S E B E L A S

18 5 0
                                    

Vun turun dari mobil Dokter Rafa setelah menyalami kedua orang yang tertinggal didalam

"Hati-hati dijalan ya, Mpun" ucap Vun untuk dirinya sendiri

Vun masuk merogoh ransel besarnya untuk mengambil kunci. Vun pucat, kuncinya tidak ada.

Ayolah, rumah pemilik kost ini jauh sekali dari sini dan badannya butuh istirahat. Vun kembali merogoh tiap kantong dan sela yang ada ditasnya namun tak kunjung ia temukan.

Vun berdiri dari posisinya yang membongkar tas tadi. Ia terdiam, suara krincing berasal dari kantong celana lapangan yang ia pakai. Lalu Vun tertawa menyadari kebodohannya.

Vun masuk setelah memberi salam dan tidak ada yang menjawab. Ya seram juga kalau ada yang menjawab.

Vun langsung menotis keberadaan ponselnya yang terselip diantara bantal dan tempat tidur.

Baterainya kosong jadi ponselnya tidak bisa hidup. Vun mengambil chargeran yang ada diranselnya dan menyambungkannya dengan daya listrik.

Iya, jadi Vun membawa chargeran tapi tidak membawa ponsel. Luar biasa bukan?

Vun segera membersihkan dirinya yang ia rasa lengket. Membongkar tasnya nanti saja, tunggu rajin.

Setelah merasa tubuhnya sedikit segar, Vun mendekatkan colokan listrik ke tempat tidurnya lalu merebahkan dirinya.

"Empuk banget tempat tidur Mpun ini" monolognya

Setelah menghidupkan ponselnya, Vun kaget, tiga hari menghilang ia tidak mendapat notifikasi apa-apa selain dari Kak Rendi, pembinanya.

Pura-pura kaget sih, soalnya udah biasa juga kayak gini. Paling biasanya spam dari grup dan dari keempat temannya. Nilva sih yang paling sopan kalo ngespam, pakai salam semua walaupun dicapslock dan dibold.

Ada satu notif yang membuat Vun terduduk langsung dari tidurnya. Jam 4 sore ini panitia PKK disuruh berkumpul di aula kampus karena ada beberapa panitia yang mengundurkan diri dan diganti dengan panitia lain. Jadi kalau tidak datang di rapat kali ini kemungkinan besar posisi Vun yang akan digantikan dan Vun tentu tidak mau.

Gadis itu langsung bergegas mengganti celana tidurnya dengan celana lapangan yang tadi ia pakai. Pesan itu tadi masuk pukul 7.22 dan Vun baru membaca sekarang tentu saja. Jam 7.22 tadi ia kan masih di Desa Kenari.

Jam menunjukkan pukul 4 tepat saat Vun sampai didepan gerbang kampus. Walaupun libur, kampusnya masih buka karena yang libur hanya kegiatan belajar mengajar sedangkan yang lain belum libur.

Vun langsung bergegas lari kearah aula yang berjarak sekitar 150 meter dari gerbang utama.

Nafas Vun memburu saat ia sampai didepan pintu aula yang tertutup. Setelah agak mendingan dan sudah mendapat alasan yang tepat untuk terlambat, Vun membuka pintu aula.

Namun ada yang salah, pintu itu terkunci. Vun berjalan disekeliling aula dan tidak menemukan satu orang pun.

Vun sedang di prank kah? Kalau iya, ini sungguh tidak lucu

Karena gadis itu memang sangat kelelahan setelah pulang dari program pemberdayaan masyarakat itu ditambah ia harus berlari dari gerbang utama sampai ke aula.

Vun kembali melihat ponselnya dan memastikan kalau ia tidak salah tempat dan waktunya tepat.

Setelah memastikan ulang, Vun tidak salah tempat maupun waktu, namun yang salah adalah harinya. Teranyata pesan itu dikirim kemarin, bukan hari ini.

Jadi, sia-sia saja perjuangannya ini?

Baiklah, Vun sudah pasrah jika tugasnya yang diganti.

Vun tidak langsung pulang, ia mendudukkan dirinya ditangga teras aula sambil menatap jalanan kosong didepannya.

MPUNDonde viven las historias. Descúbrelo ahora