Family Bengek

34 12 0
                                    

Seusai melewati berbagai rangkaian acara di hari pertama, kegiatan berakhir pada pukul 2 siang. Nina berdiri seorang diri dibawah pohon cherry depan sekolahnya menunggu Ronald. Sedangkan Echa sudah pulang sedari tadi karena dia membawa motor sendiri. Sudah hampir 15 menit menunggu namun batang hidung Ronald yang pesek itu belum muncul juga.

Kondisi sekolah mulai sepi, yang tertinggal hanya beberapa senior yang sedang main basket.

"Hehe nunggu lama ya?" Ronald datang dengan seringainya.

"Pakek banget Bang, ngapain aja sih?" Nina menaiki motor scoopy coklat abangnya.

"Eh, helmnya Bang!"

Ronald memberikan helm ungu Nina, "Sorry Nin, gue tadi lupa kalau mulai sekarang ada penumpang istiqomah motor gue, nggak inget kalau ada lo hehe!"

"Huh awas ya bang! Untung nggak ditinggal," motornya melaju pelan

"Btw gimana tadi? Seru kan?" tanya Ronald meninggikan suaranya, takut kalah dihantam angin.

"Hah? Abang tanya apa? Nanti aja dirumah deh, Nina nggak dengar!'

"Huh, iya iya!" Ronald menambah kecepatan laju motornya.

Ronald memang bukan anggota OSIS, karena dia orangnya nggak terlalu suka berorganisasi, males mengurusi orang lain alasannya. Dia itu lebih suka nongkrong di kantin dan mejeng di depan kelas junior, cari perhatian dan tebar pesona sana-sini adalah hobinya. Untung aja wajahnya lumayan ganteng dan unyik-unyuk meski tak semenarik wajah Gandha Pramudiantara hehe.

Jika kelebihan Nina adalah IQnya yang tinggi, maka Ronald kebalikannya, tapi nggak jongkok-jongkok amat sih. Kelebihan Ronald yang maha hebat adalah suaranya yang lumayan merdu dan kata-katanya yang manis abis. Dia bisa dengan mudah menakhlukkan hati kaum hawa hanya dengan sebait kata-kata puitisnya. Kalau kelebihan Ronald itu titisan langsung dari opah.

Julukan agungnya Ronald adalah si buaya udara, lebih parah dari lelaki buaya darat. Sifat playboy nya bukan kaleng-kaleng lagi. Sudah bisa mendapat label dan sertifikat Playboy SNI (Standart Nasional Indonesia) hehe, jumlah mantannya ya jangan tanyakan lagi! Hampir menyamai jumlah Provinsi negara kita ini.

***

"Nina pulang!" teriak Nina saat ia memasuki rumah.

"Mbok ya salam Nin, daripada teriak-teriak bikin kaget orang!" tegur Andita yang sedang menonton TV, sinema pintu taubat dan suara hati istri adalah tontonan kesayangannya.

"Hehehe iya Ma, Assalamu'alaikum!" Nina menghampiri Andita lalu mencium tangannya.

"Waalaikumsalam, gitu dong!"

"Mama kenapa? Habis nangis ya?" Andita menghapus bekas air matanya.

"Itu loh Mama kasihan sekali, kok bisa sih istrinya diam saja di bohongin suaminya!"

Hap, Nina membungkam mulutnya, dia lupa kalau Mamanya memang selalu baper ketika menonton film semacam itu. Reaksinya kalau tidak nangis ya marah-marah sendiri. Apalagi kalau temanya tentang selingkuh dan poligami, sepanjang durasi sinetron Andita akan terus mengomel dan menghujat si pelakor dengan kata-kata super pedas seakan-akan dirinyalah yang menjadi korban perselingkuhan.

"Memangnya kalau seandainya itu terjadi pada Mama, Mama mau ngapain?" tanya Nina, dia paling suka melihat mamanya ngomel karena sinetron itu.

"Ya pasti mama kucek-kucek lah suaminya!"

"Berarti kalau seandainya papa bohong, mama mau kucek-kucek papa ya?"

"Pastilah! Apalagi kalau sampai berani selingkuh, nggak akan ada ampun dari mama!"

"Huu sangar kali Ma!" sahut Ronald kemudian ikut nimbrung di depan tv.

"Memangnya kalian mau punya ibu tiri ha?" tanya Andita

"Enggaklah Ma!"

"Mau dong Ma!" jawab Ronald yang mendapati sorotan tajam dari Nina dan Andita.

"Apalagi kalau ibu tiriya masih muda, cantik, seksi siapa yang nggak mau sih Ma?"

"Ronald!" Andita melempar remot kearah anak laki-lakinya yang menyebalkan itu.

"Ampun Ma!" Ronald lari kekamarnya. Ia memang suka memancing Amarah Andita.

"Sabar Ma! Kasihan dedek bayinya kalau Mama marah-marah" Nina mengusap lembut perut buncit mamanya. Saat ini Andita memang sedang hamil tua, calon anak ke-4 nya yang selisihnya amat jauh dengan ketiga anak-anaknya yang lain.

"Untung saja Mama lagi hamil, kalau enggak sudah Mama kucek-kucek abangmu itu Nin"

"Hehe iya Ma, kucek-kucek aja, sekalian dihukum kayak dulu itu!" Nina dan Andita tertawa mengingat kejadian beberapa bulan lalu.

Ceritanya, 2 bulan lalu ketika dirumah mereka sedang ada hajatan 7 bulan kehamilan Andita. Rumah mereka kedatangan banyak tamu, baik dari kalangan tertangga, saudara jauh, teman arisan Andita, bahkan teman kerja suaminya juga. Dalam tradisi jawa, hal tersebut dinamakan mitoni. Saat Fauzi hendak membelah kelapa gading yang telah di suwuk (didoakan) , kelapanya hilang dari tempat. Semua orang sibuk mencari.ternyata dengan tanpa beban Ronald mengaku bahwa kelapa telah dia makan di siang hari sebelumnya.

"Habisnya, matahari terik banget Ma, Kan jadi pengen belah kelapanya!" jawab Ronald saat itu. Andita yang pada dasarnya pemarah jika di ganggu, dia menghukum Ronald dengan menyuruhnya memanjat pohon kelapa gading di depan rumah mereka dan melarang turun sebelum setengah jam bertengger di atas pohon sana.

"Sudah, ganti baju sana Nin, habis itu langsung makan ya!"

"Oke Ma!" Nina langsung beranjak ke kamarnya. Kebisingan dan keributan seperti tadi memang sering terjadi di rumahnya. Dalang utamanya ya pasti Ronald. Manusia paling usil yang pernah ada. Andita sampai heran sendiri, mengingat-ingat dulu dia ngidam apa semasa mengandung Ronald. Oh, sepertinya dia ngidam gigi kijang.

*******

Haninah ( Honey Bunny Sweety)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum