34

2.5K 145 1
                                    

      Maaf, typo bertebaran!!!

      Happy reading:-)




         Dini sekarang sudah di deportasi ke rumah mamanya.sejak umur kandungan dini memasuki bulan ke sembilan Revan sudah tak berani meninggalkan dini seorang diri, apalagi posisi apartemennya berada di lantai atas.revan takut kalau tiba-tiba dini kesakitan,bisa membutuhkan waktu yang lama untuk turun ke bawah.

      Mungkin setelah dini lahiran nanti dia akan membeli rumah yang pastinya dekat dengan kedua orangtua mereka.tapi untuk saat ini dirinya bisa tenang,karena dini sudah berada di rumahnya sendiri.disana ada mertua dan abang iparnya.kadang bundanya juga datang  menjenguk menantu kesayangannya.

      Seperti saat ini, bundanya datang pagi-pagi sekali dengan ayahnya hanya karena permintaan dini yang ingin memeluk ayah mertuanya.yaa Revan juga mengakui walau umur ayah sudah memasuki kepala lima,tapi ayah masih tegap dan bugar, apalagi didukung dengan wajah tampannya,ayah masih terlihat mempesona dan berwibawa.

    "Sayang,udah dong meluk ayahnya,sini sama mas aja."Revan jengah melihat dini memeluk erat ayahnya.

    Dini tak menggubris panggilan suaminya,dia malah mengeratkan pelukannya, sampai ayahnya pun tersenyum mengejek ke arahnya.

      "Ayo lah Din,sini sama mas aja,tubuh mas lebih enak di peluk daripada punya ayah,udah gak nyaman."Revan masih mencoba merayu dini.tapi dini masih tak menanggapinya.

    "Udahlah...biar aja dini sampai puas melukin ayah kamu Rev, mungkin sekarang dini doyannya sama yang udah tua."bundanya tertawa senang melihat Revan cemburu.

      Revan jadi panas sendiri dia bahkan sudah menatap dini dengan tajam.beruntung tak lama setelah itu dini melepas pelukannya membuat Revan bernafas lega.

      "Kenapa sih mas,baru juga aku ngidam meluk ayah kamu udah kayak cacing kepanasan, gimana kalau aku ngidam pengen meluk pak Leo pasti kepala mas langsung keluar tanduk."omel dini panjang lebar.keluarganya semua sampai menertawakan tingkah Revan yang baru di lihatnya.

       "Gak ada ya ngidam pengen peluk orang.ngidam yang lain aja dong sayang yang lebih normal."

      "Jadi mas ngatain aku gak normal karena meluk ayah!!!"dini murka mendengar kata-kata Revan.

      "Eh...bukan gitu maksud mas..."

   "Kamu itu ya, selalu aja buat mantu bunda nangis.bunda pites juga lama-lama kamu Rev."ucap bunda Rita.

       "Iya Bun,di pites aja Revan nya biar jadi bumbu rujak sekalian."Dino ikut-ikutan membulinya.

      "Lo kok jadi ikut-ikutan nyokap gue."

      "Biar aja,gue belain adek gue dong.enak aja Lo katain adek gue ngidam gak normal."

   "Parah lo,ntar kalo dah nikah,lo rasain sendiri gimana rasanya jadi gue."pasrah Revan tak ingin berdebat lagi.

     Sementara dini sendiri sudah menangis sesenggukan di dalam pelukan mamanya.dini sedih karena di bilang ngidam gak normal oleh suaminya.

     "Udah dong sayang,kamu salah paham,mas gak mungkin bilang buat istri sendiri gak normal.maafin mas yaa?"dini melihat wajah Revan yang penuh penyesalan.jadi dia langsung memaafkan suaminya dengan memeluknya erat.

       Revan senang dini sudah memaafkannya,dan pelukan dini sekarang ini adalah bonus untuknya.revan menampakkan senyum puasnya pada keluarganya dan di balas wajah penuh ejekan,dan muntahan oleh mereka.

My Husband,my Teachers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang