5

74 14 2
                                    

Satu bulan telah berlalu setelah dirinya dikurung di dalam gudang lagi dan lagi Naira memaafkan ayahnya. Naira tidak menaruh benci terhadap kedua orang tuanya karena bagaimanapun mereka tetap orang tua Naira yang harus dihormati. 

Naira selalu berfikir positif jika diamnya sang ibu itu menyimpan segala kasih sayang untuk nya, dan kemarahan ayahnya menyimpan perhatian yang begitu dalam. Hanya penyampaian mereka terhadap Naira berbeda, walau begitu tidak sedikitpun Naira marah atau membenci mereka. 

Naira mendudukkan dirinya dimeja tempat ia bekerja. Bersantai sejenak sebelum dirinya ikut menyambut kedatangan CEO baru di kantor nya. Naira masih memikirkan kejadian saat malam perayaan lalu, ia selalu berdoa agar tidak menghasilkan apapun dalam hubungan tersebut walau dirinya tidak yakin. 

Naira memejamkan matanya sejenak berharap sakit kepala yang menderanya segera hilang, sudah berbulan-bulan Naira merasakan sakit kepala namun Naira hanya meredakannya dengan obat warung atau obat tidur. Naira tidak memiliki cukup uang untuk memeriksakan keadaannya ke dokter, hanya obat tidur yang mampu Naira beli setiap harinya. 

"Nai, masih sakit kepalanya? " Membuka mata secara perlahan dan melihat jika rekan kerjanya sudah menatap Naira dengan cemas. 

"Udah gak seberapa kok kak, mungkin setelah minum obat hilang" Jelas Naira dengan senyum yang menenangkan

"Kita ke dokter aja yuk Nai, pakai uang kakak dulu kamu gak usah memikirkan gantinya. Yang penting kita bisa tau kamu sakit apa sebelum semuanya terlanjur Nai" Jelas Lisa dengan nada tegasnya

"Benar itu Nai, kita biar tau sebenarnya kamu sakit apa kamu gak kasihan dengan kami Nai? Kita sudah seperti saudara buat kamu Nai" Bujuk Anis 

"Yaudah nanti kita ke dokter ya kak" Final Naira yang mendapat senyuman dari rekan kerjanya. 

"Ayok  kita ke Aula, kita harus ikut nyambut kedatangan CEO baru" Ajak Sinta yang sudah tidak sabar. 

~~~~~

"Mari pak kita ke aula kantor" Ucap direktur perusahaa yang kini berjalan menuju lift pejabat tinggi perusahaan. 

Sudah banyak yang hadir di lorong lobby untuk menyambut kedatangan CEO baru mereka Panji Prasetya yang merupakan pemilik perusahaan tersebut . Dengan sopan Panji langsung menyapa kolagen bisnisnya satu persatu. 

Pria dengan balutan jas hitam dan sepatu mengkilap yg senada itupun menghentikan langkahnya saat melihat sosok wanita yang juga berjalan menuju lift, Panji berusaha memastikan kembali siapa yang ia lihat, dan ketika wanita itu menoleh kearah Panji dan dapat mengenali Pria itu dengan cepat. Tanpa sepatah katapun Panji meneliti penampilan wanita yang sedang ia perhatikan. Sederhana dan Manis itu kesan kedua saat dirinya bertemu. 

Terlalu syok melihat pria yang sedang memandangi nya dengan tajam. Pandangan Naira mendadak buram, sakit di kepalanya yang belum mereda kini menambah sakit. 

Brukkk

"Nairaa-----

Jerit rekan kerja Naira yang melihatnya terjatuh pingsan dengan wajah pucat dan juga darah kental yang mengalir dari hidungnya. Dengan spontan Panji mendekati wanita yang telah memporak-porandakan hatinya selama sebulan ini. Panji segera membopong tubuh lemah Naira. 

" Cepat siapkan mobil!!! " Perintah Panji dengan nada khawatir. 

~~~~~

Setibanya di rumah sakit terdekat, Naira segera di pindahkan ke atas bangkar oleh petugas medis, dari mobil sampai di depan UGD Panji terus berada di samping Naira yang entah mengapa dirinya sangat menghawatirkan wanita tersebut. Petugas menutup pintu ruang UGD dengan berat hati Panji melepaskan cekalan tanganya kepada Naira. 

Temporary WifeUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum