5

3.6K 424 39
                                    

"Si Jun, mana?"

Tak ada yang menjawab. Pertanyaan Seungcheol itu hanya dibalas gelengan kepala pelan oleh yang lain. Mereka tak tahu di mana keberadaan pria bermulut jahat itu. Lagipula, mereka tidak peduli dengannya.

Seungcheol mendesah malas. Ia sedari tadi mencari Jun yang membolos mata pelajaran matematika. Bocah sialan itu, membuat dirinya harus bekerja lebih banyak karena sang guru memaksa agar semua murid hadir, tak boleh ada yang membolos. Mengingat mereka sudah duduk di bangku kelas 12, sebentar lagi mereka harus bersiap untuk masuk ke universitas.

"Hah udahlah. Capek gue." Seungcheol mendudukkan dirinya di sebelah Mingyu yang fokus dengan ponselnya. Entah apa yang pria arogan lakukan.

"Udah cek UKS? Dia kan suka numpang tidur di sana." Itu Soonyoung. Pria pendiam itu hari ini sedang memiliki suasana hati yang lumayan baik. Sehingga memutuskan untuk ikut bergabung dengan teman-teman kelasnya.

Seungcheol menggeleng. Ia sama sekali tidak terpikir untuk mengecek ruang UKS. Tapi masa bodolah. Ia baru saja mendudukkan dirinya di kantin. Ia ingin memesan makanan dan minuman.

Pesanan Seungcheol datang. Ia hanya memesan satu cup mie instan dan sebotol minuman bersoda. Tidak sehat memang, tapi makanan yang tidak sehat itu selalu lezat. Selagi makan, pria itu fokus memperhatikan perbincangan teman-temannya. Ia akui, teman-temannya termasuk dirinya memiliki kepribadian yang berbeda. Terbukti dari obrolan mereka yang tak pernah cocok.

"Frustasi gue. Kemarin ikut audisi tapi gagal." Itu Chan. Bocah penuh semangat yang hari ini tampak putus asa. Tumben sekali, biasanya dia akan baik-baik saja walaupun gagal lolos suatu audisi.

"Coba aja lagi." Saran Mingyu tanpa mengalihkan perhatiannya sedikit pun dari ponsel.

"Iya Chan. Coba aja lagi, lo masih muda. Masih banyak kesempatan. Yok semangat yok, gue dukung lo sampai lo bisa raih mimpi lo nanti!" Soonyoung, pria yang dipenuhi sisi positif itu ikut menyemangati.

Chan tersenyum tipis, ia bingung dengan apa yang dirasakannya sekarang. Ini perasaan lega atau terbebani?

"Lo ngapain sih, Gyu? Fokus banget sama HP." Seokmin yang sedari tadi hanya menyimak mulai mengeluarkan suaranya. Fokusnya dari tadi memang kacau, tepatnya sejak Minghao tidak mengikuti mata pelajaran matematika. Kemana gadis itu? Dia menguras semua konsentrasi Seokmin.

Mingyu menunjukkan isi ponselnya, yang langsung diserbu oleh teman-temannya, penasaran.

"Itu apa? Gue nggak paham. Ruang chat? Ruang chat siapa? Kok ngetik sendiri?" Chan mengerutkan keningnya tak paham. Ini nyaris tampak seperti ruang chat pada umumnya, hanya sedikit berbeda.

"Ini ruang chat Seungkwan. Gue lagi ngawasin dia."

"LO SADAP HP DIA?!" Seokmin menatap teman sekelasnya itu dengan tatapan tak percaya. Ia tak tahu Mingyu se-protektif ini. Mendadak rasa kasihan kepada Seungkwan muncul di hatinya. Apalagi jika mengingat tubuh Seungkwan yang penuh lebam beberapa hari lalu.

"Biasa aja kali. Lebay banget lo." Senyum remeh muncul di sudut bibir Mingyu. Pria itu kembali fokus dengan ponselnya, mengamati apa yang sedang kekasihnya lakukan.

"Biasa aja? Itu serem njir." Chan menggeleng tak percaya. Lalu dengan sekuat tenaga mencoba tak peduli. Itu bukan urusannya, ia tak perlu ikut campur. Pikirnya.

Cola milik Seungcheol diteguk habis oleh pemiliknya, lalu ia bersandar pada punggung kursi, merilekskan badannya yang lelah namun kenyang. "Lo secinta itu sama Seungkwan?"

"Cinta?" Mingyu diam. Ia menatap nanar layar ponselnya. Cinta ya? Ia bahkan tidak tahu bagaimana rasanya cinta. "Mungkin? Nggak tahulah. Gue cuma nggak suka apa yang udah jadi milik gue diambil orang lain. Milik gue akan selalu jadi milik gue."

"Lo egois." Komentar Seokmin.

Mingyu mengedikkan bahunya, "gue nggak peduli."

Mereka terdiam selama beberapa saat. Sampai seorang datang bergabung bersama mereka.

Itu Jun. Seungcheol sontak memukul punggung pria itu keras, membuatnya mengadu.

"Anjir sakit! Lo apa-apaan sih?" Keluh Jun. Ia mengusap punggungnya yang terasa ngilu karena Seungcheol.

"Kemana aja lo nyet?! Gue nyariin dari tadi sialan. Gue kena marah Bu Hani gara-gara lo bolos." Seungcheol mengomel, matanya sudah melotot, marah.

"Tidurlah, ngantuk." Jawab Jun tak peduli. Ia lebih memilih berdiri, menghampiri penjual dan membeli sebotol jus untuk menyegarkan dirinya.

"Kita udah kelas dua belas. Mau sampai kapan kalian asal-asalan gini? Mau jadi apa nanti?" Pertanyaan itu Seokmin lontarkan untuk menyindir Jun. Namun sepertinya yang disindir tak akan peduli. Terlihat dari gelagatnya yang kini malah mengeluarkan ponsel.

"Lo tanya mau jadi apa? Kalo gue sih, gue nggak tahu mau jadi apa." Soonyoung menjawab dengan enteng. Ia memang belum tahu akan melanjutkan apa setelah lulus nanti. Rasanya, tidak ada hal menarik yang ingin ia lakukan di masa depan nanti. Dulu sih ia bermimpi untuk menjadi seorang polisi. Di pikirannya saat itu menjadi polisi terlihat keren. Memegang pistol dan mengenakan seragam yang bagus. Tapi melihat citra polisi di mata publik saat ini membuat Soonyoung mengurungkan cita-citanya.

"Gue juga sama. Nggak tahu mau apa setelah lulus." Seungcheol membenarkan jawaban Soonyoung. Ia pun sama bingungnya dengan Soonyoung. Walaupun ia sudah bertekad untuk tetap melanjutkan pendidikan, tapi ia belum menentukan jurusan apa yang ingin ia ambil.

"Kalo lo, Gyu?"

Yang ditanya mengedikkan bahunya, tak tahu. "Nurut ortu aja gue mah."

"Nah lo, Jun?"

"Yang jelas sih gue bakalan keluar negeri. Ikut Papa." Ya, papanya sudah menjanjikan untuk tinggal di luar negeri. Pergi dari tempat ini dan memulai hidup baru. Ia tak akan mendengar celotehan tak berguna dari keluarga papanya lagi.

Mereka kembali terdiam. Tanpa sadar memikirkan apa yang ingin mereka lakukan ke depannya. Memang benar, mereka terlalu santai, tak memiliki persiapan yang matang dan tak memiliki rencana yang jelas.

Semuanya masih abu-abu.

Kebersamaan mereka diinterupsi oleh kedatangan gadis dengan rambut ikalnya yang diikat berantakan. Seragamnya tampak sedikit kebesaran di badannya yang kurus. Lalu pergelangan tangannya dihiasi gelang-gelang berwarna hitam yang tampak garang.

Jeon Wonwoo.

Lantas Jun tersenyum cerah, menyambut kedatangan sahabat cantiknya. Berbeda dengan Seungcheol yang mendesah malas. Lalu tanpa mengatakan apapun pergi dari kantin, meninggalkan teman-temannya bersama Wonwoo.

"Eh? Dia kenapa?" Wonwoo bertanya bingung. Matanya menatap punggung tegap Seungcheol yang berlalu pergi.

"Dah lah, biarin aja. Kayak nggak tahu dia aja lo, Won. Sini, duduk sebelah gue." Jun menepuk kursi di sebelahnya, mempersilakan Wonwoo untuk duduk di sana. Berhadapan dengan Soonyoung yang hanya bungkam. Tak tertarik untuk ikut menyambut.

Wonwoo menurut. Ia duduk di sebelah Jun dan menatap pria di depannya penuh rasa semangat. "Tumben lo ikut kumpul, Soon?

Mata berbinar Wonwoo tampak begitu menggemaskan. Mingyu menyadarinya, dan tanpa sadar ia menggenggam ponselnya sedikit lebih kuat. Atensinya tak lagi ada pada ponsel yang menampilkan ruang chat Seungkwan, tapi beralih pada ekspresi bahagia Wonwoo saat bertemu Soonyoung.

Mingyu tidak tahu apa yang ia rasakan. Ia hanya tahu, kalo ia tidak suka ekspresi bahagia itu.

Bersambung

So complicated.

Our Stories (SVT GS) ✓Where stories live. Discover now