26

2.5K 153 0
                                    

Typo bertebaran!!!






Happy reading:-)









Hari ini adalah hari yang di tunggu oleh Revan,dia ingin memperkenalkan dini kepada semua orang yang mengenalnya.sebenarnya ada sedikit rasa khawatir karena keadaan dini yang belum sepenuhnya pulih.semenjak sakit minggu lalu Revan merasa dini lebih sensitif,dan tingkah lakunya benar-benar berbeda.Revan harus lebih bersabar menghadapinya.

Sekarang Revan sudah berdiri di depan pintu kamar hotel dini.Tadi dini memaksanya keluar saat dirinya akan di rias oleh MUA.jadi terpaksa Revan membenahi diri di kamar lainnya.setelah selesai Revan pun kembali lagi menjemput dini untuk langsung turun menuju tempat resepsi mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam,tamu-tamu pasti sudah berdatangan.Revan membuka pintu kamar dini dan tercengang melihat penampilan dini sangat anggun dan berkelas,berbeda dengan sikapnya saat ini.

"Sudah siap...?"tanya Revan dengan raut wajah tegang karena melihat mata dini memincing tajam saat melihatnya.Revan sempat berpikir apa Revan melakukan kesalahan.

Dini melihat raut tegang di wajah Revan,sebenarnya dini kesal karena menunggu Revan yang datang terlalu lama,tapi ini hari bahagianya dia harus bisa menekan sedikit egonya.menghela nafas dini tak menanggapi pertanyaan Revan,tapi dia menghampiri lelaki itu dan mengaitkan tangannya pertanda ingin turun ke ballroom hotel tempat resepsi pernikahan mereka diselenggarakan.

Saat mereka mulai masuk pandangan mata semua orang beralih pada mereka.banyak orang yang mengagumi kecantikan dini dan ketampanan Revan mereka terlihat serasi dengan warna pakaian yang senada.

Tak ada panggung atau pun pelaminan khusus pengantin.Dini dan Revan lebih memilih berbaur dengan keluarga,sahabat dan rekan kerja.para tamu yang ingin mengucapkan selamat,akan datang menghampiri kedua mempelai dengan mengenalkan satu sama lain.wajah mereka bahagia dan senyum pun tak pernah pudar dari bibir keduanya.

Revan yang merasa dini sejak tadi belum beristirahat,dia menarik tangan dini lembut membawanya duduk bersama ketiga sahabatnya yang sedang sibuk bercerita dengan teman-temanya yang lain.

"Wah...pengantin baru..."

"Ciee...yang udah taken..."

"Entar malam amboxing dong".dan berbagai macam godaan lainnya,yang membuat wajah dini memerah karena malu.tapi tidak dengan Revan yang akan selalu menampilkan raut datarnya,jika berhadapan dengan orang selain dini dan keluarganya.

Tak menghiraukan godaan temannya dini,Revan mendudukkan dini di kursi sebelah ana,berjongkok dan membuka sepatu berhak tinggi dini serta memijat pelan kakinya.

Dini yang diperlakukan seperti itu tambah malu,saat ingin menarik kakinya Revan menatap serius dini tanda tak ingin dibantah.sedangkan teman-temanya dini melongo kaget melihat guru mereka yang dingin bagai kulkas itu bisa berperilaku romantis,dalam hati mereka pun berharap bisa mendapatkan jodoh seperti dini.udah tampan,kaya dan romantis.

"Mas udah yaa,"bisik dini lirih.berharap Revan menghentikan aksinya memijat kaki dini,dini kelihatan risih melihat pandangan semua orang tertuju padanya.

"Kenapa? Gak perlu risih mas hanya ingin memastikan kaki kamu gak sakit atau pun lecet karena sepatu ini."jelas Revan sambil menunjukkan sepatu dini yang berhak tinggi itu.Tadi memang dini sengaja memilih sepatu yang haknya lumayan tinggi karena tak ingin terlihat pendek jika berada di dekat Revan.

Tak lama Revan terpaksa berhenti karena ada beberapa rekan bisnisnya yang mengajak berkumpul dimeja mereka.

"Mas kesana dulu yaa,tetap disini mas gak akan lama."ucap Revan sambil melirik ana,dira dan rosa.

"Kok ngelirik kita sih pak,jangan bilang bapak jatuh cinta sama saya ya pak."setelah mengatakan itu dira langsung memegang kepalanya karena ditoyor dini.

"Lo mau jadi pelakor? Laki gue ni.."ucap Dini menatap tajam dira.

"Terus ngapain pak Revan ngeliat kita"ucap rosa setuju dengan dira."atau bapak nyesel nikah ama dini,terus mau beralih sama saya? Kalo saya mah hayuk aja pak,jadi yang kedua pun saya mau."lanjut rosa,menggoda dini.

"Dih...Lo berdua kok malah mau jadi pelakor sih.ini tu suami gue,gak ada yang kedua.pokoknya gue satu-satunya istri dari guru kalian."ucap dini bangga."dan mas gak usah ngeliat wajah pelakor kek gini deh,buruan sana ngumpul sama teman mas."Dini berucap dengan nafas memburu karena kesal.

Revan yang melihat istrinya kesal pun tersenyum.membuat orang di meja itu bertambah melongo dengan mulut terbuka.benarkah itu gurunya? Itu yang ada di pikiran mereka semua.

"Mas bukan ngeliat mereka,mas cuma mau nitip kamu,selama mas ngumpul sama rekan kerja mas.jadi gak perlu marah dan cemburu."Revan mengatakan kata cemburu dengan suara pelan dan lirih supaya hanya dini yang mendengarnya.Dini yang mendengar kata terakhir Revan pun menunduk malu.

"Ana,saya titip dini ya sebentar."Revan memilih menitipkan dini pada ana.

"Kok saya pak,bukannya tadi bapak ngeliat dira sama rosa."Ana jadi bingung di titip dini.

"Karena hanya kamu yang saya lihat masih waras diantara sahabat dini yang lain."dan penjelasan Revan membuat semua orang di meja itu tertawa tentu saja selain dira dan rosa yang kesal sama omongan gurunya itu.

Setelah mengatakan itu Revan pun berlalu menuju meja rekan kerjanya.sedangkan mereka masih menertawakan dira dan rosa yang secara tak langsung pak Revan mengatakan mereka berdua gila.

"Ish..suami Lo tu din,buat kesal aja.masak kita dibilang gila"ucap rosa dan dira.

"Emang kalian gila,tadi aja tingkahnya pengen jadi pelakor."balas dini tak perduli.

"Itulah untuk apa sih pak Revan bilang buat mereka gila kan gak banget,"jawab ana dengan senyum misteriusnya.yang langsung membuat dira dan rosa tersenyum cerah seakan dibela ana.

"Seharusnya kata yang cocok untuk mereka itu gak waras"ana mengatakan itu sambil memiringkan tangan di dahinya.dan mereka semua tambah menertawakan dira dan rosa yang wajahnya tambah kesal.

Dengan serempak dira dan rosa memanggil nama ana dengan volume keras.."ANA!!!!"

Dini dan ana pun tertawa ngakak.mereka menjadi pusat perhatian seluruh tamu yang hadir.Revan yang melihat istrinya tertawa pun ikut tersenyum seakan tawa dini menular padanya.beda lagi dengan rekan kerja Revan yang kaget melihat Revan tersenyum.karena ini pertama kalinya mereka melihat seorang Revan tersenyum.



Jangan lupa pencet bintang dan comment yang membangun!!!





Trims :-)

My Husband,my Teachers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang