BAB 11

14.2K 921 16
                                    

Remaja perempuan itu membukam mulutnya mendengar perkataan Gerald barusan. Lalu, dia melihat potongan tangan temannya yang tergeletak di atas kursi. Melihat potongan itu saja sudah membuatnya mual dan jijik, apalagi jika memakannya, sungguh ia tak dapat membayangkannya.

"Gimana? Apa kau menerima tawaranku? Ayolah, baru kali ini aku memberi kesempatan pada korbanku untuk melepaskannya," Pandangan perempuan tersebut teralih mendengar perkataan Gerald barusan.

Remaja perempuan itu kembali menangis seraya menganggukan kepalanya. Melihat itu, Gerald tersenyum senang, dan mengambil potongan teman perempuan tersebut, dan memberikannya kepada perempuan itu. "Makan!"

Dengan tangan yang gemetar perempuan tersebut mengambil potongan temannya itu. Dia semakin menangis melihat potongan tangan dan lidah temannya yang kini sudah di genggamannya. Lalu, dia kembali memandang Gerald yang juga memandangnya.

"Tunggu apa lagi? Cepat makan!" desak Gerald tak sabaran.

Dengan tekad yang kuat perempuan itu mengarahkan potongan daging temannya ke dalam mulutnya. Saat, potongan itu sudah di depan mulutnya, tangannya seketika berhenti. Dia memejamkan matanya. Rasanya sangat mengerikan memakan potongan tubuh manusia mentah-mentah, apalagi manusia itu adalah temannya.

Gerald geram saat, remaja perempuan itu yang belum juga memakan potongan tersebut. Karena sudah tidak tahan, Gerald langsung memasukan tangan perempuan tersebut kedalam mulutnya, dan seketika potongan daging tersebut masuk ke dalam mulut perempuan itu. Perempuan itu ingin memuntahkan isi mulutnya, namun tidak jadi saat Gerald mengeluarkan suaranya.

"Makan potongan itu! Jangan sampai memuntahkan nya atau aku akan tetap membunuhmu!" Gerald memberi peringatan.

Dengan terpaksa remaja perempuan itu menelan potongan tubuh tersebut kedalam perutnya. Rasanya, sungguh membuatnya ingin memuntahkan semua isi dalam perutnya.

"A-aku sudah memakannya. Bolehkah kau melepaskan aku sekarang?" ujar remaja perempuan itu dengan menahan mual di perutnya.

"HAHAHA!" Bukannya menjawab Gerald malah tertawa keras di dalam mobil. Remaja perempuan itu memandang Gerald dengan bigung. Kenapa pria itu tertawa dengan sangat keras? Itulah yang ada di benaknya.

Tiba-tiba Gerald langsung menghentikan tawanya, dan memandang perempuan tersebut dengan tajam. "Ck, kau ini sangat bodoh! Kau pikir aku akan melepaskanmu setelah kau memakan potongan temanmu itu? Haha, tentu saja tidak!" Tubuh perempuan itu seketika menegang di tempat.

"Ma_maksudmu a-apa?" Takutnya kalau pria di depannya ini akan berbohong.

"Maksudku, aku akan tetap membunuhmu, bodoh!"

Srekk!!

"Akhh!!"

suara tusukan sekaligus pekikan terdengar saat Gerald menusuk kepala remaja perempuan itu. Kini, perempuan tersebut telah mati. Dan sekarang tinggal satu remaja laki-laki yang tengah duduk di kursi pengemudi. Gerald beralih duduk di samping remaja laki-laki itu. Laki-laki itu memandangnya dengan tangan yang menutup matanya yang sebelah kiri

"Apakah kau ingin mati seperti temanmu?" tanya Gerald pada remaja laki-laki itu.

"Tidak! Aku tidak ingin mati!" jawabnya cepat sambil menangis.

"Tapi, sayang aku ingin kau mati. Bukankah, itu adil kalau aku juga membunuhmu? Temanmu telah ku bunuh, tentu saja kau harus ku bunuh juga. Aku tidak suka pilih kasih, karena itu tidak baik. Jadi, kau bacalah doa sebelum dirimu mati. Karena, nyawamu tinggal beberapa detik lagi. Wahh.. bukankah aku sangat baik?" ujar Gerald. Suara Gerald terdengar tenang. Namun itu, membuat tubuh remaja laki-laki tersebut gemetar.

In Psycho PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang