Lebih Dekat Dengan Mas Gio

111 12 1
                                    

Jalanan tidak terlalu padat hari itu, sehingga Agatha dan Gio sampai di sebuah tenda berwarna orange yang berada tak jauh dari UI, beberapa orang sedang lahap untuk makan. "Lo mau makan apa? Gue traktir deh, sebagai permintaan maaf." Gio mempersilakan Agatha duduk.

"Gue gak laper." Agatha menjawab dengan garis datar pada bibirnya, membuat Gio sangat gemas, mengapa cewek ini begitu keras kepala.

"Oh yauda, minum aja ya?" Bukan Gio namanya, kalau dia menyerah begitu saja.

"Gak haus juga." Agatha masih tak mau menatap wajah Gio.

"Yauda, jadi beneran lo cuman liatin gue makan nih?"

"Iya, buruan."

"Jangan buru-buru, nanti gue keselek."

"Bagus." Gio hanya bisa terkekeh.

Mata Agatha sedari tadi fokus pada lebam-lebam diwajah Gio, beberapa diantaranya seperti luka baru yang dibiarkan begitu saja. Selalu ditarik oleh mesin waktu, dan dilemparkan kepada ruang rindu, dimana Agatha sangat merindukan untuk mengobati luka seseorang sehabis orang itu berkelahi, bahkan sudah menjadi kebiasaan bagi Agatha untuk membawa kotak P3K versi lebih mini di dalam tasnya.

"Lo mending liatin gue, dibanding luka gue." Gio tersenyum.

"Itu belom diobatin ya?" tanya Agatha, dibalas gelengan oleh Gio, tak terlalu mempedulikan itu, ia sudah sangat terbiasa dengan luka.

Tanpa banyak bicara, Agatha mengeluarkan kotak P3K mininya itu. Gio yang kaget langsung menahan tangan Agatha. "Lo ini jurusan dokter apa keperawatan?" tanya Gio terkekeh.

"Mau masuk kedokteran." Jawab Agatha singkat.

"Gapapa, cowok mah biasa kayak gini."

"Tetap harus diobatin, nanti infeksi, kecuali lo dewa, lukanya bisa sembuh sendiri." Ketus Agatha, lagi-lagi Gio terdiam.

Dengan telaten Agatha menuangkan air minumnya pada kapas kemudian menghapus darah yang sudah kering disudut bibir Gio, pelipisnya, dan tulang pipinya. Kemudian menuangkan alcohol pada kapas kemudian mengusapkannya pada tempat luka tadi.

"Udah cocok jadi dokter, pasiennya pada betah, malah bisa pura-pura sakit."

"Buaya darat kerjaannya gombal." Agatha menekan luka Gio membuat cowok itu meringis.

"Muka lo gak ada tampang bad boy sebenernya, tapi kok aneh ya, suka berantem?" tanya Agatha membuka suara.

Gio tertawa kecil. "Muka gue ganteng?"

"Gue tarik ucapan gue, ternyata muka lo bukan good boy tapi jelek kuadrat." Agatha sudah selesai dengan kegiatannya.

"Kalau lo lebih suka bad boy atau good boy?" Agatha terdiam ketika tangannya ditahan oleh Gio, suasana hening sampai sebuah suara yang tak enak muncul dari perut Agatha.

'Krukkk...'

Dalam hati Agatha memaki, mengapa suara itu harus keluar saat ini juga, sangat memalukan. Gio tersenyum miring. Kemudian makanan Gio pun datang, ketika suasana canggung itu masih ada diantara mereka. "Bang pecel ayamnya satu sama es teh manis." Gio menambah pesanannya.

"Nanti kalo lo kurus, gue disuruh tanggungjawab juga. Ogah!" Gio menyindir, membuat Agatha memutar bola matanya.

*******

"Oh jadi lo itu kemarin habis tes SBMPTN, pengumumannya kapan?"

"Bulan depan."

"Lo yakin lulus?" tanya Gio spontan, pertanyaan ini memang selalu berputar dikepala Agatha sedari kemarin.

SOULMATE: Always and Forever AldoWhere stories live. Discover now