14

2.7K 173 2
                                    

Typo bertebaran!!!

Happy reading :-)

     Keesokan harinya dini sedang membereskan baju yang akan dibawanya ke Bali.tadi dira sempat datang mengambil belanjaannya yang dibeli kemarin.

     Dini jadi teringat perkataan mas Revan semalam yang ingin mengajaknya jalan-jalan nanti di Bali.kini hatinya sedang berbunga-bunga.apa dia sudah mulai jatuh cinta pada seorang Revan Atmadja,memikirkan itu membuat dini tersenyum sendiri.

     "Sudah selesai semuanya?"

     Dini terkejut mendengar suara mas Revan.sejak kapan mas Revan berada di sana.apa mas Revan sempat melihatnya tersenyum seperti orang gila tadi.membayangkan itu membuatnya meringis malu.

     Tanpa menjawab pertanyaan Revan,dini balik bertanya"sejak kapan mas Revan disini?"

     "Belum lama.kopernya sudah siap semua."Revan melihat satu koper besar sudah rapi berada disamping lemari dan satu tote bag yang masih terletak di atas tempat tidur."apa ada yang bisa mas bantu buat liburan kamu?"tanya Revan.

     Dengan tersenyum sumringah dini berkata"tentu saja,mas Revan harus menepati janji mas buat ajak dini jalan-jalan di Bali.dan sepertinya mas juga harus menebalkan isi dompet selama jalan-jalan bareng aku disana."

     Melihat mas Revan diam saja membuat dini tertawa lebar.

     "Hahaha...tenang Mas dini hanya bercanda."ujarnya.

     Revan yang mendengar tawa dini pun membalas candaannya.

     "Tentu saja dompet mas akan selalu terbuka untuk kamu,dan mas akan membelikan apapun yang kamu inginkan,"

     "Beneran mas?"

     "Iya...apapun yang kamu mau akan mas berikan tapi ada syaratnya,"ucap Revan.

    "Kok pakai syarat segala sih,berarti mas Revan gak ikhlas dong."balas dini kesel.

     "Siapa bilang mas gak ikhlas,mas ikhlas kok,lagian uang mas gak bakalan habis kalau harus membelikan apapun yang kamu inginkan,bahkan seumur hidup pun mas sanggup."

     "Dihh,sombong bener mentang-mentang holang kaya."Dini mengejek Revan.

     Mendengar ejekan dini Revan tertawa keras.bisa-bisanya dini mengejeknya dengan sebutan holang kaya.Revan sampai menggelengkan kepalanya,dia tidak habis pikir,dengan isi kepala calon istrinya itu.

   "Kamu gak mau tau syarat yang mas ajukan?"tanya Revan sambil memperhatikan dini mengisi tote bag nya.

     Dengan sinis dini balik bertanya"emang apa syaratnya?"

    "Syaratnya kamu harus membayar itu semua dengan menjadi istriku seumur hidupmu.gimana setuju gak?"

     Dini berdiri mendekati Revan yang duduk di kursi meja riasnya.Sekarang wajah dini tepat berada didepan wajah Revan.Dengan menundukkan sedikit wajahnya dini berkata,

     "Sepertinya aku sudah mulai mencintaimu,bagaimana denganmu?"dini mengatakan itu tepat didepan wajah Revan.

     Revan terkejut mendengar ungkapan perasaan dini.tapi dia merasa bahagia,dan tanpa dini tahu Revan sudah lebih dulu jatuh pada pesonanya.

     "Benar begitu?"

     "Tentu saja benar."Dini berdiri tegak dan berjalan kembali ke tempatnya tadi.masih dengan memasukkan perlengkapannya kedalam tote bag.

     "Mas Revan tau,saat kita menghabiskan waktu bersama,tanpa sadar aku merasakan kenyamanan."tak mendapatkan respon dari Revan dini melanjutkan,"ahh...mungkin hanya aku saja yang merasakannya."

     Sebenarnya dini juga berharap perasaannya dibalas.tapi melihat wajah Revan yang seperti biasa saja,dini hanya bisa tersenyum masam.

     Sudahlah apa yang aku pikirkan,salahku juga yang cepat sekali baper dengan keadaan.dan sekarang lebih baik aku diam saja.

     Melihat dini terdiam Revan bangkit dari duduknya."besok biar mas yang antar ke bandara yaa."Revan mencoba mencairkan suasana.

    "Gak usah mas,dini bareng sama ana,dira dan rosa saja.lebih baik mas pulang istirahat."

     Mendengar ucapan dini yang seperti mengusirnya secara halus membuat Revan terkejut.Revan berpikir apa dia melakukan kesalahan,tapi apa.kenapa dini tiba-tiba bersikap seperti itu padanya.padahal baru saja dia mengungkapkan perasaannya.

     Karena tak tahu dimana letak kesalahannya,Revan memutuskan untuk pulang ke apartemennya.

     "Baiklah,kalau begitu mas pulang dulu.

   Suasana berubah menjadi lebih dingin dari sebelumnya.Dini menekan emosinya,bukan itu yang dia ingin dengar dari Revan.baiklah sekarang dini mencoba untuk baik-baik saja.

    

     Dalam perjalanan pulang,Revan mencoba mengingat pembicaraannya dengan dini.apa dia mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan dini.

   Padahal hari ini Revan sangat lelah,tapi karena merindukan dini,Revan sengaja mampir ke rumahnya.

     Bukan ini yang dia inginkan,Revan ingin hubungannya dengan dini semakin dekat bukan tambah berjarak seperti saat ini.

    

     Keesokan harinya dini dan sahabatnya sudah sampai di bandara.sebentar lagi mereka akan terbang menuju Bali.tapi sejak tadi dini terlihat tidak bersemangat,dan ketiga sahabatnya menyadari itu.

     "Lo kenapa diam aja din,ada masalah?"tanya ana yang sejak tadi memperhatikan wajah dini murung.

     "Iya din,gue juga dari tadi liat muka lo suntuk banget,kalau ada masalah cerita dong ama kita.Siapa tahu kita bisa kasih solusi."dira ikut bicara.

     "Atau kita juga bisa jadi pendengar yang baik buat lo."tambah rosa tak ingin ketinggalan care pada sahabatnya.

    Menghela nafas,dini melihat ketiga sahabatnya yang sedang memperhatikannya.dengan memaksakan senyumnya,dini berkata"sampai di Bali gue cerita dan gue mau lo semua ngasih saran yang tepat buat gue."

     "Dah waktunya masuk pesawat,yuk ah gue gak sabar mau cepat-cepat sampai Bali."ucap dira sangat antusias.

     Melihat tingkah dira membuat mereka tertawa.dan dini bisa melupakan masalah hidupnya sebentar.




Sorry part kali ini pendek...


Jangan lupa pencet bintang dan comment yang membangun!!!

Trims :-)
    

My Husband,my Teachers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang