Bab Tiga Puluh Sembilan - Pilihanku

28.9K 2.9K 165
                                    

Happy reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading..💓💓

Perut Yodha berbunyi membuatku melepaskan pelukan Yodha dan menatap matanya. Mata yang teduh yang selalu membuatku jatuh cinta.

"Belum makan memangnya?" aku bertanya sambil tertawa.

Yodha menggeleng, "Belum. Tadi niatnya memang mau ngajakin makan malam, tapi mood kamu kayak petasan banting. Lagi libur sholat?"

Aku menggeleng, "Aku bikinin roti ya. Aku tadi beli roti tawar sama selai coklat," aku berdiri dengan tangan kami yang masih saling bertaut, "Atau mau makan di hotel? Eh kamu udah check out belum sih?"

Yodha menggeleng, "Sama persis kayak kamu bookingnya. Karina, balik ke Jogja Sabtu aja ya. Aku ikut sekalian, mau langsung ketemu sama orangtua kamu. Besok sore masih ada gigs. Nonton ya."

Mataku langsung membesar, "Secepat itu?"

Yodha mengangguk, "Kenapa memangnya? Niat baik itu harus disegerakan Karina."

"Kayaknya udah mateng banget ya rencananya mas Yodha ini," sindirku padanya.

Yodha terkekeh, "Bisa dibilang gitu. Kamu nggak tau aja, pas kamu bilang lagi di Jakarta, aku merasa doaku dijawab jadi aku nggak mau menyia-nyiakan kesempatan yang dateng Karina. Aku yakin ada doa bunda juga terselip disana."

Aku tersenyum, "Jadi bilang sama aku coba rencana mas Yodha ini gimana."

Yodha tertawa, "Soalnya aku cuma pengen kamu buruan ada disini. Sekedar mondar mandir disini aja aku udah bahagia. PPDS nya mulai kapan?"

"Bulan depan tes kalo administrasi sama persyaratan udah kumpul semua. Mulai sekolahnya sekitar tiga bulan lagi. Aku nggak mungkin tinggal disini Yodha, aku dicariin kos atau apartemen studio gitu daerah Salemba ya?"

Yodha menggeleng, "Sebelum kamu mulai pindah Jakarta, kita nikah dulu, jadi kamu bisa langsung disini Karina."

Aku mendelik, "Nyiapin pernikahan itu lama Yodhaaa, mama bisa jantungan ini."

Yodha tertawa, "Besok aku yang bakal bilang mama sama papa kamu. Kamu nggak usah khawatir."

Dia meraih ponsel di meja, aku ke dapur untuk membuatkan Yodha roti tawar. Atau mie instan aja ya.

"Mas, mau mie instan atau roti tawar?" tawarku padanya setengah berteriak.

Yodha muncul dengan ponsel di telinganya kemudian mendekati dan meraih pinggangku berbisik, "Bunda mau bicara sama kamu."

Aku menelan ludah. Jadi dia nelpon bundanya? Bagus..aku nawarin anaknya makan mie instan. Mati aku. Wajah bundanya Yodha tampak memenuhi layar.

"Assalamualaikum tante," sapaku. Ya ampun, mana aku belum mandi, masih pake baju yang sama dari tadi pagi, rambutku hanya kuikat asal karena panjangnya nanggung, belum mukaku pasti udah kayak kilang minyak.

Tentang KitaWhere stories live. Discover now