Ch. 10 Keberuntungan itu Tidak Ada

413 69 10
                                    

"Furuya Senpai, apa kau akan berlatih melempar hari ini?"

Itu adalah sebuah pertanyaan dari salah satu  kohai yang sekamar dengannya. Tanpa ragu dia berinisiatif untuk menangkap lemparan Furuya hari ini untuk mengasah kemampuan battery-nya agar dia lebih bisa diandalkan dalam pertandingan.

"Maaf. Saat ini aku ingin melatih gaya melemparku. Aku akan berlatih melempar setelah menyelesaikan latihan dasar ini"

Sejak Furuya mendapatkan kembali nomor punggung 11, dia sadar bahwa banyak sekali hal yang perlu dia perbaiki. Sedikit demi sedikit dan tetap bersabar. Dia sadar akan tugasnya. Berlatih dan mengevaluasi latihannya dengan rutin adalah hal yang saat ini selalu dia lakukan.
Para anggota Seido yang lainnya pun turut serta membantu Furuya dalam perkembangannya.

Jujur saja, semakin tinggi tujuan yang ingin di capai, gunung yang ia panjat akan semakin tinggi dan curam. Jalan yang dia lalui tidaklah pernah mudah. Menjadi Pitcher itu benar-benar tidaklah mudah.

"Baiklah, kalau begitu panggil aku setiap saat kau membutuhkan rekan untuk berlatih. Aku akan berusaha yang terbaik"

Dengan wajah yang optimis Yui menjawab perkataan senpainya tersebut. Furuya kemudian pergi untuk berlatih menu latihannya.

"Aku rasa ini waktunya berlatih memukul"
Kata Yui dengan semangatnya.

Belum genap sehari Sawamura pergi, suasana latihan di Seido tidak banyak perubahan. Para senpai maupun kohai pun melakukan banyak latihan mandiri mereka.

Waktu terasa cepat berlalu, dan latihan sore pun berlanjut. Sore yang biasanya akan terasa dingin di malam hari, malah terasa hangat. Sebuah suara langkah kaki mulai mendekat ke arah pelatih tim Seido tersebut Sebuah suara seseorang yang bertugas mengirim surat sedang berdiri untuk memberikan sebuah amplop coklat besar kepada pelatih Kataoka pelatih baseball Seido Tokyo Barat.

"Kataoka-san, anda mendapatkan sebuah surat".

Setelah memberikan surat tersebut, petugas pos tersebut pergi untuk melanjutkan tugasnya. Anehnya, pelatih jarang mendapatkan surat pribadi seperti itu. Meskipun pelatih Kataoka menganggap surat itu mungkin saja adalah surat untuk meminta latih tanding, tapi waktu dan keadaannya bukanlah hal biasa terjadi. Terlebih, surat-surat jenis tersebut biasanya akan di tangani oleh Asisten pelatih dan bukan di tujukan langsung kepada kepala pelatih.

Melihat nama pengirim yang asing namun tidak sulit untuk dikenali, pelatih Kataoka sedikit merasa bingung. Daripada banyak berpikir, dia mulai membuka amplop coklat besar itu.

"Hoohh, ini luar biasa".
Kata pelatih Kataoka dengan senyum kecil di bibirnya.

Pelatih Ochiai yang penasaran dengan apa yang di baca oleh pelatih Kataoka mulai menanyakan keingintahuannya.

"Saya tidak pernah tahu bahwa anda akan terlihat senang saat mendapat sebuah surat"

Pertanyaan yang secara tidak langsung tersebut sudah cukup untuk pelatih Kataoka mengerti maksud kata-kata pelatih Ochiai.

"Bagaimana saya tidak tersenyum melihat surat semacam ini"

Kataoka-san menunjukkan surat yang ada di amplop yang ia pegang kepada pelatih Ochiai. Dengan senyum kecil yang tak kunjung hilang, Pelatih Ochiai mengambil surat tersebut dari tangan Kataoka-san.

"Bukankah ini sedikit berlebihan?" Pelatih Ochiai yang sedikit gemetar mengomentari isi amplop tersebut.

Setelah membaca isi surat misterius tersebut, malam hari datang perlahan. Para pemain Seido pergi untuk makan malam di tempat makan asrama Seido. Mereka juga akan membahas tentang kekuatan lawan mereka Ichidai Sanko yang akan mereka lawan.

"Seperti yang kalian sudah tahu, bahwa barisan Ichidai akan menyulitkan kita, jadi aku harap pada pitcher dan para fielder  untuk tidak lengah"

Perkataan itu keluar dari pelatih Kataoka-san. Dengan nada serius seperti biasa. Para pemain mengiyakan perkataan tersebut dengan sungguh-sungguh. Mereka sadar betul akan kekuatan Ichidai, terutama Pitcher mereka Amahisa Kousei. Ini akan menjadi perang habis-habisan.

(Aku tak akan membiarkan musim panas ini seperti tahun lalu. Tidak, akan)
Miyuki yang bergumam dalam hatinya menggenggam tangannya erat dan membulatkan tekadnya. Satu kekalahan  dan semuanya akan berakhir. Semua pemain Seido tahu, bahwa yang harus mereka lakukan adalah berlatih untuk meningkatkan skill individu mereka.

Semangat membara dan ketegangan yang dirasakan para pemain Seido tentu dirasakan pelatih Kataoka.

"Dan juga, sekarang aku akan membagikan menu latihan individu untuk kalian para tim inti. Nabe akan menjelaskan detailnya"

Perkataan Pelatih Kataoka yang menambahkan penjelasannya saat rapat tersebut menyerahkan lembaran kertas pada Nabe.

Nabe yang sudah lebih tahu detail dari menu latihan tersebut sebenarnya sedikit kaget. Bukan karena menu latihan berat atau terlalu banyak. Tapi melihat menu latihan yang diserahkan pelatih adalah menu khusus yang dipersiapkan individu unuk melatih kekurangan skill mereka.

(Ini hebat. Setiap pemain punya beberapa kelemahan yang perlu mereka perbaiki. Menu ini benar-benar di rancang khusus untuk setiap anggota. Ada juga yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan mereka. Apa ini buatan pelatih? Kapan dia sempat membuat ini?)

Nabe yang berbicara dalam hatinya penasaran dengan pembuat menu latihan tersebut. Tapi untuk sekarang dia tidak akan banyak berkomentar dan menjalankan tugasnya untuk memberikan lembaran kertas tersebut.

Satu per satu para anggota inti tim Seido menerima jatah latihan mereka.
Pelatih Kataoka menjelaskan bahwa menu itu akan digunakan mereka untuk latihan mereka besok pagi. Dengan hal tersebut, Kataoka-san mengakhiri pertemuan malam itu.

Setelah pembubaran beberapa anggota tim yang ada di dalam ruang makan tidak lantas meninggalkan ruangan. Mereka memeriksa menu baru yang baru mereka terima dari pelatih Kataoka. Tidak lama setelah mereka mengeceknya Maezono mulai angkat bicara.

"Miyuki, bagaimana tanggapanmu tentang menu yang kita terima hari ini. Ini sangat tidak biasanya bagi pelatih memberi kita menu latihan seperti ini."

Tanya Zono pada Miyuki yang berada di sampingnya.

"Apa yang bisa ku komentari? Kita hanya perlu berlatih, itu jawaban yang sederhana bukan?"

Miyuki menyeringai pada rekan tim-nya dengan percaya diri. Saat ini Miyuki tidak ingin berkomentar banyak tentang tindakan pelatih. Sekilas ketika Miyuki membaca daftar menu latihan miliknya, ia sadar apa yang harus ia tingkatkan dalam permainan. Jadi, ia tidak akan banyak berkomentar dan menanggapinya dengan perasaan senang.

"Haha.. .ini menyenangkan" kata Miyuki dengan tawanya.

Anggota tim Seido saat ini hanya punya pemikiran yang sama.

"Ayo Menuju Koshien" dengan segala taruhan.
"Tentu saja" seru semua orang.

Wajah para pemain terlihat bersemangat untuk memulai latihan individu mereka. Mereka berharap mereka bisa meningkatkan skill mereka ke level yang lebih tinggi.
Apa yang mereka inginkan terukir erat dalam jiwa mereka.

Apapun itu, dimasa depan, mereka ingin berterima kasih pada diri mereka di masa lalu karena telah berjuang sekuat tenaga, menumpahkan banyak air mata, mencucurkan keringat, dan bersabar dalam setiap proses mereka yang berat. Hingga di titik mereka tidak akan menyesali apa yang telah mereka lakukan. Demi diri sendiri. Demi tim. Demi impian mereka dan orang-orang yang mendukung Seido.

Jika seorang pemain baseball yang mencetak skor adalah hasil dari eror yang di anggap orang lain adalah keberuntungan. Maka, keberuntungan itu hanya akan tercipta ketika kau bekerja keras untuk menciptakannya.

Demi Ace Seido yang juga sedang berjuang bersama di bawah langit yang sama. Tim Seido akan Menang.

Diamond no Ace FanfictionWhere stories live. Discover now