Bab Tiga Belas - Wake Up Call

20.2K 2.8K 62
                                    

Aku bangun karena kehausan dan mendapati Yodha tidur meringkuk di karpet bulu yang terhampar di kamarnya dengan gitar terletak di samping tubuhnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku bangun karena kehausan dan mendapati Yodha tidur meringkuk di karpet bulu yang terhampar di kamarnya dengan gitar terletak di samping tubuhnya. Mulutnya sedikit terbuka dengan napas yang teratur. Aku memilih mengambil minum di lantai bawah tanpa membangunkannya.

Setelah menghabiskan segelas air putih, aku ke toilet kemudian kembali ke kamar. Aku ragu antara ingin membangunkan Yodha atau menyelimuti dan membiarkan Yodha tidur di karpet.

Aku memilih opsi kedua. Aku menyelimuti dengan selimut yang kutemukan di lemari. Dia hanya bergerak sedikit tanpa membuka mata sama sekali.

Aku naik kembali ke tempat tidur. Ukuran tempat tidur Yodha adalah king size. Bisa banget dipake tidur berdua. Tapi aku yakin Yodha nggak akan mau tidur berdua denganku sebelum yah, sebelum kami menikah. Kalo kelak kami menikah.

Menikah. Aku belum bisa membayangkan akan menikah dalam waktu setahun dua tahun ke depan. Umurku udah cukup untuk menikah. Yodha juga. Hanya saja masih banyak hal yang harus kami kejar sebelum memantapkan hati untuk menikah. Aku masih mau mengambil spesialis. Yodha masih mengejar karier bermusiknya. Tapi tinggal berdua dengan Yodha, demi apapun, membuatku tergoda. Seperti sekarang ini.

Aku menatap Yodha yang masih nyenyak, dengan senyum yang terukir di wajahku. Damai. Mungkin benar, dia membutuhkan tidur yang panjang untuk mengembalikan stamina tubuhnya lagi. Aku mengambil ponselku, dan diam-diam mengabadikan Yodha yang sedang tidur nyenyak.

Aku ingin merekam semua yang terjadi hari ini rasanya. Beruntung aku nekat mengambil pilihan ke Jakarta. Dan bukannya mengakhiri baik-baik dengan Yodha, bagaikan mendapat jackpot, aku malah semakin jatuh cinta dengan laki-laki yang sedang tidur nyenyak ini.

💓💓💓💓💓💓

Aku terbangun sekitar pukul setengah lima keesokan paginya dan refleks mencari Yodha yang semalam tertidur di karpet di samping tempat tidur. Yodha udah nggak ada disana bersama dengan selimutnya. Entah jam berapa dia terbangun.

Aku mengucek mata dan melangkah ke toilet untuk pipis dan wudhu. Setelah wudhu, wajahku memang terasa lebih segar. Aku turun ke bawah dan melihat Yodha masih bergelung selimut di sofa yang ternyata adalah sofa bed di depan tivi.

Aku mengintip kamar yang dibawah karena pintunya memang tidak tertutup rapat. Mas Rendy masih tidur. Aku langsung masuk dan membangunkan abangku satu-satunya.

"Mas Ren, bangun bangun.." kataku menarik selimutnya. Kamarnya dingin sekali, kebiasaan kakakku memang, dia nggak bisa tidur kalo kegerahan, "Shubuh dulu, ntar diomelin mama sih kalo belum shubuh."

Mas Rendy membuka matanya malas dan menarik selimutnya menutupi tubuhnya lagi, "Apasih dekk, aku baru pulang jam 12 malem. Ngantuk."

"Harusnya nunggu shubuh sekalian baru tidur lagi," ujarku kesal.

Mas Rendy membalik badannya dan menutup matanya lagi, "Jam enam ntar bangunin lagi."

Aku mendesah. Pantes dulu setiap pagi aku sering mendengar papa teriak-teriak ngajak mas Rendy ke masjid untuk shubuhan dan seringnya aku masih mendapati dia mengucek matanya pas aku keluar dari kamarku. Ajakan papa lebih sering gagalnya daripada membuahkan hasil.

Tentang KitaWhere stories live. Discover now