Mingyu tidak dipenjara, tapi remaja itu harus dirawat di rumah sakit jiwa dengan penjagaan yang ketat. Kedua orangtua Mingyu melepaskan anaknya begitu saja untuk dirawat, mereka bilang, sejak awal mereka sudah berencana untuk membawa anaknya ke psikiater. Tapi Mingyu selalu menolak. Lalu ia menjadi anak yang pembangkang, yang tak pernah ibunya kenal.
Semuanya berlalu begitu saja. Setelah tahu jika anaknya nyaris menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan, kedua orangtua Wonwoo langsung pulang. Ibunya yang saat itu entah pergi ke mana langsung pulang ke rumah, dan ayahnya yang ada di luar kota menyusul di hari esoknya. Mereka meminta maaf, meminta maaf atas kecerobohannya yang tak bisa menjaga anaknya dengan baik.
Junhui, setelah semua ketegangan yang ia lewati, akhirnya bisa mengembuskan napasnya lega. Ia senang, sahabatnya baik-baik saja. Ia senang, usahanya tidak sia-sia. Tak lama setelah penangkapan Mingyu, Junhui langsung mengabarkan soal kejadian yang baru saja terjadi kepada teman-temannya, terutama Minghao. Dan dengan cara itulah, kabar masuknya Mingyu ke rumah sakit jiwa diketahui yang lainnya.
Mereka semua terkejut, tak percaya jika seorang Kim Mingyu bisa melakukan hal semengerikan itu. Oh ralat, tidak semuanya, di sana, ada 2 orang yang merasa tak kaget dengan berita yang baru didengarnya. Seungkwan dan Vernon.
Saat berita itu mengudara, Vernon sedang berada di rumah Seungkwan dengan alasan belajar bersama. Keduanya duduk di balkon rumah Seungkwan dengan pemandangan bintang-bintang yang indah di atasnya, juga kumpulan buku latihan soal yang menjadi santapan anak-anak kelas akhir setiap hari.
Vernon menyeringai tipis, lalu kembali menutup ponselnya sebelum beralih menatap Seungkwan yang masih setia melihat layar ponsel, membaca pesan dari Junhui mengenai penangkapan Mingyu yang ada di grup chat kelas. "Gimana? Masih percaya kalo mantan pacar lo itu, cowok baik-baik?"
Gadis manis itu tersenyum pahit. Ia langsung mematikan ponselnya, mencoba tak peduli meskipun sebenarnya ia sangat khawatir dengan Mingyu. Katakan ia bodoh. Bisa-bisanya ia masih peduli pada pria yang selalu kasar padanya. Ia adalah gadis yang mudah dibutakan oleh kata cinta.
Seungkwan kembali fokus pada latihan-latihan soalnya, sementara Vernon di sampingnya paham, jika gadis itu hanya mencoba mengalihkan pembicaraan. Pria itu mendesah berat, sedikit tak percaya teman masa kecilnya memiliki sifat keras kepala semacam ini. "Gue penasaran, sebenarnya, apa sih yang cowok sialan itu kasih ke lo, sampai lo bisa sebucin ini ke dia?"
"Nggak ada," jawab Seungkwan tak acuh. Sungguh tak banyak hal indah yang Mingyu berikan padanya. Ia hanya, terlalu muda untuk mendapatkan kata cinta dan merasakan rasanya diinginkan, didambakan, diidamkan. Ia hanya, termakan semua buaian yang Mingyu berikan. Hanya itu.
"Cinta ya?" Vernon menutup bukunya, meletakkan bolpoinnya begitu saja, dan menyandarkan punggungnya ke dinding. Matanya menerawang jauh di langit, melihat bintang-bintang yang bertebaran, juga bulan sabit yang bersinar terang. "Gue juga bisa kasih itu ke lo, Kwan. Tapi lo nggak pernah kasih gue kesempatan buat gue tunjukin betapa cintanya gue ke lo."
Seungkwan terdiam.
Ia tahu itu. Ia menyadari perasaan Vernon padanya sejak dulu. Ia menyadari perbedaan perilaku Vernon sejak keduanya sama-sama mengalami pubertas. Ia menyadari, persahabatan mereka sudah tidak sepolos dan sesimpel dahulu. Ini menjadi lebih rumit.
Tapi Seungkwan pikir, mencintai sahabat adalah hal yang salah. Sahabat selamanya akan menjadi sahabat, atau jika tidak, persiapkan dirimu untuk hancurnya hubungan persahabatan itu.
"Gue..." Gadis itu diam, memikirkan kembali kata apa yang harusnya ia ucapkan. "Kita sahabat, Non."
Pria itu terkekeh. Lagi-lagi kata itu. Apa nasibnya harus seperti ini terus?

YOU ARE READING
Our Stories (SVT GS) ✓
FanfictionXII MIPA 1 memiliki banyak siswa dengan beragam kepribadian, dan itu menjadi satu alasan kurangnya solidaritas mereka. ⚠️warn! GS for uke! Bahasa non baku! Sexual harassment! Start: 21/01/2021 End: 27/04/2021