"he who holds to himself a joy, doth the winged life destroy;
he who kisses the joy as it flies, lives in eternity's sunrise"
- William Blake
brought to you with the appearance of;
- RED VELVET's JOY
- NCT's JAEHYUN
the whole story belongs to;
Andre...
the greatest tragedy a soul can endure is to connect with another and then be left alone
it's like being invisible your whole life and finally finding someone who can hear you and see you
just so they can look in the eyes and broke you into million pieces
BGM :Already Gone — Sleeping At Last
**
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"JADI kamu sudah mengalami gangguan mimpi buruk ini selama hampir 5 tahun terakhir?" Gracia menuangkan satu saset gula rendah kalori ke dalam cangkir berisi teh lavender dan mengaduknya hingga larut sebelum menggesernya ke hadapan Jeffrey. "Dan gangguan itu hanya muncul ketika kamu sedang berada dalam suatu kondisi tertentu?"
"Iya..." Jef menatap permukaan teh dalam cangkir yang mengirimkan uap beraroma lavender ke dalam indera penciumannya, kemudian mengangkat pandangannya untuk beralih menatap Gracia. "Sebenarnya, Grace, aku sendiri nggak yakin apakah fenomena yang aku alami beberapa tahun terakhir ini bisa disebut sebagai nightmare disorder atau bukan. Aku cuma selalu mengalami gangguan mimpi buruk, dan polanya selalu sama." Dia tampak ragu sesaat sebelum meneruskan. "... entah saat aku tanpa sengaja bersinggungan dengan hal-hal yang berkaitan sama masa lalu yang sampai sekarang belum bisa aku lupakan, atau saat aku terlalu memikirkannya."
"Begini, Jef..." Gracia melipat tangannya di atas meja dengan gerakan elegan. "Otak kita tetap aktif meskipun kita sedang tidur. Nah, aktivitas otak di malam hari ini biasanya melibatkan memori semi-naratif. Memori semi-naratif ini biasanya lekat dengan apa yang kamu rasakan—entah itu yang membuat kamu merasa cemas, tertekan, atau ketakutan. Perasaan itu kemudian diproses di dalam otak, dan muncullah gangguan mimpi yang mengikuti pola perasaan itu sendiri. Itu garis besarnya nightmare disorder." Wanita itu tersenyum lembut layaknya seorang ibu yang tengah menjelaskan sesuatu pada anaknya. "Dan dari apa yang kamu ceritakan, Jeffrey, nggak sulit buatku untuk mengatakan kalau kamu punya gangguan kecemasan akut yang berimbas pada pola tidurmu. Menimbulkan sebuah fenomena yang kemudian kita sebut sebagai nightmare disorder."
Jef menghela napas panjang. Ternyata berbagi cerita dengan seorang psikiater tidak seburuk yang dia pikirkan selama ini. Ingatkan dia untuk berterimakasih pada Arwin ketika mereka bertemu nanti karena sudah mengenalkannya pada Gracia. "Menurutmu, apa fenomena yang aku alami ini bisa berhenti, Grace?"
"Sulit, iya. Tapi bukan berarti nggak mungkin." Lagi, Gracia memberikan jawaban yang cukup bijak untuk pertanyaan yang diajukan Jef. "Beberapa tahun yang lalu, aku pernah punya klien seorang wanita muda yang mengalami depresi pasca-melahirkan." Dia bercerita. "Semuanya bermula dari dia yang sulit menerima kehamilannya. You know, she was pregnant out of wedlock. Lalu saat dia sudah menerimanya, dia justru kehilangan salah satu anak kembarnya. Awalnya cuma gejala baby blues yang normal dialami setiap ibu baru, tapi lama-kelamaan berkembang jadi postpartum depression yang membuat dia nyaris mencelakai bayinya sendiri. Dia lalu datang ke aku, mengatakan kalau dia ingin pulih agar bisa bertemu dan memeluk anaknya lagi tanpa rasa khawatir bisa membahayakannya sewaktu-waktu. Jadi, semuanya kembali pada diri sendiri, Jeffrey. Tergantung seberapa besar kemauan kamu untuk pulih dari gangguan mimpi yang sering kamu alami."