan atau Renjun yang masih bisa dijadikan ahli waris, Jaemin pun juga masih cucu dari keluarga Wijaya." Jeno berucap dengan nada kesal.

"Ini wasiat dari Kakek. Jeno nggak mau penuhi permintaan Kakek, nak?"

Jeno menggeleng pelan. "Kalo akhirnya Jeno bakalan kehilangan saudara, lebih baik Jeno kehilangan hak itu, Ma."

"Baik, Mama ngerti. Peluk Mama dulu." Mama Yuna sudah membuka tangannya lebar.

"Jeno udah besar, Maa." tolak Jeno tetapi Mama Yuna malah berdiri dan mendekati Jeno. Memerangkap anak semata wayangnya itu dalam pelukan erat dan hangat seorang Ibu. Jeno pun hanya pasrah.

"Jeno emang udah besar, udah jadi pria dewasa yang sebentar lagi jadi seorang ayah." ucap Mama Yuna sambil menepuki punggung sang anak, yang mana membuat Jeno merasa jadi lebih tenang. "Makanya Mama tetep minta sama Jeno, jangan putus hubungan sama Nenek Ara atau keluarga besar yang lainnya, ya? Yang terpenting, coba kalo Nenek Ara telpon dijawab, gituloh. Untuk masalah ahli waris, Mama akan coba berunding dulu sama Papa."

Jeno mengangguk pelan. Topik ini sebenarnya sangatlah sensitif dan amat tidak disukai oleh Jeno yang sejak dulu selalu menentang untuk menjadi ahli waris keluarga Wijaya. Tetapi Nenek Ara yang selalu disayanginya itu selalu memaksanya agar menuruti wasiat terakhir dari mendiang sang kakek yang meninggal beberapa tahun yang lalu. Yaitu untuk menjadi ahli waris yang akan menangani segala urusan berbagai perusahaan yang didirikan dibawah naungan perusahaan utama, Wijaya's Company.

Tetapi Jeno akan terus menolak untuk melakukan itu, bahkan semakin keras setahun belakangan ini. Sampai ia selalu menolak panggilan dari sang nenek tersayangnya itu. Jeno pikir pembicaraan tentang ahli waris ini akan dihentikan ketika ia secara tegas menolak didepan seluruh keluarga besarnya kemarin sebelum pernikahannya dengan Zetta. Tetapi nyatanya Nenek Ara sangatlah gigih dan bersikeras.

Tie To The Knot (Jeno)Where stories live. Discover now