Bagian Lima

3.3K 336 5
                                    

📝

Siang ini matahari cukup terik. Cukup membuat hati Zetta menjadi sebal karena selain panasnya bukan main, tetapi juga karena ia harus presentasi didepan umum. Keterlaluan banget dosen mata kuliah Kewirausahaannya, kali ini ia dan teman-teman sekelasnya disuruh untuk presentasi sekaligus jualan produk dilapangan kampus yang luasnya bukan main.

Tangan Zetta sudah gemetaran dan basah. Ia sebenarnya sudah terbiasa dengan presentasi maupun tugas-tugas yang menyulitkan, tapi baru kali ini selama hampir tiga tahun kuliah, Zetta merasa grogi bukan main.

"Adinda, kok malah bengong? Nggak jadi presentasikan produknya?" tegur Bu Indah, dosen mata kuliah Kewirausahaannya siang ini.

"Hah? Oh, anu... Bu..." Zetta malah gelagapan. Masa dia harus berkata jujur?

"Adinda gagal fokus karena diliatin Adipatinya, Bu!" seru seorang mahasiswa bernama Bagas dari belakang sana.

"Siapa Adipatinya Adinda?"

Mampuslah! Bu Indah mulai kepo.

Teman-teman sekelasnya ini memang sangat rese. Memang mereka tidak menunjuk Jeno yang sedang duduk dibawah pohon itu secara langsung, tapi mereka secara serempak menatap cowok itu. Artinya sama saja kan? Apalagi Jeno juga sepertinya menyadari kalau sudah menjadi bahan gunjingan.

"Oh, yang itu toh Adipatinya Adinda?" Bu Indah tersenyum menggoda setelah menyadari siapa Adipati yang dimaksud.

Zetta hanya tersenyum meringis. Sepertinya sepulangnya nanti, ia harus meminta kepada Ibu untuk segera mengganti namanya.

"Iya, Bu. Yang itu!" seru Aneth, teman sekelompoknya dan membuat dengungan bisikan dari teman-temannya yang lain semakin terdengar.

"Masih anget Bu, baru seminggu!" tambah Bagas lagi.

"Astaga, Bagas." Zetta berucap tak nyaman, wajahnya memerah tanpa sadar.

"Duh, jadi Adinda enak ya, punya Adipati pribadi." komentar Bu Indah lagi, kali ini wajah dosen baik hati itu terlihat ikut sumringah. "Ibu doain supaya jodoh dan langgeng." entah kenapa kedua pipi Zetta jadi terangkat, bibirnya melengkung merasa senang meskipun ada beberapa temannya yang meledek wajah mesem-mesemnya ini. "Dah, udah. Sekarang balik fokus presentasi dulu." ujar dosen itu menyelamatkannya dari godaan teman-teman sekelasnya ini.

Sehabis presentasi, Zetta dan dua temannya harus menjual habis seluruh produk yang sudah ia buat dengan sekelompoknya itu.

"Kasih aja, Zetta!" paksa Aneth memberikan minuman botol jualan mereka. Sementara Ranti, sekelompoknya yang lain mendorongnya menjauh guna mendekati Jeno.

"Eum, mau minum?" tanya Zetta kikuk sambil menyodorkan botol yang dipegangnya dihadapan Jeno. "Itu sprite yang dicampurin sama jelly didalamnya, aman." ucap Zetta sembari memberikan senyum.

Jeno yang tadinya fokus bermain game jadi mengambil botol itu dan menenggak isinya. Mereka memutuskan untuk berdamai dari segala rasa canggung yang selama ini ada akibat malam itu. Menyembunyikannya bersama, selama masih hanya mereka berdua yang mengetahuinya.

"Kok dari tadi malah ada disini? Kelasnya udah selesai?" wajah Zetta antusias juga penasaran menunggu jawaban Jeno.

"Udah, disini cuma main game."

Lalu raut wajah Zetta berubah perlahan. Mengharapkan apa sih dia dari Jeno?

"JENOOO! FIGHTING!!!"

"Oh, Leia..." Zetta bergumam pelan. Sementara Jeno yang disemangati hanya memutar matanya jengah dengan kelakuan Leia yang sekarang menggandeng Hyunjin dan membantu kekasihnya itu untuk berjalan.

Tie To The Knot (Jeno)Where stories live. Discover now