Bab 65 - Meninggalkan Rumah

18.8K 980 8
                                    

'Kak Arkan, bisa pulang sekarang? Ada hal penting yang ingin aku katakan.'

Sebaris kalimat itulah pesan yang Arkan terima, saat dia tengah mengadakan rapat bersama para bawahannya. Membahas masalah proyek lama yang sempat kacau karena ulah Andrew. Dahinya sedikit mengernyit, bingung dengan apa yang ingin Sashi sampaikan padanya.

Apa yang mengganggu istrinya akhir-akhir ini? Arkan merasa sedikit ada perubahan dalam diri Sashi. Meski kemarin, wanita itu sudah terlihat biasa saja, sama seperti sebelumnya. Dia mampu membuat Sashi tersenyum dan menggerutu lagi semalam. Arkan senang, meski pertanyaan aneh sempat terlontar dari mulut istrinya.

Dia tidak akan meninggalkan Sashi apalagi berpisah dengannya.

Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Membentuk sebuah lengkungan senyum manis yang selalu Arkan perlihatkan pada Sashi. Terkekeh sembari mengusap dagunya, tanpa menyadari jika dia masih berada di ruang pertemuan.

Beberapa yang melihat dan mendengar kekehan kecil bos mereka, langsung menatap Arkan dengan ekspresi horor. Takut sekaligus terkejut dengan atasannya yang tiba-tiba tersenyum lebar seperti orang gila. Membuat orang yang sedang berbicara di depan, mempresentasikan perencanaan proyek, terpaksa berhenti saat Arkan tidak memerhatikannya.

"...."

"P-pak ...."

"Pak? P-pak Arkan?"

Sapaan itu terdengar dan mengganggu Arkan. Membuat laki-laki itu langsung tersentak dan spontan menoleh menatap beberapa karyawannya yang kini tengah melihatnya aneh. Arkan baru tersadar saat tatapan semua orang tertuju padanya. Hingga dia melirik orang yang tengah berdiri di depan dan berdehem pelan.

"Kita akhiri rapat hari ini. Tolong kumpulkan semua berkas dan letakkan di mejaku. Aku akan memeriksanya nanti. Ada urusan penting saat ini," ucap Arkan pada sekretarisnya.

Tanpa basa-basi dan menunggu jawaban dari bawahannya, dia langsung berdiri dan melenggang keluar dari ruang rapat. Berjalan terburu-buru diikuti oleh sekretarisnya yang tampak kepayahan.

"Maaf, Pak, kalau boleh tahu, Anda mau ke mana?"

"Pulang, ada urusan. Kalau ada pertemuan, batalkan saja."

"Tapi, Pak, berkasnya--"

"Aku akan memeriksanya besok."

Setelah mengatakan itu, Arkan berjalan menuju lift khusus atasan. Dia tidak punya waktu untuk membiarkan Sashi menunggu. Jarang sekali wanita itu menyuruhnya pulang di saat dia sibuk bekerja. Masih ada sekitar tiga sampai empat jam lagi untuk Arkan bekerja sebenarnya. Tapi, sepertinya Sashi terus menyuruhnya untuk segera datang.

Arkan keluar lift saat sudah sampai di lantai dasar. Tak banyak orang yang berlalu lalang di sana. Hanya ada beberapa. Hingga dia terus berjalan menuju basement. Menuju ke arah mobilnya. Sampai saat mendekat, Arkan tidak sengaja mendapati seseorang yang tengah berdiri di dekat mobilnya sambil melirik ke kanan-kiri.

Melihat gelagat mencurigakan, Arkan segera berlari menghampirinya. Namun orang itu terlanjur menyadari kehadiran Arkan dan langsung berlari tunggang-langgang. Arkan mengejarnya, tapi sayang larinya begitu kencang hingga bunyi telepon kembali memecah konsentrasinya. Membuat orang mencurigakan itu menghilang dalam sekejap.

"SIALAN!"

Telepon yang berasal dari sekretarisnya itu, langsung membuat Arkan mengumpat dan memarahinya. Namun rupanya, sekretarisnya hanya berkata kalau Vino datang dan menanyakan kehadirannya yang tidak ada. "Katakan saja, aku sedang sibuk. Jangan menggangguku lagi dengan pertanyaanmu itu."

Masih dengan perasa setengah emosi karena kehilangan jejak orang misterius, Arkan kembali berjalan menuju mobilnya. Memeriksa jika orang berperawakan seperti laki-laki itu, menyabotase rem atau mesin mobilnya. Beruntung, setelah dicek tidak ada kabel yang terputus atau ban yang bocor. Semuanya masih aman. Meski dia tidak tahu, apa yang diincar oleh laki-laki tadi.

Perfect Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang