2

102 20 3
                                    

Naira Salsabila, yang sibuk membenarkan pakaiannya yang sudah sedikit kusut seiring dengan kesibukannya. Merasa sudah sedikit rapih Naira mulai keluar dari bilik kamar mandi dan bersiap untuk pergi ke kampus. 

Naira sosok wanita yang kuat dan tegar menghadapi segala rintangan yang ia hadapi. Bekerja paruh waktu membuat Naira tahu betapa susahnya mencari rupiah untuk membayar biaya kuliah nya. 

Dirinya bukan seperti orang-orang bayangkan, menjadi anak bungsu selalu menjadi anak yang paling diperhatikan oleh kedua orang tua kebanyakan. Namun sangat berbeda jika di kehidupan Naira, semua perhatian ibu dan ayahnya selalu membuat tembok tinggi yang susah di gapai oleh seorang Naira namun berbanding terbalik dengan kakaknya yang hidup dengan kecukupan, menikmati kuliah tampa bekerja paruh waktu, dan selalu mendapat perhatian dari seluruh keluarga. 

Perbedaan sangat terlihat jika berkumpul di keluarga besar. Arumi yang selalu dipuji, Arumi yang disanjung bahkan Arumi jugalah yang mendapat kasih sayang keluarga besar baik dari ibu maupun ayahnya. Ketika perbedaan sangat terlihat makan kedekatan sepasang kakak beradik itupun  membuat semua saudara iri yang melihat hubungan Arumi dan Naira terjalin sangat baik bahkan jauh dari kata buruk, itu alasan mengapa Naira tetap bertahan walau banyak luka di hatinya ketika bersama keluarga, tidak semua orang tidak menginginkan Naira masih ada sosok Mutiara Arumi yang selalu membuat Naira kuat menjalani hari-harinya walau sosok itu tidak tinggal bersamanya. 

"Nai jalan jangan sambil melamun" Ucap Dina 

"Enggak kok din, cuman lagi mikirin quiz nanti susah atau tidak" Jelas Naira

"Quiz di undur Naira, karena pak Dewo sakit jadi digantikan dengan pak Raka dosen anak kelas sebelah" Jelas Dina

"Kamu serius? " Tanya Naira dengan senyum yang ia sembunyikan

"Aelah Nai seneng amat mau ketemu beb Raka" 

"Kamu apaan sih, udah yuk ntar telat" Ucap Naira sebelum meninggalkan Dina

"NAIRA BEBEB RAKA IM COMING" Ledek Dina yang melihat temannya salah tingkah jika mendengar nama dosen idamannya

~~~~~

Mata kuliah pertama diisi oleh pak Raka. Laki-laki itu berjalan ke depan dengan langkah pelah sambil menjelaskan materi yang disampaikan. Semua mata memandang dosen muda dengan perawakan tinggi dan juga tampan. Meskipun sikap pak Raka dingin dan sangat pelit nilai, tapi cara mengajarnya sangat bagus. Dosen ini juga sangat humble kepada mahasiswanya. 

"Nai, ngedip atuh matanya" Iseng Dina, Dina memang sangat suka menggoda temannya yang tergila-gila oleh dosen idamannya.

"Kamu apaan sih, aku ngeliat materi kok bukan ngeliatin pak Raka" Singgut Naira yang tidak menyukai sifat jahil temannya

"Ngeliat materi sambil ngelirik pak Raka kan Nai maksud kamu pffttt. . . " Dina menutup mulutnya untuk menahan tawa yang ia timbulkan

"Kamu, dua perempuan yang di pojok kiri" pak Raka menginterupsi kelas yang menunjukan kepada Dina dan Naira yang duduk di pojok kiri kelas tersebut. 

"Coba jelaskan materi yang saya sampaikan barusan!! "

Diam… 

Naira dan Dina hanya diam mereka tidak tahu apa yang harus dijelaskan, karena mata kuliah yang dibawakan beliau cukup rumit. 

"Ayok jelaskan!! "

"Maaf Pak kami belum paham dengan materi pertemuan kali ini" Jawab Dina dengan nada takutnya. 

"Oke saya maklumin, maka dari itu buat essay dengan judul Perkembangan Minyak bumi pada Indonesia yang minimal lima lembar di kertas polio bergaris dan memiliki referensi buku yang berbeda setiap halaman"

"Tapi pak… 

"Ingin saya tambahkan saudara Naira? "

"Tidak pak, Trimakasih"

~~~~~

Kak Rumi

Dek, 

jemput kakak di bandara yah kakak pulang sendirian

Naira Salsabila

Siap kak

Naira Salsabila

Otw kak🛵🛵

~~~~~

"Kak Rumi! "

Arumi memeluk pelan tubuh kecil Naira. Adik kecilnya ini tampak menyedihkan sejak dirinya meninggalkan rumah untuk menjalani pendidikan sebagai calon dokter. 

"Ayok kak kita pulang, pasti ibu sama ayah udah nungguin kakak" Naira menarik lembut tangan Arumi mengajaknya menuju tempat ia memikirkan motor. 

Mata Arumi melihat sekeliling jalanan. Tidak ada yang berubah setelah ia meninggalkan kota kelahirannya selama tiga tahun, kota ini tetap asri dan juga sejuk. 

Hening

Tidak ada yang memulai pembicaraan hanya suara kendaraan lain yang terdengar di telinga mereka, entah sudah berapa lama mereka tidak bertemu sehingga membuat kecanggungan yang cukup mencekam. 

"Ayah dan Ibu gimana kabarnya Nai? "

"Ayah dan Ibu alhamdulillah sehat kak. Cuman sejak kepergian kakak, ayah dan Ibu sering menghabiskan waktu dengan kerjaan kak" 

"Sebenarnya kakak gak tega dek kalau harus pergi ninggalin ayah dan Ibu tapi mau bagaimana lagi, kuliah  kakak ga bisa ditinggal gitu aja" Jelas Rumi yang hanya diangguki oleh Naira.





Temporary WifeWhere stories live. Discover now