Bab 53 - Demi Kebaikanmu

17.5K 1K 10
                                    

Halaman di luar rumah tampak basah. Hujan mengguyur dan membuat udara terasa lebih dingin dari biasanya. Karena itu pula, Sashi nyaris tak bisa pergi dari rumah mertuanya. Satu-satunya cara yang harus dia lakukan adalah menunggu Arkan datang menjemputnya. Berdiam bersama Andrew, dan Kiana.

Ya, Andrew ada di sana. Entah apa yang ada di dalam pikiran laki-laki itu hingga akhirnya menunjukkan batang hidungnya. Andrew datang bersama Kiana ke rumah. Mengejutkan dia beserta Nina. Terlebih saat laki-laki itu sudah bisa berjalan meski harus sedikit tertatih-tatih. Mereka baru saja pulang dari rumah sakit bersama seorang pelayan lain tentunya.

Sayangnya, begitu masuk, Andrew langsung mendatangi Nina. Mengajak bicara mertuanya itu. Sashi sendiri tidak tahu apa yang mereka bicarakan, hingga dia ditinggalkan berdua bersama Kiana.

Risi. Itulah yang dirasakan Sashi saat terpaksa duduk berhadapan dengan Kiana yang sejak tadi, terus menerus menatapnya. Melihat penampilannya dari ujung rambut hingga kaki. Tidak ada senyum ramah atau sapaan akrab, hanya tatapan tanpa ekspresi yang dia perlihatkan.

Suasana yang memang sudah dingin, menjadi bertambah dingin karena wanita itu. Aura penuh permusuhan, tampak mengelilinginya. Harusnya tidak seperti ini. Sashi sama sekali tidak melakukan apa pun dan dia hanya diam. Namun aura yang dikeluarkan Kiana membuatnya merasa tak nyaman. Apa yang sebenarnya wanita itu inginkan? Hingga ucapan Kiana mulai mengganggu ketenangan Sashi.

"Kak Arkan menolak panggilanku lagi semalam. Dia juga menolak bekal makan siang yang kutitipkan. Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja."

"Apa? Apa maksudmu?"

Sashi menganga tak percaya dengan tiga kalimat yang keluar dari mulut wanita gila di depannya. Dia yakin telinganya tidak bermasalah. Kiana baru saja dengan tenangnya mengatakan kalau wanita itu yang menghubungi dan membawa bekal untuk Arkan? Jadi, semua itu dari Kiana?

"Aku tidak bisa melepas Kak Arkan. Biarkan dia bersamaku, dan kau kembalilah pada Andrew."

Alis Sashi menajam. Bibirnya menipis dengan rahang mengetat. Dia tidak percaya karena Kiana begitu berani memerintahnya. Wanita yang seumuran dengannya itu benar-benar berniat memancing emosinya. Tapi tidak, Sashi berusaha menahan diri untuk tidak memaki atau menjambak wanita itu sekarang juga. Dia teringat dengan perkataan Arkan. Meski Sashi merasa sangat jengkel karena Arkan menyembunyikan fakta darinya.

"Kau pikir semudah itu? Kak Arkan tergila-gila padaku. Kalaupun aku kembali pada Andrew, dia tidak akan menyukaimu. Perasaannya padamu hanya sebatas rasa kasihan."

Pandangan Sashi turun menatap Kiana yang bahkan masih tidak bisa berdiri. Ada sorot meremehkan terlihat di matanya. Membuat Kiana langsung mengepalkan tangannya kesal dan malu. Berbeda halnya dengan Sashi yang puas melihat ketidakberdayaan wanita itu. Tidak lagi. Dia tidak mau menjadi wanita bodoh lagi. Sashi harus mempertahankan apa yang menjadi miliknya.

"Aku tidak peduli. Kak Arkan milikku! Aku akan merebutnya kembali." Kiana nyaris berteriak. Membuat Sashi spontan mendengus kesal.

"Aku rasa, Andrew lebih cocok untukmu. Dia benar-benar mencintaimu. Jangan rendahkan dirimu untuk meminta suami orang lain. Gertakanmu tidak cukup membuatku takut."

"Takut? Takut apa?"

Sebuah suara tiba-tiba terdengar memecah pembicaraan Sashi dan Kiana. Diiringi langkah sepatu yang berjalan mendekat. Dia adalah Arkan yang datang bersama Vino dengan pakaian basah. Menandakan jika hujan lebat masih berlangsung. Keduanya menatap Sashi dan Kiana bergantian. Sampai kemudian, Sashi beranjak dan berjalan menghampiri Arkan.

"Pakaian Kakak basah," ucap Sashi sambil membantu Arkan melepaskan blazernya.

"Mobilnya tiba-tiba mogok. Lebih baik kalian menginap semalam di sini," ujar Vino yang kini menyingsingkan kedua lengan bajunya, pakaiannya tidak terlalu basah. Meski dia juga terkena hujan karena membantu mobil Arkan yang mogok di tepi jalan. Arkan menghubunginya saat bengkel yang dihubungi Arkan tak kunjung memberi bantuan. Sialnya, mereka berdua lupa membawa payung. "Di mana istriku?"

Perfect Husband (TAMAT)Where stories live. Discover now