Gelap dan sunyi yang Lovia rasakan sekarang. Seluruh anggota tubuhnya terasa sangat sakit dan seperti tidak bisa digerakan. Apakah ia sudah mati? Apakah pria iblis itu benar-benar membunuhnya? Jika, benar ia sudah mati kenapa tempat ini sangat tidak asing baginya? Tempat ini seperti... iya tempat ini seperti kamar di mana ia di kurung oleh pria itu. Jika, begitu ternyata dirinya masih hidup. Pria itu tidak jadi membunuhnya, tapi mengapa? Apakah ia ingin menyiksa dirinya lagi seperti semalam? Jika benar, sungguh ia harus menerima takdir yang sangat pahit ini.
Lovia melihat lukanya, ternyata lukanya sudah diobati. Siapa yang mengobati lukanya? Apakah pria itu? Tapi, tidak mungkin, itu sangat mustahil. pasti orang yang mengobati lukanya bi Rosie, iya Lovia yakin pasti bi Rosie.
Setelah, lama terdiam dengan pikirannya akhirnya Lovia memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur. Ia langsung meringis kesakitan saat merasakan sakit di perutnya. Lalu, ia membuka selimutnya, dan sedikit membuka baju bagian bawah untuk melihat perutnya. Saat, bajunya sudah terbuka, Lovia melihat perutnya yang terdapat tusukan pisau, namun sudah di obati. Lovia baru sadar kalau pria itu semalam menusuk perutnya. Lalu, Lovia kembali menutupi bajunya.
Setelah itu, Lovia kembali menurunkan tubuhnya secara perlahan. Namun, ntah mengapa kakinya tak bisa di gerakan sama sekali. Lovia tetap berusaha untuk bangkit namun tetap tidak bisa. Ia seperti lumpuh sekarang. Apa yang dilakukan pria itu sehingga dirinya lumpuh seperti ini?
"Sial! Mengapa tubuhku tidak bisa digerakan? Apa yang dilakukan pria itu kepadaku? Apa mungkin dia membiusku dengan obat lumpuh? Argh! dasar pria titisan iblis!" gerutu Lovia kesal.
Lovia menunggu kedatangan Gerald. Namun, pria itu tidak muncul-muncul. Tidak ada tanda-tanda bahwa Gerald akan memasuki kamar ini.
"Kenapa dia tidak datang ke kamar ini? Biasanya dia selalu datang, tapi ini kenapa dia tidak datang?" tanya Lovia pada dirinya.
"Tapi, kenapa aku harus memikirkannya? Lebih baik dia tidak datang. Tapi.. ah, sudahlah," Lovia di buat pusing karena memikirkan pria iblis itu. Padahal dia sudah hampir dibunuhnya.
Cklek!
Pintu kamar terbuka, dan Lovia langsung menegakan kepalanya untuk melihat orang yang memasuki kamar ini. Lovia yakin orang itu pasti Gerald. Namun salah, orang itu bukanlah Gerald, melainkan bi Rosie yang membawa nampan yang berisi makanan. Bi Rosie tersenyum padanya, ia pun membalas senyuman bi Rosie.
"Gimana dengan keadaanmu, Nona?" tanya bi Roisie sambil duduk di tepi tempat tidur Lovia berbaring. Bi Rosie meletakkan nampannya di atas meja di samping ranjang itu.
"Lumayan baik, Bi," jawab lovia lembut.
"Baguslah kalau begitu. Sekarang Nona makan, tuan menyuruhku agar Nona memakan makanan ini sampai habis," ucap bi Rosie.
"Tapi, aku tidak mau makan," jawab Lovia menolak.
"Nona, aku mohon makanlah," Bi Rosie mulai kembali memohon seperti biasa agar Lovia mau makan.
"Tapi aku tidak lapar, Bi. Aku juga tidak ada selera sama sekali untuk makan," jawab Lovia yang tetap menolak. Ia bukannya tak mau, hanya saja selerannya tidak ada sama sekali. Apalagi tubuh yang sakit seperti ini membuatnya malas untuk makan.
"Tapi, jika Nona tidak makan maka tuan akan mem--"
"Dia akan membunuh, Bibi?" potong Lovia cepat.
"Aku tidak tau Nona. Tapi, mungkin," Bi Rosie memandang ke bawah lantai. Lovia melihat itu langsung merasa bersalah pada wanita tua ini.
"Baik, Bi, aku akan makan," jawab Lovia memberi senyum pada bi Rosie.
"Nona serius?" Bi Rosie langsung mendongakan kepalanya mendengar ucapan Lovia barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Psycho Prison
ChickLit#𝗗𝗔𝗥𝗞 𝗥𝗢𝗠𝗔𝗡𝗖𝗘 Mempunyai kekasih psikopat yang tampan adalah impianku yang konyol. Tapi, bagaimana jika impianku yang konyol itu beneran menjadi kenyataan? "Kau yakin menerimaku sebagai kekasihmu?" "Iya!" "Kenapa?" "Karena, aku ingin m...