Chapter 05. Merah

169 53 243
                                    

Rania memarkirkan motornya, lalu berjalan masuk ke dalam gang kecil. Tempat tinggal Rian memang cukup sulit dicapai dengan kendaraan bermotor sebab jalannya begitu sempit. Langkah Rania terhenti di depan rumah kayu dua tingkat yang diapit oleh dua bangunan lain—itulah rumah Rian.

"Rian!" seru Rania dari luar rumah, berharap sahabatnya itu datang untuk membukakan pintu.

Rania menunggu sejenak, tetapi dia tak kunjung mendapat balasan. Maka dari itu Rania memutuskan untuk memanggil Rian berulang kali, namun sama saja, masih tidak ada respon. Rania mulai memandang heran rumah itu, senyap sekali, tampaknya tidak ada orang.

Rania mengira bahwa mungkin Rian sedang pergi keluar rumah, alhasil dia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menelepon Rian. Tiba-tiba indra pendengaran Rania menangkap bunyi dering telepon yang terdengar begitu dekat. Rania menoleh ke samping untuk menemukan sumber bunyi, dia melihat sebuah ponsel dengan case hitam tebal yang tampak tak asing. Penasaran, Rania mendekati ponsel itu. Kondisi layarnya retak parah, namun Rania masih bisa melihat bahwa ponsel itu sedang menerima telepon masuk dari nomornya sendiri. Rania menutup teleponnya, otomatis ponsel itu berhenti berdering, berarti sudah jelas bahwa ponsel itu milik Rian, tetapi kenapa bisa tergeletak di luar?

Rania melirik sekitar dengan perasaaan bingung, hingga tanpa sengaja dia melihat ke atas dan menemukan jendela lantai dua rumah Rian dalam kondisi terbuka, artinya kemungkinan besar ponsel itu mengalami kerusakan akibat terjatuh. Rania mulai merasakan ada sesuatu yang salah, dia hendak menggedor pintu, namun ternyata hanya dalam satu ketukan, pintu itu bisa terbuka dengan sendirinya. Awalnya Rania pikir pintu itu memang tidak terkunci, tetapi setelah dia amati, sepertinya kunci pintu telah rusak atau lebih tepatnya dirusak.

Sesaat setelah Rania menginjakkan kaki ke dalam rumah, indra pemciumannya langsung disapa oleh bau tak sedap yang mengganggu hidungnya. Rania makin khawatir, dia menutup hidungnya dengan telapak tangan, lalu berjalan memasuki rumah lebih dalam dengan harapan bisa bertemu Rian. Bau tak sedap itu kian menyengat kala Rania berdiri di atas karpet bercorak merah yang berada tepat di tengah ruangan. Tiba-tiba Rania merasakan ada sesuatu yang menyentuh kepalanya dari atas, begitu kaget seketika sekujur tubuhnya menjadi kaku. Sentuhan aneh itu dengan cepat kembali terasa, firasat buruk mulai mengusik pikiran Rania, bagaimana kalau tepat di atas kepalaku ada hantu menyeramkan yang tengah bertengger di langit-langit rumah?

Walau takut, Rania berusaha memberanikan diri untuk mendongak guna mencari tahu asal sentuhan, ternyata firasatnya salah besar, tidak ada sosok mengerikan apa pun di langit-langit rumah. Namun warna kayu di atas kepala Rania tampak lebih gelap dibanding kayu-kayu lain. Situasi ini benar-benar membuat Rania bingung akan apa yang sebenarnya terjadi.

Tes...

Mendadak tetesan cairan berwarna merah jatuh ke pipi Rania, hal itu memberikan kesan sentuhan yang sama seperti sebelumnya. Rania refleks memegang pipinya, alhasil cairan merah itu juga berpindah ke tangan, dia memperhatikan cairan itu dengan saksama. Seketika Rania syok bukan kepalang, dia baru menyadari bahwa corak merah di karpet yang tengah dia injak ternyata bukanlah warna aslinya.

Rania menduga sesuatu yang benar-benar buruk telah terjadi, dipenuhi rasa panik, dia bergegas lari menuju lantai dua. Ternyata firasat buruknya benar, sesampainya di lantai dua Rania langsung berupaya menahan mual. Pasalnya Rania mendapati tubuh Rian yang tergeletak tak bernapas dalam kondisi bersimbah darah, kemungkinan besar pria malang itu sudah cukup lama meregang nyawa, darahnya telah merembes sampai menetesi karpet di lantai bawah. Darah paling banyak mengalir dari bagian perut Rian yang menganga lebar, tetapi ada hal aneh, isi perutnya kosong, tidak ada jeroan, seseorang pasti sudah mencuri organ dalamnya.  

Tak kuasa melihat pemandangan itu, Rania mulai meneteskan air mata, seketika kakinya pun melemas hingga dia terpaksa duduk bersimpuh. Padahal baru kemarin Rania berbincang ria dengan Rian, tetapi kini dia malah melihat sahabatnya itu dalam kondisi mengenaskan.

Towards DeathWhere stories live. Discover now