S A T U

125 16 2
                                    

Gadis itu saat ini tengah duduk di sudut ruang sekretariat organisasi seni kampusnya. Ia memperhatikan beberapa orang yang sibuk dengan berbagai aktifitas. Dari luar ia memang terlihat hanya diam tapi dalam hatinya

"Itu si Rio gatel banget sih sama Nilva. Dih jijik. Apaan modusnya jelek banget kayak akhlaknya"

"Si Meli rajin nyuruh-nyuruh tapi kok dia gak keliatan kerjanya ya?"

"Keren ya si Danil. Jarinya metik gitar tapi mulutnya komat-kamit nyuruh orang"

Lalu matanya memandang objek lain di sudut lain ruangan ini dan kembali membatin,

"Ih Keyla kok gak ada kerja sih? Santai mulu dari awal datang, padahal acara seminggu hari lagi loh. Bisa-bisanya ya dia"

Padahal dirinya dan Kayla tidak ada bedanya.

Organisasi seni sebentar lagi memang akan mengadakan acara pentas seni dengan mengundang beberapa artis yang sedang beken saat ini.

"Mpun, temenin ke ruang dosen di jurusan kita yuk?" ajak Nilva, teman seorganisasi sekaligus teman sekelas Vun.

"Hah? Kenapa Pun? Pun capek Nilpaa" iya, Vun lelah merutuki orang-orang dalam hati.

"Capek apanya? Capek duduk?" Rio tiba-tiba menimbrung.

"Bukan, yo"

"Bukan?"

"Bukan urusan Rio. Bhayy! Hayuk, Nil. Capeknya udah ilang"

Sampai didepan pintu langkah Nilva berhenti, "Key, ikut kita gak?"

"Ikuutt" sahut Kayla

Vun tiba-tiba menarik tangan Nilva saat Kayla bangkit dari duduknya.

"Kaburrr. Kelaa dataaang!" seru Vun sembari menyeret Nilva. Karena terkejut Nilva mengehentikan tingkah Vun dengan menarik rambut gadis itu. "Aduh sakit Nilpa!"

Dengan napas memburu Kayla datang menyusul mereka "Mampus, bocah"

Vun menyengir ke arah Nilva yang dibalas tatapan gemas oleh gadis itu. Mereka bertiga berjalan beriringan ke arah gedung jurusan Gizi ditemani dengan perdebatan kecil antara Kayla dan Vun.

Sebelum ke gedung Gizi, mereka melewati gedung Teknik Mesin karena tadi Nilva singgah ke minimarket kampus sebentar. Diatas koridor yang mereka lewati sekarang ada sebuah pamflet yang bertuliskan "HARAM MANJA DI TEKNIK MESIN"

Kayla bersuara, "Serem ya, Pun. Untung lo gagal masuk sini"

"Iya yah, Key. Pun juga merinding tiap lewat sini padahal gak ada yang ganggu tapi merinding aja."

"Itu sih kamu yang parnoan." sahut Nilva.

"Eh Nil, itu Bang Icad" Kayla menunjuk ke arah gerombolan mahasiswa mesin yang duduk di taman penghubung gedung Teknik mesin dan Gedung Gizi.

"Hah? Yang mana? Bang Icad siapa?" bukan Nilva yang menyahut tapi Vun.

"Bang Icad yang Kadiv vokal. Masa kamu gak tau sih," (kadiv = kepala divisi)

"Emang gak tau. Pun kira kadiv vokal Kak Reni soalnya yang sering Pun liat dari anak vokal ya Kak Reni. Eh berarti itu Kadivnya Kela dong?"

Kayla mengangguk, "Baik banget orangnya. Gak pernah galak ke anggota terus gak suka nyuruh-nyuruh. Sering banget tuh Bang Icad bawain cemilan kalo mau rapat" terang Kayla

"Ih kok baik banget? Mau pindah ke vokal ajalah. Di tari sering dibawelin Kak Tiara" for your information, Vun tergabung dalam divisi tari di organisasi seni ini.

"Mpun, Nilva suka loh sama Bang Icad" ujar Kayla dengan nada jahil dan melirik Nilva

"Bukan suka, Kayla. Kagum doang" Nilva memberikan tatapan datarnya ke Kayla, "Kamu pasti juga kagum kan Mpun sama orang yang mandiri?" Vun mengangguk

MPUNDonde viven las historias. Descúbrelo ahora