Ch. 6 Nasehat

526 74 5
                                    

Setelah Sawamura kembali dari makan malam, Sawamura pergi ke kantor pelatih Kataoka. *tok-tok-tok* suara ketukan pintu terdengar.

"masuklah" kata pelatih Kataoka dari balik pintu.

"Boss, apa ada hal yang ingin anda sampaikan padaku?" dengan tidak sabaran, Sawamura langsung memberikan pertanyaan pada pelatih. Mungkin dalam hatinya dia sudah terlalu semangat dengan perasaan yang campur aduk sekarang. Katoka-san yang selalu berwajah serius itu hanya bisa menanggapi pertanyaan dari Sawamura dengan cepat.

"satu syarat" kata Kataoka-san.

"eh? syarat?"

situasi itu bahkan tidak akan pernah terfikirkan oleh Sawamura. Tapi yang sedang kita bicarakan adalah pelatih Kataoka. (memang syarat apa? apa jangan-jangan nomor Aceku akan di cabut? ini mimpi buruk)

"Kau-" kata pelatih...

"kumohon jangan cabut nomor Ace ku!!" kata Sawamura dengan cemas.

"Apa yang sedang kau bicarakan?" tanya pelatih Kataoka heran.

"Tenanglah Sawamura, dan dengarkan baik-baik" saut Rei-san.

(itu benar, aku harus tenang) kata Sawamura dalam hatinya.

"Jadi apa syarat yang anda sedang bicarakan boss?" Sawamura bertanya untuk memastikan.

"Sebagai seorang Ace, kau tau apa tugasmu dalam tim. Jadi ada satu syarat dariku saat kau pergi adalah pergi dengan membawa semangat dan kembalilah tepat waktu."

Persyaratan dari pelatih bahkan tidak terdengar sebagai syarat. Itu lebih seperti permintaan kepada seorang Ace. Nomor punggung ini benar-benar berat. Jika seorang Ace pergi berperang seorang diri, ia akan membawa seluruh kehormatan tim di punggungnya. Seakan tidak perlu di jelaskan, Sawamura mengerti akan hal tersebut, lalu mengangguk tanda ia setuju.

"tentu saja pelatih" jawab Sawamura dengan pasti.

"Aku punya nasehat untukmu Sawamura" kata pelatih Ochiai.

"Ya? aku akan mengingatnya" dengan wajah gembira Sawamura mendengarkan baik-baik apa yang akan di katakan pelatih Ochiai.

"Jangan sampai tersesat disana"

(Yah... aku tahu, sebodoh apapun Sawamura, itu harusnya tidak akan terjadi bukan, tidak akan, yah... semoga itu benar-benar tidak terjadi, ini hanya sebagai nasehat) kata pelatih Ochiai dalam hatinya.

Ruangan pelatih tiba-tiba mendadak hening sejenak. Mungkin dengan keheningan tersebut, orang-orang di dalam kantor seperti mengkhawatirkan hal yang sama, tanda mereka setuju dengan saran dari pelatih Ochiai.

"huh? hahaha, tentu saja pelatih. Aku bukan orang bodoh yang akan tersesat dengan mudah." jawab Sawamura dengan keyakinan yang entah darimana ia dapatkan. "Meski perkataan Sawamura seakan meyakinkan, ketiga orang tersebut tetaplah merasa khawatir.

"Dan juga, jika kau punya waktu cobalah melihat permainan dari pemain yang bernama Luwiss Herman. Dia akan ikut dalam pelatihan itu" pelatih Ochiai menambahkan perkataannya.

"Luwiss Herman? siapa dia?" tanya Sawamura dengan heran

"yah, aku tidak tahu pemain apa yang kau anggap hebat, tapi yang jelas dia tipe pemain yang tidak ingin dihadapi pemain lain. Tentu saja banyak pemain lain yang perlu kau perhatikan, jadi pastikan kau belajar sesuatu Sawamura" pelatih Ochiai dengan tatapan yang meyakinkan membuat Sawamura semakin penasaran dengan sosok Luwiss.

Dengan rasa penasarannya, jantung Sawamura sudah berdegup kencang hanya dengan mendengar perkataan "tipe yang tidak ingin dihadapi pemain lain". Hal yang jelas adalah semakin tidak ingin dihadapi itu berarti semakin gila pemain tersebut.


Perasaan menggelitik disekujur tubuhnya sudah tidak dapat ia tahan lagi. Perasaan yang selalu ia nantikan sebelum menghadapi lawan yang istimewa.

"Hahaha", dengan tidak dapat menyembunyikan ekspresinya lagi, Sawamura tertawa dengan keras.

"Kenapa kau tertawa Sawamura?" tanya Rei-san.

"Tentu saja karena aku senang, aku bahkan sudah tidak sabar untuk melihat pemain gila dna kehebatan dari Camp tersebut. Aku pasti, akan menjadi Ace di Camp tersebut. Hahahaha,-- uhuk uhuk. Maaf, aku terlalu banyak tertawa. Ketiga orang dalam ruangan tersebut bahkan tidak bisa tertawa dengan perkataan Sawamura.

"Jika kau punya perkataan sombong seperti itu, tunjukkan padaku hasil saat kau kembali" Pelatih Kataoka menyeringai dengan tatapannya.

Sawamura yang telah menyelesaikan urusannya di kantor pelatih akhirnya pamit meninggalkan ruangan dengan perasaan tidak sabar. Setelah apa yang disampaikan pelatih, Sawamura bahkan tidak bisa berhenti untuk tersenyum.

"Ahhhhhhh, aku ingin melempar. Tapi ini sudah malam. Senpai akan menendangku jika dia tahu. Siallll. Luwiss Herman, dia pasti akan aku kalahkan".

Mata coklat Sawamura memancarkan kilauannya dalam kegelapan. Ace Seido yang mendapatkan kesempatan untuk melihat baseball dunia, mulai menetapkan hatinya dijalan baseball yang ia impikan, menjadi Ace Seido, Matahari Seido mulai terlihat bersinar.

Di lain sisi di suatu tempat suasana menjadi terasa berat. Sawamura yang tidak tahu harus meluapkan semangatnya pada apa, tidak pernah tahu kejadian yang terjadi saat ia meninggalkan ruang makan. Angin dari badai kecil mulai berhembus di tim Seido.


(sebagai penulis amatir yang tidak bertanggung jawab dalam menyelesaikan cerita ini, dan terlalu lama update nya, aku minta maaf. Tugas di dunia nyata lebih memusingkan hingga membuatku tak ada waktu menulis dan mengedit chapter yang sebenarnya sudah aku siapkan. Aku harap aku bisa menyelesaikan cerita ini di titik Sawamura akan menjadi lebih hebat setiap harinya ~~ mohon dimaafkan atas lamanya update)

Diamond no Ace FanfictionWhere stories live. Discover now