17 : Hold on Tight

552 111 27
                                    

sometimes, two people have to fall apart

to realize how much they need to fall back together



BGM : Til Death Do Us Part Kait Weston


**

JAKARTA, 2014

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JAKARTA, 2014

WANDA sedang sibuk memindahkan berhelai-helai setelan pakaiannya dari lemari kamar indekos ke dalam koper besar hitam miliknya (karena sudah lulus dan tinggal menunggu pengumuman lanjutan untuk tes CPNS yang dia lakoni, jadi dia memutuskan untuk menyudahi masa sewa kamarnya bulan ini) ketika terdengar suara ketukan samar pada permukaan pintu. Perempuan itu menghentikan aktivitasnya menata baju-baju, mengernyit sejenak sambil bertanya-tanya dalam hati siapa yang mengetuk pintu kamar indekosnya malam-malam begini.

"Joyce?" Wanda terhenyak begitu dia membuka pintu kamar dan melihat penampilan sahabatnya yang cukup terbilang berantakan. Beberapa helai rambutnya lolos dari ikatan dan membingkai wajahnya dengan sangat tidak rapi—seolah dia baru saja menghabiskan sepanjang hari berdiri di tepi tebing sambil menikmati tamparan angin pantai. Matanya sembab dan masih menyisakan bekas air mata. Dalam sekali lihat, Wanda langsung bisa menyimpulkan kalau Joyce sedang tidak baik-baik saja. Sangat tidak baik-baik saja. Sesuatu yang buruk pasti sudah terjadi padanya. "Kamu... kenapa?"

Joyce tidak langsung menjawab. Raut wajahnya tampak kosong, namun kepalanya terasa penuh sesak oleh pikiran-pikiran yang seharusnya sudah dia buang jauh-jauh sejak awal kakinya melangkah melewati gerbang frat house dan meninggalkan Jeffrey di sana. Dia ingin membuka mulutnya yang terkunci, menumpahkan semuanya pada Wanda karena rasanya tidak sanggup memikul semua beban perasaannya sendiri. Hanya saja dia takut... takut kalau air matanya akan kembali tumpah seperti bendungan jebol seandainya dia berkata satu patah kata saja. Joyce takut menaburkan garam di atas lukanya yang masih berdarah-darah.

"Joyce..." Wanda bergerak menarik Joyce masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Tanpa diminta, dia langsung melingkarkan lengannya ke sekeliling tubuh Joyce dan memeluknya erat-erat untuk memberinya dukungan moral selayaknya sahabat. "It's okay, kamu bisa cerita apapun ke aku. Jangan disimpan sendiri kalau kamu nggak sanggup. Aku ada di sini. Egi juga. Kita berdua bakal selalu ada buat kamu." Dia mengusap punggung Joyce yang bergetar samar karena tangis yang tidak bisa lagi dia tahan. "It's Jeffrey, isn't it?"

Mendengar nama itu lagi membuat tangisan Joyce semakin tak terbendung. Denyut menyakitkan yang berasal dari dalam dadanya membuat setiap tarikan napas yang dia ambil di antara isak tangis semakin sulit. Dia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Wanda. Tanpa sepatah kata menumpahkan seluruh rasa sakit hati, amarah, serta kekecewaannya terhadap Jef. Mengiringi tangisan dan rasa nyeri yang merambati sekujur lengannya, setiap kalimat yang dia dengar di frat house tadi kembali berputar-putar di dalam kepalanya seperti siaran ulang radio rusak. Mengirimkan sengatan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi dalam dirinya.

GRAVITY (중력) | Jaehyun (재현) x Joy (조이)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang