Part 58

313 54 0
                                    

"Apa? Lo mau pergi? Bang, lo becanda 'kan?" tanya Abigeal tak percaya.

"Gue serius, Geal. Makasih ya, udah manggil gue abang lagi, udah lama lo enggak manggil gue gitu," sahut Edward.

"Bang, masak lo mau ninggalin gue, sih? Terus gue latihan sama siapa? Lo mau ngapain ke Bandung?" rengek Abigeal sambil menarik bahu Edward agar menatap ke arahnya.

Edward ternyata juga begitu, dia tampak tengah menahan sedih. Dia merasa berat jika harus meninggalkan Abigeal. Walau bagaimanapun ngeselinnya Abigeal kepadanya dan bagimana pun juga jahilnya dia kepada Abigeal, tapi dia begitu menyayangi Abigeal.

"Huhuhu ... haha ... huhu." Tangisan Abigeal membuat Edward bingung.

"Lo senang apa sedih sih, gue pergi? Irama nangis lo kok, kayak ngejek gitu?" tanya Edward mulai kesal.

"Lo bego!" teriak Abigeal sambil menyeka air mata, "Baju lo kebalik!" teriak Abigeal lagi.

Rasleting jaket yang tidak dipasang Edward menampakkan di dalamnya baju kaos Edward berwarna putih yang terbalik. Edward menatap bajunya dan menepuk kepalanya, merasa bodoh dengan dirinya sendiri. Edward segera melepas jaket dan bajunya untuk memutar balik baju kaosnya. Sehingga menampakkan tubuhnya yang terbentuk sangat atletis.

"Woi, lo ngapain? Ini di pinggir jalan, Bego!" umpat Abigeal kesal dengan tingkah Edward.

"Biarin, 'kan enggak ada yang liat!" jawabnya santai.

Edward lalu memasang kembali baju dan jaketnya, kemudian hendak segera pergi. Saat itu juga Abigeal menahan pergelangan tangan kekar Edward dengan kedua tangan. Edward pun memutar kembali tubuhnya menghadap Abigeal, lalu memeluknya untuk beberapa saat.

"Gue enggak minta peluk!" cecar Abigeal yang membuat Edward kembali bingung.

"Terus?" tanya Edward.

"Ehehe! Bagi duit, dong! Masak mau pergi gitu aja!" ujar Abigeal sambil menyengir.

"Ya, ampun! Gue pergi ke Bandung mau ngurus perusahaan om Morgan yang ada di sana buat nyari duit. Sekarang mana ada gue duit!" tutur Edward.

"Ya, udah kalau enggak mau. Pelit!" kesal Abigeal dan memangku tangan di depan dada.

"Ck! Iya, iya." Edward merogoh saku celananya dan mengambil beberapa lembar uang lalu menyerahkan kepingan uang logam bernominal 500 kepada Abigeal yang memanyunkan bibirnya. "Nih! Buat jajan satu tahun," kekeh Edward.

"Iiihhh! Lo kata gue pengemis apa?" Abigeal menghentakkan kakinya kesal.

"Hehe, iya nih, ambil!" Edward menyerahkan beberapa lembaran uang yang tadi sudah diambilnya.

"Makasih, Abang!" jawab Abigeal sambil menerima uang dari Edward.

"Iya, gue pergi, ya! Belajar yang rajin!" ucap Edward dan melangkah pergi ke dalam mobil.

Abigeal pun ikut berbalik, uang yang diberikan Edward masih digenggamnya. Abigeal meminta uang kepada Edward hanya untuk menyembunyikan kesedihannya di depan Edward. Juga supaya Edward tidak terlalu bersedih untuk meninggalkannya. Dia benar-benar sedih ketika mendengar Edward akan pergi ke Bandung. Ditambah lagi dengan Edward yang berucap tiba-tiba.

Saat menuju kembali ke arah pagar, Abigeal melewati sebuah mobil hitam. Abigeal pun menatapnya dengan seksama dan memundurkan kembali langkahnya. Abigeal berhenti di dekat ban mobil itu lalu berjongkok.

"Ini pasti mobil kakek tadi, gue kerjain lo, Kek! Kekeke!" kekeh Abigeal dan mulai membuka tutup benan ban mobil tersebut.

Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya membuat Abigeal menautkan bibirnya. "Ngapain?" tanya seseorang yang tak lain adalah sopir dari Hyun Jae.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang