Bab 45 - Mengetahui

19.1K 1.1K 0
                                    

Keadaan hening. Entah apa yang terjadi saat ini. Situasinya benar-benar tak terduga, Sashi sampai tidak bisa berkata apa-apa. Dia, Arkan dan Andrew tengah makan bertiga. Arkanlah yang menyuruh Andrew untuk ikut makan dan adik iparnya hanya menurut.

Namun, jika ditanya apakah Sashi bisa menyantap hidangannya dengan tenang, maka jawabannya sama sekali tidak. Sedari tadi, Sashi hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa berniat sekalipun menyuapkannya. Matanya juga tak henti menatap Arkan yang duduk di kursi paling ujung dan Andrew yang duduk berseberangan dengannya. Menerka apa yang akan Andrew lakukan selanjutnya.

"Sashi, kenapa tidak makan? Apa ada masalah?"

"Apa? T-tidak. Tidak ada, a-aku akan makan," jawab Sashi dengan sedikit gugup. Tersentak saat tertangkap basah matanya tengah memandangi wajah Arkan.

"Buka mulutmu," perintah Arkan.

Sashi hanya menatap Arkan penuh tanya. Kedua alisnya ikut terangkat, menandakan rasa heran yang dia rasakan. Tapi Arkan terus mendesaknya, membuat Sashi akhirnya menurut. Bersamaan setelah itu, sebuah benda logam dingin, menyentuh ujung lidahnya. Rupanya, Arkan berniat menyuapinya.

"Aku bisa sendiri."

"Makanlah, aku ingin menyuapimu," ucap Arkan, tanpa mau dibantah. Membuat Sashi akhirnya luluh dan menurut. "Kamu harus banyak makan, agar anak kita bisa tumbuh dengan baik."

Tanpa rasa malu jika ada Andrew di sana, Arkan menyentuh lembut perut Sashi yang datar. Perlakuan dan kata-katanya jelas membuat Sashi bingung, sampai harus mengernyitkan dahi dan melotot.

"Aku tidak hamil, Kak Arkan!"

"Bukan tidak, tapi akan. Sebentar lagi, kamu pasti akan hamil, Sayang." Bersamaan dengan ucapan terakhir Arkan, dia mendaratkan sebuah kecupan ringan di pipi Sashi.

Apa yang dilakukan keduanya, tak luput dari perhatian Andrew yang kini membuang muka sambil mengepalkan tangannya. Kemarahan terlihat jelas di wajahnya. Entah sengaja atau tidak, Arkan malah mengusap sudut bibir Sashi dengan ibu jarinya. Menghapus jejak saus tiram yang menempel di sana.

"Aku sudah selesai. Aku mau bicara denganmu."

Andrew yang panas melihat pemandangan itu, langsung membanting sendoknya. Menyudahi acara makanannya yang baru dia makan setengah. Dia benar-benar tidak nyaman melihat kemesraan yang diperlihatkan mantan kekasih dan kakaknya itu. Bayangan saat Sashi tidur dengan Arkan pun, kembali muncul.

"Aku sedang makan, tunggu sebentar lagi."

Arkan kembali pada posisi duduknya semula. Menatap adiknya dengan tatapan serius, hingga dia kembali makan sambil sesekali menyuapi makanan ke dalam mulut Sashi. Membuat Andrew semakin kesal.

"Aku akan menunggumu di ruang tengah," putus Andrew sambil mendorong kursi rodanya. Berjalan meninggalkan Sashi dan Arkan. Berlama-lama di sana, hanya akan membuatnya sakit hati. Andrew masih belum rela melepas Sashi untuk Arkan, meski dia sudah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, kalau Arkan dan Sashi sudah tidur bersama.

"Kak Arkan sengaja, 'kan?"

"Apa? Sengaja apa?" tanya Arkan acuh. Dia sibuk memakan makanan di hadapannya.

Sementara Sashi tidak menjawab, dia mendengkus sambil menatap kepergian Andrew. Dia mengira, jika Arkan pasti hanya mau memanas-manasi adik iparnya saja. "Kak Arkan hanya ingin Andrew kesal saja, 'kan?"

"Kenapa? Kamu tidak suka? Jangan bilang, kalau kamu masih menyukainya, Sashi," selidik Arkan, menatap tajam tepat di mata istrinya. Ada kecemburuan yang terlihat di sana. Arkan tidak suka, jika Sashi lebih memikirkan Andrew dari pada dia.

Perfect Husband (TAMAT)Where stories live. Discover now