Bab Empat Puluh - Marry Your Daughter

27K 2.9K 153
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading..💓💓

"Kamu ngapain sih?" tanyaku ketika taksi sudah mendekati area rumah.

Yodha tak bersuara tetapi mulutnya komat kamit. Setelah landing, kami langsung ke rumah karena memang masih pagi dan kami masih kenyang jadi nggak mampir-mampir makan. Lagian dari tadi di pesawat, Yodha tampak tegang. Aku nggak yakin dia sanggup makan dengan semangat seperti biasa.

"Eh tanya apa tadi beb?" tanya Yodha seperti tersadar dari lamunannya.

"Aku tanya, kamu lagi ngapain?" tanyaku sekali lagi, "Udah santai aja. Kamu ke rumahku kan udah nggak terhitung berapa ribu kali."

"Yakan kali ini beda Karina. Aku berdoa biar lancar. Tadi harusnya aku sholat dhuha dulu di bandara ya."

Aku nggak tahan untuk nggak ketawa.

"Ketawa aja teruss..hina aja teruss.." Yodha mencebik, tapi tampak tak peduli. Dia hanya terus berkonsentrasi dengan doanya.

Ketika pagar rumahku sudah tampak, aku meminta sopir taksi untuk berhenti di depannya. Aku menyenggol lengan Yodha, menyadarkan bahwa kami sudah tiba di depan rumahku.

Yodha menyeret koperku dan aku membuka gerbang. Mobil papa ada di carport, pertanda bahwa mama dan papa ada di rumah. Belum sempat mengetuk pintu, papa sudah membuka pintu depan.

"Lho, Karin sama siapa?" sapa papa menyipitkan matanya.

Aku menyalami papa dan mencium pipinya, "Dih papa nanyanya gitu amat. Papa lupa sama Yodha?"

Yodha tersenyum canggung, "Saya Yodha om. Semoga om belum lupa sama saya."

Papa manggut-manggut sok mengingat-ingat, padahal aku tau papa belum lupa sama sekali sama Yodha.

"Oh iya. Yang gitaris itu ya? Mantannya Karin? Gimana bisa ikut Karin kesini?" tanya papa curiga.

Aku geli melihat Yodha menggaruk kepalanya, papa jago banget ngerjain Yodha. Apalagi tau Yodha kebingungan menjawab.

"Iya om. Tapi sekarang saya udah pacarnya Karina lagi om," jawabnya salah tingkah.

"Oh, kamu macarin anak saya lagi? Memangnya Karin masih mau nerima kamu lagi?"

"Alhamdulillah. Saya beruntung Karina masih mau menerima saya lagi," jawab Yodha tenang walaupun ekspresinya masih tampak bagaikan habis menelan tablet tanpa air.

Tak lama mama keluar dan terkejut melihat Yodha berada di ruang tamu. Dan mama adalah mama, yang penuh drama tanpa berusaha menutupi kekagetannya sedikitpun, "Lho, ini kenapa Yodha bisa ada disini sih Rin? Ngapain kamu ngajak mantan kamu kesini. Kayak nggak bisa cari cowok lain aja. Sama aja kayak Rendy."

Yodha makin tegang, ya ampun, keluargaku memang drama. Aku mengedikkan bahu kali ini. Biar Yodha sendiri yang mencari ide menaklukkan mama dan papa.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang