Chapter 04. Pertemuan

123 54 236
                                    

Menyadari waktu prediksinya paling sedikit, Rian sedikit menundukkan kepalanya, sebab dia tidak yakin bisa mentraktir. Raut wajah khawatir Rian dengan cepat ditangkap oleh keempat sahabatnya. Meja itu hening sejenak, suasana menjadi canggung sampai akhirnya Andre buka suara. "Ya, sudah. Peraturannya diganti, yang waktu prediksinya paling banyak harus bayar makanan."

Prediksi Andre nyaris satu bulan, tentu saja dia yang akan membayar makanan. Menjelang magrib, usai acara reuni kelimanya berpisah di parkiran, Rania pun kembali ke kontrakannya menaiki motor pribadi. Rania baru saja masuk ke dalam kontrakannya, begitu gelap, oleh karena itu dia buru-buru menekan sakelar lampu. Rania menutup gorden di samping tempat tidurnya, lalu segera merebahkan diri di atas kasur sebab badannya mulai terasa letih. Rania mengeluarkan ponselnya dan mulai menggulir beranda media sosialnya, sebuah ritual sederhana yang sering dilakukan sebelum tidur.

Tidak peduli media sosial mana yang Rania buka, semuanya tengah sibuk membahas kasus pembunuhan seorang pria berinisial C. Rania dengan cepat mengenali bahwa itu adalah kasus teman sekantornya-Candra. Alhasil Rania mulai penasaran dan hal itu malah menuntunnya untuk membaca beberapa berita mengenai kasus tersebut. Tak heran kenapa kasus itu tengah ramai diperbincangkan, rupanya bukan hanya kasus pembunuhan biasa, korban mendapatkan serangan benda tumpul dan kehilangan satu bagian tubuh saat ditemukan.

Kronologi kasus sesuai dengan kesaksian saksi berinisial YL yang mengatakan bahwa korban pulang larut malam dari kantornya, meski begitu pembunuhan tidak terjadi di jalan raya melainkan di rumah korban itu sendiri, terbukti dari lokasi mayat ditemukan dan mobil pribadi korban yang telah terparkir di rumah korban. Pihak kepolisian masih kesulitan menemukan pelaku karena minimnya jejak yang ditinggalkan, sedangkan motif pelaku masih berupa spekulasi dan dugaan.

Rania tidak habis pikir, rumah yang baginya tempat yang paling nyaman, ternyata tak bisa sepenuhnya menjamin keamanan, bahaya dan kematian masih bisa datang di mana pun dan kapan pun. Memikirkan hal itu Rania tiba-tiba teringat dengan sebuah aplikasi yang baru saja dia unduh. Rania menutup semua sosial media lalu beralih ke Death Timer, dipandanginya angka prediksi yang terus berhitung mundur, makin lama makin prediksi itu tampak nyata. Mendadak Rania merasa merinding, dia mulai mengusap tengkuknya akibat bulu kuduk yang berdiri. Namun Rania dengan cepat meyakinkan dirinya sendiri bahwa angka itu tidak berarti apa-apa, dia meletakkan ponsel di samping kasur dan mematikan semua lampu. Beberapa menit kemudian Rania telah larut dalam mimpi.

Pagi ini kebetulan sekali Rania langsung bangun ketika alarmnya pertama kali berbunyi. Kini Rania tengah mengubrak-abrik lemari pakaiannya, guna menemukan jas hitam peninggalan almarhum ayahnya. Rania mengenal ayahnya sebagai figur yang luar biasa, kedua orang tuanya memang sudah bercerai sejak dia kecil, tetapi itu adalah keputusan yang tepat mengingat sosok ibunya yang seorang pecandu alkohol.

Meski hanya dibesarkan oleh seorang ayah, Rania masih mendapatkan kasih sayang yang cukup. Namun tentu saja ajal akan menjemput semua makhluk yang bernyawa, pada akhirnya ayah Rania terpaksa pergi karena penyakit stroke yang diidapnya. Beliau memang tidak meninggalkan banyak harta untuk putri semata wayangnya, tetapi Rania tak peduli, foto kecil di dompetnya yang merekam memori hari kelulusan sekolah bersama ayahnya adalah warisan terbaik yang dia miliki.

Rania sudah mencari ke tiap sudut kontrakannya, tetapi jas itu tak kunjung ditemukan, padahal dia sudah berjanji pada Rian untuk meminjamkan jas formalnya. Apa boleh buat, Rania memutuskan untuk membeli jas baru, lagi pula apa gunanya perhitungan dengan sahabat sendiri. Rania mengemudikan motor menuju sebuah toko pakaian yang berlokasi tepat di seberang kantornya. Rania memasuki toko lalu melirik sekitar, tak lama kemudian dia menemukan jas yang tampaknya pas jika dikenakan Rian. Tanpa pikir panjang Rania segera membawa jas itu ke kasir, untunglah belum ada orang yang mengantre, sepertinya dia menjadi pelanggan pertama hari ini.

Towards DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang